Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Demam Tifoid
Pembimbing :
dr. Roedi Djatmiko, Sp.A
Oleh: Alvito Wira Tiza
1510221044
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang
Juli 2016
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
Bangsal
: An. C
: 8 tahun
: Perempuan
: Islam
: Mertoyudan
Ruangan : 7 Juni 2016
: 11 Junii 2016
: Flamboyan
Riwayat pengobatan
Pasien mengkonsumsi obat paracetamol
Rumah
satu
b. Occupational
Orang tua pasien adalah ibu rumah tangga. Bapak pasien
adalah seorang anggota TNI. Pasien dirawat menggunakan
BPJS - dinas.
c. Personal Habit
Pasien sering jajan makanan seperti bakso, nasi goreng
yang ada di sekitar rumahnya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
N : 120 x/menit
RR
: 20 x/menit
: 38 C
Berat Badan : 24 Kg
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak
mudah dicabut
Mata
Palpebra : Edema /
Konjungtiva : Anemis -/ Sklera : Ikterik /
Pupil : Bulat, isokor
Refleks Cahaya : +/+
Telinga
Bentuk
Liang
: Lapang
Mukosa
: Hiperemis (-)
Serumen
: Normal/Normal
: /
Pemeriksaan Fisik
Leher
KGB
: Tidak terdapat
pembesaran
Hidung
Bentuk
: Normal
Deviasi Septum
Sekret
: +/+
Thoraks : Paru
Mulut
Bibir
: normal
Lidah
: normal
Tonsil
: T1T1 tenang
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas Atas
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak
terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
angkat pada apeks
Perkusi : Jantung dalam batas
normal
Auskultasi
: BJ IBJ II reguler,
murmur (), gallop ()
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+)
normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (),
hepatomegali (=)
Akral
: Hangat
Sianosis
: ()
Perfusi
: Baik
Edema
: ()
Bawah
Akral
: Hangat
Sianosis
: (-)
Perfusi
: Baik
Edema
: ()
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Referensi
WBC
5.5
4.0 10.0
LYM %
39
20.0 40.0
MID%
8.7
1.0 15.0
GRAN%
69
50.0 70.0
LYM #
11.2
0.6 4.1
MID #
2.6
0.1 1.8
GRAN #
3.8
2.0 7.8
RBC
4.7
3.50 5.50
HGB
13.4
11.0 15.0
HCT
39.1
36.0 48.0
MCV
93.3
80.0 99.0
MCH
30.4
26.0 32.0
MCHC
32.6
32.0 36.0
PLT
182
150 450
Diagnosis
Terapi
D5 NS 1000 / 24 jam
Inj. Cefotaxim 3x500 mg
Inj. Norages 250 mg (kp)
Inj. Anitid 2 x 1/4 ampul
Otopan syr. 250g 3 x 1 cth
Planning
Tes Widal
Instruksi Dokter
8 Juni 2016
Pk. 06.00
: CA /, SI /
jam
2. Cefotaxim
3x500
mg
3. Norages
250
mg
(kp)
4. Otopan syr 250 mg
3x1 cth
(-) Negatif
Paratyphi AO
Paratyphi BO
(-) Negatif
Paratyphi CO
(-) Negatif
Typhi H
(-) Negatif
Paratyphi AH
(-) Negatif
Paratyphi BH
(+) 1/320
Paratyphi CH
(-) Negatif
Instruksi Dokter
Jam
Kamis
9 Januari
2016
Pk. 06.00
Terapi
1. D5 NS 1000 / 24
jam
2. Cefotaxim
3x500
Instruksi Dokter
al/
Jam
Jumat
10 Juni
2016
Pk. 07.00
Instruksi Dokter
Jam
Sabtu
11 Juni
2016
Pk. 07.00
boleh
Prognosis
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Demam Tifoid
Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus
abdominalis atau typhoid fever. Demam
tipoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya
terdapat
pada
saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran
Epidemiologi
Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di
seluruh propinsi dengan insidensi di daerah
pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di
daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun
atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun.
Umur penderita yang terkena di Indonesia
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus
Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian
besar melalui minuman/makanan yang tercemar
oleh kuman yang berasal dari penderita atau
pembawa kuman, biasanya keluar bersama sama
dengan tinja (melalui rute fekal - oral)
Etiologi
Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Etiologi demam tifoid dan demam
paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi A,
S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan S.
paratyphi C (S. Hirschfeldii).
Lanjutan Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain
adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela,
tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif
anaerob.
Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (K) yang terdiri
polisakarida.
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida
kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding
sel da dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga
dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multipel antibiotik
Masa inkubasi
Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara
7 20 hari, dengan masa inkubasi
terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari.
Dikatakan bahwa masa inkubasi
mempunyai korelasi dengan jumlah
kuman yang ditelan, keadaan
umum/status gizi serta status imunologis
penderita
Gejala Klinis
Demam
Mual dan muntah
Diare
Konstipasi
Sakit kepala
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi
Dapat disertai anemia dari ringan sampai
sedang
Peningkatan laju endap darah
Gangguan eritrosit normositik normokron
Sgot dan sgpt dapat meningkat
Pemeriksaan serologi
Tes widal
Diagnosis
Demam tifoid pada anak biasanya
memberikan gambaran klinis yang ringan
bahkan asimtomatik. Walaupun gejala
klinis sangat bervariasi namun gejala
yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi
dalam
(1) demam,
(2) gangguan saluran pencernaan, dan
(3) gangguan kesadaran.
Diagnosis
Sembelit dapat merupakan gangguan gastointestinal awal
dan kemudian pada minggu ke-dua timbul diare.
Diare hanya terjadi pada setengah dari anak yang
terinfeksi, sedangkan sembelit lebih jarang terjadi.
Dalam waktu seminggu panas dapat meningkat. Lemah,
anoreksia, penurunan berat badan, nyeri abdomen dan
diare, menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan
delirium.
Rose spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat
timbul pada kulit dada dan abdomen, ditemukan pada 4080% penderita dan berlangsung singkat (2-3 hari).
Gambaran klinis lidah tifoid pada anak tidak khas karena
tanda dan gejala klinisnya ringan bahkan asimtomatik
Diagnosis
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila
ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah,
urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau
dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis
penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan
dalam darah dan sumsum tulang pada awal
penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di
dalam urine dan feses.
Media pembiakan yang direkomendasikan untuk
S.typhi adalah media empedu (gall) dari sapi dimana
dikatakan media Gall ini dapat meningkatkan
positivitas hasil karena hanya S. typhi dan S.
paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut
Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa :
Tirah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat
membantu. Pasien harus diedukasi untuk tinggal di rumah
dan tidak bekerja sampai pemulihan.
Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
rendah serat adalah yang paling membantu dalam
memenuhi nutrisi penderita namun tidak memperburuk
kondisi usus. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat)
untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet
cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa..
Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang
cukup, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan parenteral diindikasikan pada
penderita sakit berat, ada komplikasi,
penurunan kesadaran serta yang sulit
makan. Cairan harus mengandung elektrolit
dan kalori yang optimal. Kebutuhan kalori
anak pada infus setara dengan kebutuhan
cairan rumatannya
Medika Mentosa
Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada
tifoid dapat diberi antipiretik. Bila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman
dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis
10 mg/kg/kali minum.
Bila tidak mampu intake peroral dapat
diberikan via parenteral, obat yang masih
dianjurkan adalah yang mengandung
Methamizole Na
Antibiotik
Chloramphenicol, merupakan antibiotik
pilihan pertama untuk infeksi tifoid fever
terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan
untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi
menjadi 4 dosis untuk pemberian intravena
biasanya cukup 50 mg/kg/hari.
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7
hari setelah demam turun. Kelemahan dari
antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi
relaps atau kambuh, dan carier
Komplikasi
Perdarahan usus
Perforasi
Peritonitis
Pencegahan
Cuci tangan.
Hindari minum air yang tidak dimasak.
Tidak perlu menghindari buah dan
sayuran mentah.
Pilih makanan yang masih panas.
TERIMAKASIH