Pembimbing :
dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. C
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur : 22 tahun
Alamat : Perum pejuang raya
Warga Negara : Indonesia
Suku : Batak
Agama : Kristen
RIWAYAT PSIKIATRI
Keluhan Utama
Kontrol pasien dengan riwayat keluhan utama marah
-marah dua tahun yang lalu.
Tahun 2014-2015 :
Pasien mulai tenang,
pendiam, tidak lagi
marah-marah ataupun
berteriak-teriak, pasien
juga sudah lagi suka
berbelanja dan
berdandan, pasien juga
mengatakan sudah tidak
mendengar suara-suara
yang mengomentari nya.
Pasien menjalani rawat
jalan dan rutin kontrol ke
poli jiwa.
Tahun 2015 :
Pada bulan oktober 2015
pasien mengalami
kejadian serupa seperti
tahun 2014, pasien
dirawat kembali akibat
marah dan berteriakteriak saat mengetahui
adiknya mengalami
kecelakaan, sehingga
pasien kembali di rawat
di RS selama 10 hari.
Tahun 2016 :
Ibu pasien mengatakan pasien cukup tenang dan perilaku marah-marah
serta berteriak-teriak sudah tidak ada. Pasien rutin kontrol ke Poli Jiwa RS
Polri dan teratur minum obat. Namun pasien menjadi kehilangan minat
untuk beraktivitas, sehari-hari pasien hanya berdiam diri didalam rumah,
banyak tidur dan nafsu makan meningkat.
Riwayat pendidikan:
Riwayat
hukum :
Riwayat pernikahan:
Riwayat perkerjaan:
pelanggaran
Situasi
sekarang:
kehidupan
Riwayat keluarga
Pasien masih memiliki orang tua yang lengkap dan tinggal bersama. Pasien
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Menurut pasien keluarga nya
cukup harmonis dan orang tua nya sangat menyayangi nya. Berdasarkan
keterangan ibu pasien, di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa seperti
pasien.
Genogram :
STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Seorang perempuan usia 22 tahun, penampilan fisik sesuai dengan
usianya, penampilan rapi, berkulit kuning langsat, menggunakan
kacamata dan berkawat gigi. Tampak perawatan diri baik.
Kesadaran composmentis
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Sebelum wawancara : pasien tenang duduk di kursi
Selama wawancara : berkonsentrasi menjawab pertanyaan, tampak
tenang
Sesudah wawancara : tampak ramah dan tersenyum terhadap pemeriksa
Pembicaraan
Pasien bicara spontan, dapat bercerita dengan jelas dan lancar, artikulasi jelas,
volume cukup, ide cukup.
Gangguan persepsi
Halusinasi
:
Ilusi
:
Depersonalisasi:
Derealisasi
:
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Daya Ingat
Jangka panjang
: Baik (Dapat mengingat tanggal lahir)
Jangka pendek
: Baik (Ingat menu makan paginya )
Segera
: Baik (Dapat menyebutkan 3 benda yang
disebutkan oleh pemeriksa)
Pikiran Abstraktif
Baik (Pasien dapat mengetahui perbedaan jeruk dan
apel)
Visuospasial
Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang
diminta oleh pemeriksa)
Bakat Kreatif
Pasien dapat bernyanyi
Proses Pikir
Arus pikir
Kontinuitas
: Tidak terganggu
Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir
Preokupasi
: Tidak ada
Waham
: Tidak ada
Obsesi
: Tidak ada
Kompulsi
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif.
Penilaian Realita :
Tidak terganggu
Derajat 4 : Pasien
mengetahui bahwa
dirinya sakit, tetapi
tidak mengetahui
penyebabnya.
Reliabilitas
Tilikan
Daya nilai
Pemeriksa
memperoleh kesan
bahwa keseluruhan
jawaban pasien
dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS
Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
HR : 80 x/menit
Suhu : 36,7 C
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
IKHTISAR PENEMUAN
Pasien perempuan,
Selain marahusia 22 tahun
marah, terdapat
datang ke Poli Jiwa
juga gangguan
untuk kontrol rutin
persepsi berupa
setiap bulan,
sebelumnya pasien halusinasi auditorik
dan gangguan isi
memiliki riwayat
pikir
yaitu Waham
marah-marah dua
Kebesaran.
tahun yang lalu.
Saat di wawancara
pasien dalam
keadaan
komposmentis,
tenang, kooperatif,
berbicara spontan,
ide cukup dan
bicara lancar
dengan artikulasi
yang jelas
Formulasi diagnosis
Aksis 1
1. Gangguan mental organik (FO) dapat disingkirkan, karena tidak ada penyakit
fisik yang bermakna, tidak adanya penurunan fungsi kognitif, tidak ada
gangguan sensorium, tidak adanya gangguan orientasi maupun daya ingat,
tidak adanya delirium dan tidak adanya demensia.
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F1) dapat
disingkirkan, karena pasien dan keluarga menyangkal penggunaan psikoaktif.
3. Pasien ini termasuk gangguan skizoafektif karena didapatkan gangguan
mood (manik) disertai dengan adanya gejala halusinasi auditorik dan waham
yang timbul secara bersamaan dua tahun yang lalu. (F2)
4. Gangguan suasana perasaan (Mood/Gangguan Afektif) (F3) dapat
disingkirkan karena pasien mengalami perubahan suasana mood dan afek
yang meningkat (manik) tetapi pasien juga mengalami gangguan gejala
psikotik secara bersamaan.
5. Dengan demikian sesuai dengan PPDGJ III paisen ini digolongkan kepada F25
Skizoafektif stabil, kini dalam remisi.
Aksis 2
Tidak didapatkan gangguan kepribadian
Aksis 3
Karena tidak didapatkan kondisi medis umum yang terganggu, maka diagnosis aksis 3
tidak ada.
Aksis 4
-
Masalah keluarga (Sewaktu kuliah, ayah pasien memaksa anaknya agar mendapatkan
nilai IP yang bagus.)
Aksis 5
Global Assement of Functioning (GAF) scale 80-71 yaitu, gejala sementara dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis 1 :
F25
Skizoafektif
stabil, kini
dalam
remisi
Aksis 5 : Global
Assement of
Functioning (GAF)
scale 80-71
Aksis 3 :
Tidak ada
Aksis 2 :
Z.03.2
tidak ada
diagnosis
aksis 2
Aksis 4 :
Masalah
keluarga
dan
lingkungan
sosial
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang atau gangguan fisik
lainnya. Tidak terdapat faktor genetik pada keluarga.
b. Psikologis
Mood : Eutim
Afek : Serasi
Gangguan persepsi : Tidak ada
Gangguan proses pikir : Tidak ada
Gangguan isi pikir : Tidak ada
Tilikan : Derajat IV
c. Lingkungan dan Sosioekonomi
Sewaktu kuliah terdapat masalah keluarga ayah pasien yang selalu
memaksa anaknya untuk mendapatkan nilai IP yang bagus dan
pasien memiliki masalah dengan teman nya hingga bermusuhan.
DIAGNOSI
S
Diagnosis Kerja
F25 Skizoafektif stabil, kini dalam remisi
Diagnosis Banding
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini
dalam remisi
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo ad funsionam : dubia ad bonam
RENCANA TERAPI
Psikofarmaka
Psikoterapi
Olanzapine 1 x 5mg
PEMBAHASAN
Skizoafekti
f
Gangguan mental serius dengan
gambaran skizofrenia dan
gangguan afektif
Skizofrenia + gangguan
afektif bersamaan, sama
menonjol
Mania
Skizofrenia
Gangguan otak yang
mendistorsi cara seseorang
berpikir, bertindak,
mengungkapkan emosi,
merasakan realitas &
hubungan sosial
Depresi
Ditandai dengan
perasaan sedih, tidak
berharga, atau putus asa,
serta masalah
berkonsentrasi dan
mengingat detail.
KLASIFIKASI
F 25.0
Skizoafek
tif tipe
Manik
Pedoman
Diagnostik
F25.1
Ganggua
n
Skizoafek
tif Tipe
Depresif
Pedoman Diagnostik
F25.2
Gangguan
Skizoafektif
Tipe
Campuran
Gangguan dengan
gejala-gejala
skizofrenia (F20.-)
berada secara
bersama-sama
dengan gejalagejala afektif bipolar
campuran (F31.6).
F25.8
Gangguan
Skizoafektif
Lainnya
F25.9
Gangguan
Skizoafektif
YTT
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu
patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan
gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada
kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiology baik fungsional
ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.
Neurobiologi fungsional yeng mendasari gejala psikotik cukup beragam
seperti yang ditunjukkan pada table 1. Secara sederhana disimpulkan bahwa
gejala psikotik muncul dari gangguan pada sistem dopamin, serotonin,
glutamate, metabolisme otak, dll. Kelebihan dopamin atau peningkatan
sensitivitas reseptor dopamine D2 menjadi penyebab gejala psikotik positif.
Serotonin dikaitkan dengan gejala positif dan negatif. Terlihat penurunan
aktivitas glutamat di beberapa regio otak pada pasien skizofrenia, kelainan
pada sistem glutamat dikaitkan dengan gejala hiperaktivitas, hipoaktivitas,
dan neurotoksisitas. Gejala negatif terutama dikaitkan dengan aktivitas
norepinefrin yang menurun.
b.
Delusion of control
c.Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien .
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang
berbicara atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d.Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
SKIZOAFEKTIF
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan
gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit
yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan afektif tetapi
dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode
psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun
depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
manic atau depresi (F30-F33).
Generik
Chlorpromazi
APG
I
Chlorpromazine
Tab. 25 - 100 mg
ne
Anjurkan
150 - 600
mg/hari
Promactil
Tab. 100 mg
Meprosetil
Tab. 100 mg
Cepezet
Tab. 100 mg
Perphenazine
Perphenazine
Tab. 4 mg
Trilafon
Tab 2 - 4 - 8 mg
Trifluoperazin
Stelazine
Tab. 1 - 5 mg
10 - 15
Tab. 2,5 - 5 mg
mg/hari
10 - 15
Tab. 50 - 100 mg
mg/hari
150 - 300
e
Fluphenazine
Thioridazine
Anatensol
Melleril
mg/hari
Haloperidol
Haloperidol
5 - 15 mg/hari
Dores
Tab. 1,5 mg
Serenace
Haldol
Tab. 2 - 5 mg
Govotil
Tab. 2 - 5 mg
Lodomer
Tab 2 - 5 mg
APG II
Sulpride
Dogmatil
Sediaan
Dosis Anjurkan
Tab. 200 mg
300 - 600
Forte
Clozapine
Clorazil
mg/hari
Tab. 25 - 100
25 - 100 mg/hari
mg
Sizoril
Tab. 25 - 100
mg
Olanzapine
Zyprexa
Tab. 5 - 10 mg
10 - 20 mg/hari
Quetiapine
Seroquel
Tab. 25 - 100
50 - 400 mg/hari
mg
Zotepine
Lodopin
Tab. 25 - 50 mg
75 - 100 mg/hari
Mengatasi episode mania dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka
waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Litium juga digunakan untuk
mencegah ataumengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
Episode depresi kira-kira 80% pasiendepresif gangguanbipolar 1 berespon
terhadap terapi lithium
Stabilisasimood
Agresif & gangguan tingkah laku
Asam Valproat
Karbamazepin
TERIMA KASIH