Kelompok DR - Iwan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

Aturan PerUndang - Undangan Ilmu

Kedokteran Forensik & Medikolegal


Oleh :
Fariz Rahman Ramadan I4A011050
Febby Ariza Ramadhani I4A011074
Ardirestu Septiadi Halin I4A012106
Pembimbing :
Dr. Iwan Aflanie, M.kes , Sp.F, SH

BAGIAN/SMF FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD UILIN
BANJARMASIN
Januari, 2017

Latar Belakang

Peranan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat sering dihadapkan pada kenyataan bahwa bantuan
dokter diperlukan oleh kalangan penegak hukum dalam
memeriksa korban maupun memberikan keterangan untuk
kepentingan hukum dan peradilan.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli
lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, di
mana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban,
baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena
tindak pidana

Visum et Repertum

Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual


(melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum
berarti laporan mengenai apa yang dilihat dan ditemukan.

Definisi Visum et Repertum menurut Kolegium Kedokteran


Forensik dan Medikolegal adalah : Laporan tertulis yang dibuat
oleh dokter atas permintaan tertulis dari pihak yang berwajib
mengenai apa yang dilihat dan ditemukan berdasarkan
keilmuannya, dan untuk kepentingan peradilan.

VeR merupakan salah satu barang bukti sah di pengadilan


berdasarkan pasal 184 KUHAP

Dasar hukum VeR pasal 133 KUHAP

Dapat diambil Kesimpulan


1. LAPORAN TERTULIS, sebaiknya diketik dan pada akhir alinea
ditutup dengan garis.
2. DIBUAT OLEH DOKTER, semua jenis keahlian dokter dapat
membuatnya.
3. PERMINTAAN TERTULIS DARI PIHAK YANG BERWAJIB,
permintaan dari pihak-pihak lain tidak dapat dilayani (misalnya
permintaan keluarga).
4. APA YANG DILIHAT/DIPERIKSA BERDASARKAN KEILMUAN,
merupakan bagian yang obyektif.
5. BERDASARKAN SUMPAH, dicantumkan di bagian Penutup.
6. KEPENTINGAN PERADILAN, berarti bukan untuk kepentingankepentingan lain seperti misalnya asuransi.

Prosedur pembuatan berdasarkan


perundangan :

Seperti tercantum dalam KUHAP Pasal 133 ayat 1, dimana dalam


hal penyidik atau kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati, yang diduga karena
peristiwa tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli Kedokteran Kehakiman atau Dokter
dan atau Dokter lainnya, adapun tata cara permintaannya
sebagai berikut :

a. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter, Dokter


ahli Kedokteran Kehakiman atau Dokter dan atau ahli lainnya,
harus diajukan secara tertulis dengan menggunakan formulir
sesuai dengan kasusnya dan ditanda tangani oleh penyidik yang
berwenang.

b. Syarat kepangkatan Penyidik seperti ditentukan oleh Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1983, tentang pelaksanaan KUHAP Pasal 2
yang berbunyi : Penyidik adalah Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat
Pelda Polisi, Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurang-kurangnya
berpangkat Serda Polisi. Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi
karena jabatannya adalah Penyidik. Kapolsek yang dijabat oleh Bintara berpangkat
Serda Polisi, sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1983
Pasal 2 ayat (2), maka Kapolsek yang berpangkat Serda tersebut karena
Jabatannya adalah Penyidik.

c. Permintaan Visum et Repertum ini diajukan kepada Dokter ahli Kedokteran


Kehakiman atau Dokter dan atau ahli lainnya. Dokter ahli Kedokteran Kehakiman
biasanya hanya ada di Ibu Kota Propinsi yang terdapat Fakultas Kedokterannya.
Ditempat-tempat dimana tidak ada Dokter ahli Kedokteran Kehakiman maka
biasanya surat permintaan Visum et Repertum ini ditujukan kepada Dokter.

d. Dokter yang telah mempunyai surat kompetensi yang dapat membuat Visum et
Repertum yang diminta oleh penyidik.

VeR

Bentuk

Susuna
n

Bentuk VeR

a. Ditulis di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.

b. Bernomor dan bertanggal.

c. Mencantumkan kata "Pro justitia" di bagian atas (kiri atau tengah)

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

e. Tidak menggunakan singkatan - terutama pada waktu mendeskripsikan temuan


pemeriksaan

f. Tidak menggunakan istilah asing. Bila tak dapat dihindari maka berikan pula
penjelasannya dalam bahasa Indonesia.

f. Ditandatangani dan diberi nama jelas.

g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut

Susunan

Bagian Projustitia

Bagian Pendahuluan

Bagian Hasil Pemeriksaan (Pemberitaan)

Bagian Kesimpulan

Alat Bukti Sah

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali


apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.

Pasal 184 KUHAP

Alat bukti yang sah adalah:

(a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) Surat, (d) petunjuk,
(e) keterangan terdakwa.

Permintaan Sebagai Saksi Ahli

Pasal 179 (1) KUHAP

Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran


kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.

Pasal 224 KUHP

Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa


menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam dalam perkara pidana dengan penjara paling lama
Sembilan Bulan

Keterangan Ahli

Pasal 1 Butir 28 KUHAP

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang


memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum)

Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya


pembuktian, keterangan ahli harus dikemas dalam betuk alat
bukti sah.

INFANTISID

Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang


dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang
lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat
sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa
ia telah melahirkan anak. Undang-undang yang menyangkut
pembunuhan anak terdapat pada KUHP pasal 341, 342 dan 343.

1.1. Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh
anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

2.2. Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa
ia akan melahirkan anak, pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

2.3. Pasal 343 KUHP

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut
serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana.

Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting, yaitu Pelaku
haruslah ibu kandung korban. Motif, motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut
ketahuan telah melahirkan anak.Waktu Pembunuhan dilakukan segera setelah anak dilahirkan
atau tidak beberapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda
perawatan.8

Aborsi

Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari


uterusembrio, atau fetus yang belum dapat hidup.12 Dengan kata lain,
aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
yang mengakibatkan kematian janin

Aborsi atau keguguran kandungan merupakan suatu isu yang


kontroversial. Pertimbangan pelaksanaan aborsi harus dilihat dari aspek
etika dan profesionalisme kedokteran, hukum yang berlaku, serta
agama. Pelaksanaan aborsi harus melalui pertimbangan berbagai pihak
yang terlibat serta kompeten

Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat


mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke
dalam dua golongan yakni:

Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus
therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:

Ayat (1): Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan
norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu

Ayat (2)

Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya
terancam bahaya maut.

Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga
yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli
kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari
semua atau keluarganya.

Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga
kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang
ditunjuk.

Abortus Provocatus Criminalis (Abortus buatan illegal) Yaitu


pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan
atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten
serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan
abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur
kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus
provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

PASAL 299

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau


menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak empat pulu ribu rupiah.

2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau


menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan


pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya


atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.

PASAL 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.

2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana


penjara paling lama lima belas tahun

PASAL 348

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.

2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan


pidana penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan


kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.

PASAL 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu


sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terangterangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara
terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta,
menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang
demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan
atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam


Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan:

PASAL 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu


terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)

Pembunuhan
Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven het leven) adalah berupa
penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang
dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa
(leven) manusia. Menghilangkan nyawa berarti menghilangkan
kehidupan pada manusia yang secara umum disebut
Pembunuhan. Tindak pidana ini termasuk delik materiil (materiale
delict), artinya untuk kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup
dengan dilakukannya perbuatan, akan tetapi menjadi syarat juga
adanya akibat dari perbuatan itu. Timbulnya akibat yang berupa
hilangnya nyawa orang atau matinya orang dalam tindak pidana
pembunuhan merupakan syarat mutlak.
Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau
dikelompokkan atas 3 (dua) dasar, yaitu14 :
1) Atas dasar unsur kesalahannya
2) Atas dasar obyeknya (nyawa)

Atas dasar unsur kesalahannya ada 2 (dua) kelompok kejahatan


terhadap nyawa, ialah 14

a. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja


(dolus misdrijven), adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XIX
KUHP, pasal 338 sampai dengan 350 KUHP.

b. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan tidak dengan


sengaja (culpose misdrijven), dimuat dalam Bab XXI (khusus
pasal 359).

Sedangkan atas dasar obyeknya (kepentingan hukum yang


dilindungi), maka kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja
diobedakan dalam 3 (tiga) macam, yakni 14

a. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat


dalam pasal 338, 339, 340, 344,345.

b. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama


setelah dilahirkan, dimuat dalam pasal 341, 342 dan 343.

c. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dal am


kandungan ibu (janin) dimuat dalam pasal 347, 348 dan 349.

Jenis-Jenis Pembunuhan
1. Pembunuhan (Murder)
Hal ini diatur oleh pasal 338 KUHAP yang bunyinya sebagai berikut:
Barang siapa sedang sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum
karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara
selama-lamanya 15 tahun.

ARDI LANJUTKAN MASUKAN


INTINYA PEMBUNUHAN DAN
PERKAWINAN DI LAH
HABIS TU TUNTUNG, TENGKYU.
OKAY. KIRIM BALIK KE EMAIL DI

Anda mungkin juga menyukai