PENDAHULUAN
Algoritma berisi alur deteksi dan respon terhadap 10 kelompok penyakit dan
sindrome (23 jenis penyakit):
Gastroenteritis Akut
Tersangka Campak
Tersangka Anthraks
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Tersangka HFMD
Klaster Penyakit yang Tidak Lazim, dll
Kasus yang dicatat dan dilaporkan adalah Kasus Baru.
Kunjungan dengan diagnosis baru dalam satu minggu. Kunjungan ulang
dengan diagnosis sama dalam minggu tersebut tidak masuk ke dalam laporan.
PENYAKIT
KODE SMS
PENYAKIT
Diare Akut
Malaria Konfirmasi
Tersangka Antrax
Pneumonia
Tersangka Leptospirosis
Tersangka Kolera
Jaundice Akut
Tersangka Meningitis/Encephalitis
Tersangka Chikungunya
Tersangka Tetanus
Tersangka Campak
Tersangka Difteri
Tersangka HFMD
Tersangka Pertussis
NILAI AMBANG
PENYAKIT
NILAI AMBANG
1 kasus
Pneumonia
1 kasus
1 kasus
Poisson
3 kasus
Jaundice Akut
Poisson
Tersangka Meningitis/Encephalitis
Poisson
Tersangka Chikungunya
Tersangka Flu Burung pada
Manusia
Tersangka Campak
Poisson
1 kasus
1 kasus
Tersangka Tetanus
1 kasus
1 kasus
Peningkatan Kasus
Tersangka Difteri
1 kasus
Tersangka HFMD
1 kasus
Tersangka Pertussis
1 kasus
Malaria Konfirmasi
1 kasus
1 kasus
1.
DEFINISI OPERASIONAL
DIARE AKUT :
Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek atau setengah cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.
Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada
umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung
kurang dari 7 hari).
Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dgn
frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.
DIARE BERDARAH / DISENTRI :
Diare dengan darah dan lendir dalam tinja dapat disertai dengan adanya
tenesmus.
TERSANGKA KOLERA :
Penderita berumur lebih dari 5 tahun menjadi dehidrasi berat karena diare
akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair
seperti air cucian beras tanpa rasa sakit perut atau mulas.
ALGORITMA
DIARE BERDARAH /
DISENTRI
DIARE
TERSANGKA KOLERA
Kemungkinan Etiologi:
Shigella, Salmonela, Amuba,
dll
Kemungkinan Etiologi:
Vibrio Kolera
Respons Pelaporan
Register
Kirim laporan W1 ke Dinkes
Kab/Kota.
Untuk suspek kolera: laporan
langsung ke DinKes Kab/Kota
dan koordinasi dengan
Dinkes Propinsi.
TERSANGKA CAMPAK
ALGORITMA CAMPAK
CAMPAK = Demam >38C selama 3 hari atau lebih
disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular,
disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU mata
merah (konjungivitis)
Catat dan Kirim ke DINKES
KABUPATEN/KOTA
Ambil Spesimen serum darah sesuai SOP
dan kirim ke laboratorium rujukan
(Litbangkes Jakarta, BLK Surabaya,
Biofarma Bandung, BLK Yogyakarta)
Jika hasil positif, Lakukan Respon KLB
Respons sistem
pelaporan:
W1
CKLB
Hasil pemeriksaan
penunjang/laboratorium
3.
SINDROM NEUROLOGIK
AKUT
DEFINISI OPERASIONAL
TERSANGKA MENINGITIS / ENCEPHALITIS :
Panas > 38C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai
penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar
cembung.
ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) :
Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/ trauma
pada anak < 15 tahun.
TERSANGKA TETANUS NEONATORUM :
Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut
mencucu dan disertai dengan kejang rangsang.
TERSANGKA TETANUS :
Ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada
riwayat luka.
Acute Flaccid
Paralysis (AFP)
Tersangka
Tetanus
Neonatorum
AFP:
Pemeriksaan Tinja
Tersangka Tetanus
Respon
Respon sistem
sistem
pelaporan:
pelaporan:
W1
W1
Hasil
Hasil
pemeriksaan
pemeriksaan
laboratorium
laboratorium
Respon
Respon Kesehatan
Kesehatan Masyarakat:
Masyarakat:
Lakukan
Lakukan Penyelidikan
Penyelidikan Epidemiologi
Epidemiologi untuk
untuk
mencari
mencari kasus
kasus kontak
kontak terutama
terutama pada
pada
kelompok
kelompok rentan
rentan
Surveilans
Surveilans Intensif
Intensif terutama
terutama pada
pada kasus
kasus
kontak,
kontak, anggota
anggota keluarga
keluarga
Pemberian
Pemberian pengobatan
pengobatan profilaksis
profilaksis pada
pada
kasus
kontak
kasus kontak
Pencegahan
Pencegahan dengan
dengan pemberian
pemberian vaksin
vaksin pada
pada
semua
semua kelompok
kelompok umur
umur yang
yang terkena
terkena
Pisahkan
Pisahkan orang-orang
orang-orang yang
yang pernah
pernah terpajan
terpajan
dengan
dengan penderita
penderita
Perbaikan
Perbaikan hygeine,
hygeine, sanitasi
sanitasi dan
dan ventilasi
ventilasi
terhadap
terhadap tempat
tempat tinggal
tinggal dan
dan ruang
ruang tidur
tidur bagi
bagi
masyarakat
masyarakat terutama
terutama kelompok
kelompok terpajan
terpajan
Pengendalian
Pengendalian vektor
vektor dan
dan reservoir
reservoir (untuk
(untuk
Japanese
Japanese encephalitis)
encephalitis) bekerjasama
bekerjasama dengan
dengan
Dinas
Dinas peternakan
peternakan setempat
setempat
Respons sistem
pelaporan:
W1
FP1
FPS
Hasil pemeriksaan
penunjang/laboratorium
Respons sistem
pelaporan:
W1
T2
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Lakukan Penyelidikan
Epidemiologi
KIE oleh Puskesmas
bertujuan agar mayarakat
membantu dalam
menemukan dan
melaporkan kesakitan
dan kematian bayi umur
28 hari.
KIE untuk peningkatan
cakupan ANC dan
persalinan nakes.
Kemitraan dengan dukun
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Lakukan Penyelidikan
Epidemiologi (dengan
format PE Umum)
Penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi
DT,TT,DPT.
Penyuluhan tentang
Hygiene perseorangan
terutama luka luar
Respons tatalaksana
untuk penderita luka
tetapi belum
menunjukan gejala:
Pembersihan luka dan
vaksinasi
4.
SINDROM INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN
DEFINISI OPERASIONAL
PNEUMONIA :
Pada usia <5 thn ditandai dgn batuk DAN/ ATAU tanda kesulitan
bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak
menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia
penderita:
<2 bulan : 60/menit
2-12 bulan : 50/menit
1-5 tahun
: 40/menit
Pada usia >5thn ditandai dgn demam 38C, batuk DAN/ ATAU
kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas
TERSANGKA PERTUSIS :
Batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-menerus/
paroxysmal), napas dgn bunyi whoop dan kadang muntah setelah
batuk.
DEFINISI OPERASIONAL
TERSANGKA DIFTERI :
Panas >38C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan
ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan
dan pembesaran kelenjar leher.
TERSANGKA FLU BURUNG :
ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas
ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
TERSANGKA
PERTUSIS
TERSANGKA
DIFTERI
TERSANGKA FLU
BURUNG
Difteri :
Usap Nasofaring
Flu Burung :
Rontgen dada, usap
nasofaring
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Penyelidikan epidemiologi
(menggunakan format PE
Umum)
Surveilans Intensif
KIE meliputi:
Pendidikan kesehatan
pribadi yang baik, terutama
dalam mencuci tangan
Pendidikan etika batuk
(menutup mulut saat batuk)
Pendidikan di awal
pengenalan gejala-gejala
dan infeksi/peradangan dan
untuk mencari perawatan
lebih dini ke fasilitas
perawatan kesehatan.
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Penyelidikan
epidemiologi (format PE
Umum) dan mencari
kontak
Lakukan karantina
terhadap kontak yang
tidak mendapatkan
imunisasi DPT selama
21 hari dengan usia <
12 bulan.
Memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi
DPT
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Penyelidikan
epidemiologi
Penatalaksanaan
Kontak untuk
Pengambilan usap
nasofarings dan
profilaksis
KIE (Komunikasi,
Informasi, Edukasi) ke
masyarakat
Upaya peningkatan
cakupan imunisasi (<7
tahun DT dan >7 tahun
dT) melalui sweeping
Meningkatkan
imunisasi DPT rutin.
Respons sistem
pelaporan:
Respons Kesehatan
Masyarakat:
W1
Hasil
pemeriksaan
penunjang/lab
Penyelidikan epidemiologi
Melakukan pengamatan
kontak kasus dan kontak
unggas positif AI selama 14
hari sejak kontak terakhir
terhadap adanya gejala ILI
Bila ada gejala ILI beri
tamiflu, ambil specimen dan
rujuk ke RS
Melakukan Koordinasi
dengan petugas peternakan.
Melakukan Upaya
penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara
pencegahan Flu Burung.
4.
DEMAM
DEFINISI OPERASIONAL
MALARIA KONFIRMASI :
Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria
dan dibuktikan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan atau
pemeriksaan Mikroskopis positif.
TERSANGKA DEMAM DENGUE :
Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit
kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi,
DAN/ATAU adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji
torniquet positif.
TERSANGKA DEMAM TIFOID :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.
DEFINISI OPERASIONAL
TERSANGKA CHIKUNGUNYA :
Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang
hebat dapat disertai adanya ruam.
ILI (Influenza Like Illness) :
Penderita dengan gejala Demam 38C disertai batuk atau sakit
tenggorokan
TERSANGKA FLU BURUNG :
ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas
ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
ALGORITMA DEMAM
TERSANGKA
DEMAM DENGUE
MALARIA
KONFIRMASI
TERSANGKA
CHIKUNGUNYA
TERSANGKA
DEMAM TIFOID
TERSANGKA
FLU BURUNG
ILI
Malaria Konfirmasi :
RDT, Mikroskopis
Flu Burung/ILI :
Rontgen dada, usap
nasofaring
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil
pemeriksaan
penunjang/lab
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Penyelidikan epidemiologi
(menggunakan format PE
Umum)
Surveilans Intensif
KIE meliputi:
Pendidikan kesehatan pribadi
yang baik, terutama dalam
mencuci tangan
Pendidikan etika batuk
(menutup mulut saat batuk)
Pendidikan di awal pengenalan
gejala-gejala dan
infeksi/peradangan dan untuk
mencari perawatan lebih dini ke
fasilitas perawatan kesehatan.
W1
Hasil pemeriksaan penunjang/lab
Penyelidikan
Epidemiologi
Surveilans intensif
Ambil specimen dari
sebagian kasus
untuk konfirmasi Lab
serologi
Membentuk posko
pengobatan di
lapangan
Melakukan
pemberantasan
vektor (PSN, Foging,
Larvasidasi)
KIE
Respons sistem
pelaporan:
Respons Kesehatan
Masyarakat:
Lakukan pengobatan
menggunakan ACT
(Artemicin Combination
Theraphy)
Pengobatan simtomatik
Rujuk ke RS apabila
diperlukan pengobatan
lebih lanjut.
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab
Penyelidikan Epidemiologi
Melakukan pemberantasan
vektor meliputi :
Distribusi Kelambu
berinsektisida
Penyemprotan rumah
dengan insektisida
Larviciding.
Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
Mass Blood Survey (80%
penduduk diperiksa
darahnya)
5.
DEFINISI OPERASIONAL
SINDROM JAUNDIS AKUT :
Gejala penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit
dan sclera berwarna kuning (ikterik) dan urine berwarna gelap.
TERSANGKA LEPTOSPIROSIS :
Pasien dengan gejala demam > 38 derajat Celcius dengan gejala khas
conjuctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis,
jaundice/kuning.
Kultur darah,
Serum, Urine,
RDT
Darah, Serum
Darah lengkap,
Hapusan darah,
RDT
HEPATITIS
A, B, C, D, E
LEPTOSPIRO
SIS
DEMAM
DENGUE
MALARIA
Hepatitis B, C, dan D:
Pengobatan sesuai
penyebabnya.
Hindari pemakaian barang
pribadi seperti alat mandi
(sikat gigi, alat cukur, sisir,
handuk) bersama dengan
orang lain.
Selalu gunakan alat
pelindung diri saat
Respon
sistem
pelaporan:
W1
Hasil
pemeriksaa
n
penunjang/l
ab
IKTERUS
TIDAK
DD/ - Leptospirosis Ringan
- Viral hemoraghic fever (dengue,
chikungunya, hantaan)
Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan,
olahraga/aktivitas lain, riwayat
bepergian)
Daerah endemis leptospirosis
6.
TERSANGKA ANTRAKS
DEFINISI OPERASIONAL
Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari
vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik,
ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam,
sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam,
konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis,
pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras,
asites dan oedem scrotum, melena.
DEFINISI OPERASIONAL
Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.
Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan
respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya
terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Komplikasi bentuk antraks yang lain, dengan gambaran klinis mirip
dengan kasus meningitis purulenta akut.
Antraks Paru-paru :
Sputum
Antraks Meningitis :
LCS
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab
7.
DEFINISI OPERASIONAL
Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat
menularkan rabies pada manusia
ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau
kasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai
kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap
ransangan sensorik).
Respons sistem
pelaporan:
W1
8.
DEFINISI OPERASIONAL
Demam 38 - 39C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul
vesikel di rongga mulut dan atau ruam di telapak tangan, kaki dan bokong.
Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
Preparat dikirim ke
PBTDK
Balitbangkes
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
rujukan/lab
8.
KLUSTER PENYAKIT
YANG TIDAK LAZIM
DEFINISI OPERASIONAL
Respons sistem
pelaporan:
W1
Hasil pemeriksaan
penunjang/lab