Anda di halaman 1dari 24

INDIKATOR LANSIA

1) Anis

dwi puniagiri
2) Assafik atu rokhmah
3) Asiska yulistiani
4) Dikha aria
5) Sri mariyati
6) Mareta fitria
7) Vetty mustikasari

( 2013011 )
( 201301168 )
( 2012011 )
( 2013011 )
( 201301190 )
( 2013011 )
( 2013011 )

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )


lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan ( miidle age ) adalah kelompok usia
45-59 tahun
Usia lanjut ( elderly ) adalah kelompok usia antara 6070 tahun
Usia lanjut tua ( old ) adalah kelompok usia antara 7590 tahun
Usia sangat tua ( very old ) adalah kelompok usia di
atas 90 tahun

Indikator keberhasilan pembangunan salah satunya


adalah peningkatan jumlah penduduk lansia.

UHH di indonesia (Kemenkes,2013)


Tahun

UHH

Presentase
Poulasi

2000

64,5 tahun

7,18 %

2010

69,43 tahun

7,56 %

2011

69,65 tahun

7,58 %

INDIKATOR LANSIA

Fisik:

Mampu ADL semandiri mungkin,


Gaya hidup aktif dapat mempertahankan kapasitas fungsional
lebih lama.
Latihan fisik / olahraga secara teratur dan sesuai kemampuan
Pengaturan gizi/diit seimbang
Memelihara hubungan seks yang sehat
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
Memelihara penampilan diri

Sosial Ekonomi:
Mempersiapkan tabungan hari
tua
Berwiraswasta
Memiliki asuransi
Meningkatkan iman dan takwa
Tetap setia dengan pasangan
Mengikuti kegiatan social
Meningkatkan keharmonisan
keluarga
Menyediakan waktu untuk
rekreasi
Tetap mengembangkan hobi /
bakat.

Psikologi
Kemampuan persepsi
Tingkat kemampuan
kognitif
Kemampuan
mengingat / memori
Kemampuan belajar
pada usia lanjut

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo


UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial
UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
UU No. 11 tahun 1992 tentang dana pensiun
UU No. 23 tahun 1992 kesehatan
UU No. 4 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Tetap Kesejahteraan Usia Lanjut.
Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Tim Kerja Geatric.

Maryam, R. (2008).

MDGS DAN SDGS


Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang disegala usia.

PROGRAM KESEHATAN LANSIA


1.
2.
3.

Puskesmas santun lansia


Pembinaan kelompok lanjut usia
Posyandu lansia

Immobility (imobilisasi), instability (instabilitas


dan jatuh), incontinence (inkontinensia),
intellectual impairment (gangguan intelektual),
infection (infeksi), impairment of vision and
hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), Inanition (malnutrisi), insomnia
(ganguan tidur), hingga immune deficiency
(menurunnya kekebalan tubuh).

Indikator Fisik

Indikator Psikologi

Gangguan alam perasaan, persepsi, Isolasi sosial,


depresi, halusinasi, resiko bunuh diri,
kehilangan, dan berduka kehilangan.

Indikator Sosial

Kelayakan tempat tinggal lansia, status ekonomi rumah


tangga krisis, permasalahan lansia yang berpergian
tanpa pengawasan, dan lansia yang menjadi korban
kejahatan.

Ekonomi

Status pekerjaan lansia, rendahnya angka lansia


produktif karena kurangnya lapangan kerja dan
rendahnya angka pendapatan lansia.

KONDISI LAPANGAN

Indikator Fisik
keluhan kesehatan

ANGKA KESAKITAN LANSIA

Indikator Sosial Ekonomi


Rasio Ketergantungan Lansia

Partisipasi Lansia dalam Angkatan Kerja

INDIKATOR PSIKOLOGI
Data prevalensi untuk gangguan mental pada pasien lanjut usia
bervariasi, namun secara konservatif diperkirakan sebanyak 25
persen memiliki gejala psikiatri yang signifikan. Angka
morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia
diperkirakan meningkat hingga 20 juta pada pertengahan abad
20 nanti

Program

Kesehatan Bagi Lansia

Bantuan Sosial

Program Pemberdayaan Lansia


Pelayanan Sosial di dalam Panti
Program Pemberdayaan dan Pelayanan Sosial di luar Panti
Kelembagaan Sosial dan Aksestabilitas Lansia Lainnya

Bina Keluarga Lansia (BKL)

Karang Lansia

Posyandu lansia

Rumah sehat lansia

Puskesmas santun lansia

Taman lansia

Program kota rumah lansia

PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari tinjauan teori indikator lansia sehat
fisik,diketahui semakin bertambah tua umurnya, maka lansia yang
mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak. Sebanyak
37,11 persen penduduk pra lansia (45-59 tahun) pernah mengalami
keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, sementara lansia muda
(60-69 tahun) sebesar 48,39 persen, lansia madya (70-79 tahun)
sebesar 57,65 persen, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar 64,01
persen yang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Angka kesakitan
lansia tahun 2014 sebesar 25,05 persen, berarti bahwa sekitar satu
dari empat lansia pernah mengalami sakit dalam satu bulan
terakhir.

Berdasarkan data dari indikator ekonomi ,dengan adanya penurunan


kemampuan fisik maka normalnya akan terjadi gangguan kemampuan
mobilisasi pada lansia, hal ini akan menyebabkan terganggunya
proses ekonomi pada orang usia lanjut, karena itu pada bab
sebelumnya telah di sajikan data Rasio ketergantungan lansia,yang
membuktikan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk
usia produktif untuk membiayai lansia dengan asumsi bahwa lansia
tersebut secara ekonomi bukanlah lansia yang produktif. Selain itu,
angka tersebut mencerminkan pula ketersediaan tenaga kerja
produktif. Semakin tinggi angka ketergantungan lansia semakin
langka tenaga kerja produktif.

Dari sisi kegiatan ekonomi lansia, data BPS Sakernas 2014 memperlihatkan bahwa
lansia yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebesar 47,48 persen lansia masih
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Proporsi lansia laki-laki yang bekerja
(63,81 persen) lebih besar daripada lansia perempuan (32,88 persen). Sementara
itu, proporsi lansia bekerja di perdesaan (54,84 persen) lebih besar daripada
perkotaan (38,90 persen). Sebanyak 84,92 persen lansia bekerja tersebut
berpendidikan rendah. Kondisi lansia dari segi penghasilaan masih berada dibawah
standart kebutuhan hidup sehari-hari yang akan menyebabkan tingkat kesejahteraan
pekerja masih sulit untuk dicapai.

Berdasarkan data dari tinjauan teori indikator lansia sehat sosial psikologis
,Prevalensi gangguan mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan
usia. Berdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 75 tahun ke atas (33,7%).
Kelompok yang rentan mengalami gangguan mental emosional adalah kelompok
dengan jenis kelamin perempuan (14,0%), kelompok yang memiliki pendidikan
rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 21,6%), kelompok yang
tidak bekerja (19,6%), tinggal di perdesaan (12,3%), serta pada kelompok tingkat
pengeluaran rumah tangga per kapita terendah.

Berdasarkan data diatas langkah-langkah yang bisa diambil untuk


mengatasi masalah tersebut yaitu:Pelayanan kesehatan lansia berbasis
rumah sakit ( hospital based geriatric service ).Pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat ( community based geriatric service ). Membentuk
posyandu lansia, program JSLU (Jaminan Sosial Lanjut Usia) dan
JAMKESMAS serta panti jompo

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai