Anda di halaman 1dari 21

Pemeriksaan Penunjang

Tetanus ditegakkan dari klinis


Pemeriksaan penunjang tidak banyak membantu
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan:
Kultur luka untuk C. tetani (hasil negatif pada 30% kasus, hasil positif dapat

mendukung diagnosis)
Tes antibodi tetanus
SGOT
CPK
Myoglobinuria
Pemeriksaan penunjang lain untuk menyingkirkan diagnosis banding

Patofisiologi

Masuk ke dalam tubuh melalui semua jenis luka, port d'entre paling sering adalah
luka tusuk di kaki

Dapat terjadi pada persalinan atau abortus provokatus, pada bayi baru lahir melalui
infeksi tali pusat, serta otitis media dan gigi berlubang

Inokulasi kuman bentuk spora di tempat luka

Bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif pada lingkungan anaerob

Kuman tetap tinggal di daerah luka, tidak invasif

Kuman mengeluarkan eksotoksin: tetanolisin dan tetanospasmin

Tetanolisin menghancurkan eritrosit, menciptakan lingkungan yang baik bagi


perkembangan kuman

Tetanospasmin menyebar secara lokal melalui neuromuscular


junction dan ke seluruh tubuh melalui aliran limfe kemudian ke
sirkulasi darah

Toksin diserap motor end plate saraf tepi kornu anterior


medula spinalis sistem saraf pusat

Toksin memblok pelepasan neurotransmitter GABA dan glisin pada


SSP, serta menghambat pelepasan asteilkolin pada neuromuscular
junction, sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol/
eksitasi terus menerus dan spasme

Toksin pada sistem saraf menimbulkan gejala klinis:


Kekakuan pada daerah luka
Pada saraf tepi: distorsi wajah, kekakuan otot masetter, punggung,
serta kekakuan otot leher
Pada medulla spinalis: kekakuan yang berat pada ekstremitas, otototot thorakal dan perut
Pada korteks serebri; kejang general
Pada saraf otonom: gangguan pernapasan, metabolisme,
hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih

Trias: rigiditas otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom

Sering disebut lockjaw karena biasanya kekakuan pertama muncul


pada rahang dan wajah (neuroaxonal pendek)

Karakteristik Penyakit

Kejang bertambah berat pada 3 hari pertama, menetap hingga 5-7


hari

Setelah 10 hari frekuensi kejang berkurang

2 minggu kemudian kejang menghilang

Kaku otot paling cepat hilang mulai minggu ke-4

Stadium Klinis

Pada anak:
Stadium 1: Trismus 3 cm, kejang rangsang (-), kejang spontan (-)
Stadium 2: Trismus 3 cm, kejang rangsang (+), kejang spontan (-)
Stadium 3: Trismus 1 cm, kejang rangsang (+), kejang spontan (-)

Pada orang dewasa:


Stadium 1: trismus
Stadium 2: opisthotonus
Stadium 3: kejang rangsang
Stadium 4: kejang spontan

Penatalaksanaan
Profilaksis:

Debridement:
Tanpa memperhatikan status imunisasi
Eksisi jaringan yang nekrotik dan benda asing harus dikerjakan untuk semua
jenis luka

Imunisasi aktif:
DPT (Diphteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada anak. Diberikan pada
usia 2 6 bulan dengan dosis 0,5 cc IM, 1 x sebulan selama 3 bulan berturut
turut. Booster diberikan pada usia 12 bulan, dan antara umur 5 6 tahun.

Tetanus toksoid (TFT = VST = vaksin serap tetanus) diberikan dengan dosis 0,5
cc IM, diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut turut. Booster diberikan
10 tahun kemudian setelah suntikan ketiga imunisasi dasar

Imunisasi Pasif:
ATS (Anti Tetanus Serum): bovine (asal lembu) / equine (asal kuda). Dosis
orang dewasa 1500 IU per IM, dan anak 750 IU per IM.
Human Tetanus Immunoglobuline (asal manusia)/Hypertet. Dosis orang dewasa
250 IU per IM (~ 1500 IU ATS), dosis anak 125 IU per IM.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemberian antitoksin tetanus


Penatalaksanaan luka
Pemberian antibiotika
Penanggulangan kejang
Perawatan penunjang
Pencegahan komplikasi

Pemberian antitoksin tetanus

Dosis terapeutik ATS bagi orang dewasa adalah 10.000 20.000 IU


IM dan untuk anak anak 10.000 IU IM.

Dosis hypertet bagi orang dewasa adalah 300 IU 6000 IU IM dan


bagi anak anak 3000 IU IM.

Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 5 hari berturut


turut.

Penatalaksanaan luka

Eksisi dan debridemen luka yang dicurigai harus segera dikerjakan


1 jam setelah terapi sera (pemberian antitoksin tetanus)

Jika memungkinkan dicuci dengan perhydrol.

Luka dibiarkan terbuka untuk mencegah keadaan anaerob.

Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS.

Pemberian antibiotika

Metronidazole diberikan secara IV dengan dosis inisial 15 mg/kgBB


dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.

Lini kedua dapat diberikan Penicillin Procain 50.000-100.000


U/kgBB/hari selama 7-10 hari. Dosis dewasa

Pemberian Penicillin G 100.000 U/kgBB/hari iv pada anak-anak,


setiap 6 jam selama 10 hari direkomendasikan pada semua kasus
tetanus.

Jika hipersensitif terhadap penicillin dapat diberi tetracycline 50


mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).

Penanggulangan Kejang

Prinsip isolasi sudah mulai ditinggalkan karena dengan anti kejang


yang adekuat sudah memadai.

Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot


(muscle relaxant) ditambah alat bantu pernapasan (ventilator).

Cara ini hanya dilakukan di ruang perawatan khusus (ICU = Intesive


Care Unit) dan di bawah pengawasan seorang ahli anestesi.

Perawatan penunjang

Tirah baring

Diet per sonde, dengan asupan sebesar 200 kalori / hari untuk orang
dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk anak anak

Bersihkan jalan nafas secara teratur

Berikan cairan infus dan oksigen

Awasi dengan seksama tanda tanda vital (seperti kesadaran, keadaan


umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan pernapasan), trismus (diukur
dengan cm setiap hari), asupan / keluaran (pemasukan dan pengeluaran
cairan), temperatur, elektrolit, konsultasikan ke bagian lain bila perlu.

Pencegahan komplikasi

Mencegah anoksia otak dengan


(1) pemberian antikejang, sekaligus mencegah laringospasme,
(2) jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi (pemasangan
tuba endotrakheal) atau lakukan trakheotomi berencana,
(3) pemberian oksigen.

Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan napas yang teratur,


pengaturan posisi penderita berbaring, pemberian antibiotika.

Mencegah fraktur vertebra dengan pemberian antikejang yang memadai.

Komplikasi

Pneumonia, terutama karena aspirasi : asfiksi, terutama pada saat


kejang,

Status konvulsivus,

fraktur vertebra, akibat kejang.

Anda mungkin juga menyukai