HEPATITIS
VIRU
S
AGEN
DIAMETER
HAV
Virus RNA
untai tunggal
27- 28 nm
15-45 hari
( rata2 30
hari )
Fekal oral,
makanan ,
penularan melalui
air
HBV
Virus DNA
berselubung
ganda
42 nm
50-180 hari
( rata2 60-90
hari )
Parenteral seksual,
perinatal, melalui
darah
HCV
Virus RNA
33 nm
untai tunggal
15-160 hari
( rata2 50
hari )
Terutama melalui
darah, seksual,
perinatal
HDV
Virus RNA
35-37 nm
untai tunggal
30-60 hari
( rata2 35
hari )
Terutama melalui
darah, sebagian
seksual, parenteral
HEV
Virus RNA
untai tunggal
Tak berkapsul
15-60 hari
Fekal- oral, melalui
( rata2 40 hari) air
27-34 nm
MASA
INKUBASI
CARA
PENULARAN
HEPATITIS A
HAV : picornavirus, molekul RNA
Masa inkubasi : 15-50 hari (rata-rata 30
hari)
Transmisi enterik (fekal oral)
Pemeriksaan Serologi
Antigen
VHA
IgG Anti
VHA
Interpretasi
Fase Akut
Fase akut
+
Pernah
terinfeksi/sembuh
Tata laksana :
1.Rawat jalan
2.Asupan kalori dan cairan adekuat
3.Istirahat
HEPATITIS B
HBV : virus DNA hepatotropik, hepadnaviridae
Masa inkubasi rata-rata 60-90 hari
Hbv ditemukan di darah, semen, sekret
servikovaginal, saliva, cairan tubuh lain.
Dapat menimbulkan hepatitis akut, kronik,
fulminan, sirosis dan kanker hati
Transmisi : darah, seksual, penetrasi jaringan
(perkutan) atau permukosa, transmisi
maternal-neonatal, maternal-infant.
Antigen :
- HBcAg (inti)
- HBe Ag
Antibodi :
- Ag permukaan (HBsAg)
Titer IgM anti-HBc yang tinggi menandai hepatitis virus akut saat ini.
Terdeteksi setelah HBsAg dibersihkan dari serum.
IgM anti-HBc yang menetap menyatakan terdapatnya hepatitis aktif kronik.
Kadar IgG anti-HBc yang rendah serta ditemukannya anti- HBs menandakan
infeksi VHB masa lalu, sementara kadar IgG anti-HBc yang lebih tinggi
tanpa ditemukan Anti HBs menunjukkan persistensi infeksi VHB .
Pemeriksaan SGOT/SGPT
Kadar normal
SGOT/SGPT : 0-50 U/l pria dan 0-35 U/l
wanita
Penatalaksanaan
1. Kelompok imunomodulasi :
interferon, timosin alfa 1, vaksinasi
terapi
2. Kelompok terapi antiviral :
lamivudin, adefovir dipivoksil
KOLESISTITIS AKUT
Kolesistitis akut : reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai keluhan nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan :
statis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia
dinding kandung empedu.
Penyebab utama : batu kandung empedu di
duktus sistikus sehingga menyebabkan statis
cairan empedu.
KOLESISTITIS AKUT
Gejala Klinis : kolik perut di kanan atas atau
epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan
suhu tubuh. Kadang rasa sakit menjalar ke
pundak atau skapula kanan hingga 60 menit
tanpa reda.
PF : teraba massa kandung empedu, nyeri tekan
dan tanda peritonitis lokal (Murphys sign)
Lab : leukositosis dan peningkatan serum
transaminase dan fosfatase alkali.
USG : kepekaan dan ketepatan 90-95%.
KOLESISTITIS AKUT
Pengobatan : istirahat total, nutrisi
parenteral, diet ringan, obat penghilang
rasa nyeri dan antispasmodik. Pemberian
antibiotik fase awal (ampisilin,
sefalosporin, metronidazol) penting untuk
mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis
dan septisemia.
Kolesistektomi laparoskopi.
KOLESISTITIS AKUT
Prognosis :
Sembuh spontan 85%
Bisa menjadi kolesistitis rekuren
Bisa berkembang menjadi gangren,
empiema, perforasi kandung empedu, fistel,
abses hati atau peritonitis umum.
KOLESISTITIS KRONIK
Lebih sering muncul dan disebabkan
litiasis.
Gejala : minimal, seperti dispepsia, rasa
penuh epigastrium, nausea khususnya
setelah makan makanan berlemak dan
hilang setelah sendawa. Riwayat penyakit
batu empedu di keluarga, ikterus dan kolik
berulang, nyeri, Murphy sign.
KOLESISTITIS KRONIK
DD : intoleransi lemak, ulkus peptik, kolon
spastik, Ca colon, pankreatitis kronik.
Pem. Penunjang : kolesistografi oral, USG
dan kolangiografi.
Pengobatan : kolesistektomi
AMUBIASIS
Etiologi : Entamoeba histolytica (trofozoit
dan kista). Trofozoit menimbulkan gejala
disentri dan kista bertanggung jawab pada
penularan.
Penularan : fekal oral
Ulkus terutama terjadi di sekum. Kolon
asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan
ileum terminalis.
Pemeriksaan Penunjang
Tinja berbau busuk, bercampur darah dan
lendir.
Sediaan tinja langsung untuk pasien tidak
diare: kista berbentuk bulat, berkilau seperti
mutiara.
Sediaan tinja diare : tampak trofozoit yang
bergerak aktif seperti keong dengan
pseudopodinya seperti kaca. Jika tinja
berdarah tampak ameba dengan eritrosit
Pengobatan Amebiasis
Amebiasis asimtomatik : pilihannya
diloksanit furoat 3x500mg sehari selama
10 hari.
Disentri ameba ringan sedang :
metronidazol 3x 750 mg selama 5-10 hari.
Disentri berat : pasien dirawat inap,
ditambah dengan pemberian cairan infus
dan penambahan emetin atau
dehidroemetin.
DISENTRI BASILER
Shigellosis disebabkan kuman shigella.
Penularan : fekal oral
Lokasi yang terkena usus besar,
terutama sigmoid. Tidak ada ulkus
bergaung seperti amebiasis.
Tanda : diare, adanya lendir dan darah
dalam tinja, kram perut dan tenesmus.
Pengobatan :
Istirahat, dehidrasi dan antibiotik.
Antibiotik :
1.Ampisilin 4x500mg/hari selama 5 hari
2.Trimetoprim-sulfametoksazol 2x960 mg/hari
selama 3-5 hari
3.Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 3 hari
4.Azitromisin 1 gr dosis tunggal
5.Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari
Perbedaan
Disentri amuba
Disentri basiler
Epidemiologi
Kronik
Akut
Periode inkubasi
Lama
Kurang 1 minggu
Onset
Lambat
Cepat
Umur
Segala umur
Umumnya anak-anak
Kelelahan
Jarang walking
dysentry
Fatality
Rendah
Jumlah defekasi
6-8 kali/hari
Jumlah feses
Relatif sedikit
Banyak
Bau
Busuk
Amis
Warna
Merah gelap
Merah segar
Konsistensi
Reaksi
Asam
Basa
Thank You