pengetahuan yang memiliki tujuan untuk tahu mendalam, sedapat mungkin tahu benar, apa sebabnya demikian dan mengapa harus demikian. Sedangkan tujuan ilmu itu sendiri ialah untuk mencapai kebenaran. Kebenaran adalah persesuaian antara tahu dan obyeknya. Kebenaran ini disebut juga obyektivitas, jadi pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif.
Sifat ilmu menurut Poedjawijatna
ada 4: Berobyektivitas Bermetodos Universal Bersistem Jika pengetahuan hendak disebut ilmu maka haruslah memiliki ke empat sifat tersebut. (Poedjawijatna, 35).
Definisi Ilmu Pengetahuan
Dalam kamus bahasa indonesia yang telah di sempurnakan, yang di maksud dengan ilmu pengetahuan adalah suatu bidang yang disusun yang sistematis berdasarkan metode tertentu, untuk dapat dimanfaatkan sebagai penjelas gejala tertentu. (Admojo,1998). Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa inggris Science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Menurut subjeknya dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Teoritis Nomotetis adalah ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari objeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan dimana saja, misalnya adalah ilmu-ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat, dan sebagaiannya. Ideografis (ide:cita-cita, grafis:lukisan). Ilmu yang mempelajari objeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifatnya yang unik. Misalnya ilmu sejarah, etnografi, sosiologi, dan sebagainya.
2. Praktis (applied science/ilmu terapan).
Yaitu ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian atau pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang itu harus berbuat sesuatu, rinciannya sebagai berikut: Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangannya. Misalnya: etika (filsafat kesusilaan atau filsafat moral). Positif, yaitu ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, mencapai hasil tertentu. Misalnya ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainya.
Menurut Objeknya (terutama objek formalnya atau
sudut pandangnya).
1.Universal atau umum, meliputi
keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia, misalnya: teologi/agama dan filsafat 2.Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia, jadi objeknya terbatas, hanya imi saja atau itu saja. Inilah yang biasanya disebut ilmu pengetahuan.
Menurut Prof.Dr.Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu
dan pengetahuan di kelompokkan dalam tiga besar, yaitu:
1.Ilmu-ilmu Alamiah (natural Science)
Yang termasuk kelompok ilmu ini antara lain astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran dan mekanika. 2.Ilmu-ilmu Sosial (Social Science) Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial adalah ilmuekonomi, sosiologi, politk, demografi, psikologi, antropologi, sosial, sosiologi hukum, dsb. 3.Pengetahuan Budaya (the humanities)
Kaitan antara Filsafat dan Ilmu
Filsafat dan ilmu bertemu pada obyek materia, dan yang melainkan adalah obyek formanya. Obyek materia adalah lapangan penyelidikan, dan obyek formanya adalah sudut pandangnya (sudut darimana obyek materia itu disorotiantara filsafat dan ilmu terletak dari cara berpikir manusia. Perbedaan lainya yaitu, ilmu membatasi diri pada pengalaman dan berkisar pada fakta. Sedangkan filsafat tidak membatasi diri dalam pengalaman atau data apapun juga. Walaupun demikian antara ilmu dan filsafat tetap memiliki hubungan. Penyelidikan filsafat dimulai dari apa yang dialami manusia, karena tidak ada pengetahuan tanpa pengalaman (persentuhan indra dengan alam), dan hal ini selaras dengan apa yang dilakukan oleh ilmu. Sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran tanpa mempergunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya seperti halnya filsafat.
Kesimpulan antara ilmu dan
filsafat Sesuatu yang perlu diingat adalah bahwa ahli ilmu tidak boleh berfilsafat, melainkan hendaklah ilmu sadar, bahwa ia sudah keluar dari bidangnya sendiri. Begitu pula janganlah filsafat turun ke bidang pengalaman sehingga terjadi seperti dalam jaman lampau, ada pendapt fisafat bahwa bintang itu harus terdiri dari bahan lain dari bahan di dunia pengamatan ini, sedangkan dasar putusan itu terlalu umum dan kurang tahu, bahwa alat-alat penyelidikan melalui indra ketika itu memang amat kurang sempurna.