TUBERKULOSIS
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
mampu
menginfeksi
secara
laten
ataupun
progresif.
2 milyar orang terinfeksi dan 2-3 juta orang
meninggal karena tuberkulosis setiap tahun
Indonesia menduduki urutan ke 2 dalam jumlah
penderita tuberkulosis terbesar setelah India
Sebanyak 51% penderita TB yang berada di USA
adalah orang-orang asing yang berasal dari
Meksiko, Filipina, Vietnam, India, Cina, Korea
Selatan
Mycobacterium tuberculosis
Merupakan basil TB yang terhisap melalui saluran pernapasan masuk
ke dalam paru-paru, kemudian ke saluran limfe paru dan akhirnya
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Melalui aliran darah
inilah basil TB menyebar ke berbagai organ tubuh.
Patofisiologi
Faktor Resiko
1. Kontak yang terlalu dekat dengan penderita TB
2. Tinggal di daerah endemis TB
3. Menderita penyakit yang menurunkan daya tahan
tubuh : HIV, DM
4. Merokok
5. Pemakai Narkoba
6. Orang yang di penjara, penampungan, asrama
Gejala
1. Seperti influensa dan demam tidak terlalu
tinggi
2. Malam hari sering keringat malam
3. Demam sering hilang timbul
4. Batuk selama 3 minggu dapat disertai darah
5. Perasaan tidak enak dan lemah
6. Mengalami penurunan berat badan, lemah,
batuk dan demam
7. Suara khas perkusi dada, bunyi dada dan
peningkatan suara bergetar
Manifestasi Klinis
Tuberkulosis
1.Ciri-ciri dan gejala
Batuk yang dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
2.Pemeriksaan fisik
suara khas pada perkusi dada, bunyi dada, dan peningkatan suara
yang bergetar lebih sering diamati pada auskultasi
3.Pemeriksaan laboratarium
peningkatan pada perhitungan sel darah putih dengan dominasi
limfosit
4.Radiografi dada
infiltrasi nodus pada daerah apical di lobus bagian atas dari
bagian superior dari lobus paling bawah
kavitasi yang menunjukan kadar udara-air sebagai tanda
perkembangan infeksi
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesa baik terhadap pasien maupun
keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan
otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
Diagnosis pasti tuberkulosis ditegakkan dengan
penemuan M. tuberkulosis terutama dan biakan
bahan sputum/jaringan, sedangkan gambaran
klinik dan radiologi tidak dapat dijadikan
pegangan.
Terapi
Terapi non farmakologi
1. Mencegah terjadi penularan TBC
2. Menemukan tempat kontak
dengan penderita TBC
PENANGANAN
NON FARMAKOLOGI
Pencegahan terhadap infeksi mycobacterium tuberculosis, meliputi :
A. Pencegahan terhadap infeksi tuberculosis
Imunisasi BCG untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Melakukan Tuberculosis test secara mantoux.
Memberantas penyakit TB pada pemerah air susu dan pasteurisasi
susu sapi.
Pemeriksaan bakteriologis sputum pada orang dengan gejala TB.
B. Meningkatkan daya tahan tubuh
Tidur cukup dan teratur
Makan makanan yang mengandung gizi seimbang
Des infeksi, mencuci tangan dan peralatan rumah tangga,
kepadatan penduduk dikurangi, ventilasi rumah dan sinar
matahari cukup.
Olah raga.
Fase intensif
Fase lanjutan
Kategori 1
INH, rifampisin,
pirazinamid dan
etambutol setiap hari
selama 2 bulan
Kategori 2
INH, rifampisin,
pirazinamid,
etambutol dan
streptomisin setiap
hari selama 2 bulan
30 37 kg
2 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
38 54 kg
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
55 70 kg
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
> 71 kg
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
30 37 kg
2 tablet 4 KDT
+ 500 mg
Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
+ 2 tablet Etambutol
38 54 kg
3 tablet 4 KDT
+ 750 mg
Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
+ 3 tablet Etambutol
55 70 kg
4 tablet 4 KDT
+ 1000 mg
Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
+ 4 tablet Etambutol
> 71 kg
5 tablet 4 KDT
+ 1000 mg
Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
+ 5 tablet Etambutol
PENGOBATAN
FIXED
DOSE
COMBINAT
ION
OAT
17
1. Isoniazid
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi
dengan obat lain; profilaksis
KI : penyakit hati yang aktif, hipersensitivitas
terhadap isoniazid
Peringatan : gangguan fungsi hati, fungsi
ginjal, resiko efek samping meningkat pada
asetilator lambat
ES : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis
optic, kejang, demam, hepatitis
2. Rifampisin
Indikasi : bruselosis, legionesis, infeksi terhadap
staphylococcus dalam kombinasi dengan obat
lain
KI : penyakit hati
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi
hati, lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan
hitung sel darah pada pengobatan jangka
panjang
ES : gangguan saluran cerna meliputi mual,
muntah anoreksia, dan diare
3. Pirazinamid
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi
dengan obat lain
KI : gangguan fungsi hati berat,
porfiria, hipersensitivitas terhadap
pirazinamid
ES : hepatotoksik, anoreksia,
hepatomegali, ikterus, gagal hati,
mual dan muntah
4. Etambutol
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi
dengan obat lain
Resistensi TB
Berdasarkan WHO up date (2008) ada 4 jenis katagori
resistensi terhadap OAT yaitu :
1. Mono resisten : resisten terhadap satu obat OAT lini
pertama
2. Poli resisten : Resisten terhadap lebih dari satu OAT lini
pertama selain kombinasi INH dan Rifampisin
3. Multi Drug Resisten (MDR) : resisten sekurangnya INH
dan Rifampisin
4. Extensively drug resisten (XDR) : MDR TB ditambah
kekebalan terhadap salah satu obat golongan
Fluorokinolon dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi
lini kedua ( kapreomisin, kanamisin, dan amikasin)
lanjutan
2. Resisten terhadap Rifampisin
a. Alternatif 1 pasien diterapi dengan INH,EMB
dan Fluorokinolon selama 12 18 bulan,
dengan suplemen PZA selama 2 bulan
b. Alternatif 2 pasien dg kavitas luas atau untuk
mempersingkat waktu terapi ( misal 12 bulan)
dapat ditambahkan pemberian injeksi pada
alternatif 1 minimal 2 bulan
c. Alternatif 3 INH, PZA dan streptomisin ( atau
jenis lain aminoglikosida ) dapat diberikan
selama 9 bulan
lanjutan
3. Resisten thd EMB, PZA dan
Streptomisin (SM)
Resisten ini tidak berpengaruh yg besar
terhadap terapi , jika tidak digunakan EMB
dan SM tidak akan menurunkan
efektivitas atau merubah lama
pengobatan. Tetapi tidak digunakan PZA
akan memperpanjang durasi terapi
dengan INH dan Rif selama 3 bulan untuk
total 9 bulan
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS
1.Pasien Anak
. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan.
. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif
maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan
berat badan anak.
Jenis obat
Isoniazid
BBDosis
< 10 kg
10 - Anak
19
BB 20 - 32
OATBB
pada
kg
kg
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampicin
75 mg
150 mg
300 mg
Pyrazinamide
150 mg
300 mg
600 mg
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (2)
1.Pasien Anak
Dosis OAT KDT pada Anak
Berat badan
(kg)
59
10 19
20 32
2 bulan tiap
hari RHZ
(75/50/150)
1 tablet
2 tablet
4 tablet
4 bulan tiap
hari RH (75/50)
1 tablet
2 tablet
4 tablet
Keterangan:
. Bayi dengan berat badan < 5 kg dirujuk ke rumah sakit
. Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
. Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
. OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (3)
2.Kehamilan
. Pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada
umumnya.
. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
streptomycin.
. Streptomycin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent
ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang
menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (4)
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (5)
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (6)
9.Pasien
Melitus
TB
dengan
Diabetes
TERAPI FARMAKOLOGI TB
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS (7)
INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT
Interaksi Obat
TERMINOLOGI MEDIK
Atelektasis / kolaps konsolidasi: kolaps dari bagian paru.
Bronkietaksis: pelebaran bronkus abnormal, terjadi setempat pada paruparu.
Campak (Morbili): penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak
koplik.
Fibrosis: pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada
paru paru.
Fix Dose Combination (FDC): regimen dalam bentuk kombinasi, namun di
dalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam satu
kesatuan.
Hemoptitis berat: pendarahan dari saluran pernafasan bawah yang
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
Kasus baru: penderita yang belum pernah diobati dengan meyerang.
Kasus gagal: penderita BTA positif yang masih tetap posit if atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan) atau
lebih, atau penderita dengan dengan hasil BTA negatif dan rontgen positif
TERMINOLOGI MEDIK
Kasus kronis: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori 2.
Kasus lalai (pengobatan setelah dafault / drop-out): penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Kasus pindahan (transfer in): penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan / pindah.
Kavitas: lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal.
Kuman persister (dorman): kuman yang menetap di dalam tubuh dalam keadaan tidur
selama beberapa tahun.
Limfadentitis TB: TB yang ditandai dengan gejala pembesaran kelenjar limfe superfisialis
Infeksi pasca primer: infeksi yang terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah
infeksi primer.
Infeksi primer: infeksi yang terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama
kalinya.
Pneumotorak spontan: adanya udara di dalam rongga pleura secara spontan.
Profilaksis TB: pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit TB, atau pencegahan
infeksi dengan menggunakan obat.
TERMINOLOGI MEDIK
Reaksi pleuran dan/atau efusi pleura: suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Regimen: dosis, cara dan lama terapi obat.
Resisten: bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada
kadar maksimal yang dapat ditolerir host.
Sponsdilitis TB: TB yang ditandai dengan gejala pembengkakan tulang belakang.
Tuberculosis (TB): penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua
bagian tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer.
TB aktif: penyakit TB dimana pasien sudah menimbulkan gejala dan menularkan.
TB ekstra paru: tuberkulosis yang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll.
TB kelenjar: TB dengan gejala terbanyak pembesaran kelenjar limfe di regio kolli,
multipel, tidak nyeri dan saling melekat.
TB kulit (skrofuloderma): penyakit kulit yang disebabkan olehMycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, dan terkadang vaksinBavillus Calmette-Guerin.
STUDI KASUS 1
HASIL PEMERIKSAAN
TD : 130/70
Denyut nadi : 94
Laju pernafasan : 24
Suhu tubuh : 38,6oC
BB/TB : 69 kg / 177 cm
Ada bunyi nafas bronkial, denyut jantung lebih cepat
Hasil test BTA pada sputum : positif
Radiologi : adanya kavitasi pada lobus kanan atas
PEMBAHASAN
Diduga terkena TB aktif
Tanda & gejala
~ 4 minggu batu produktif awalnya sputum kuning menjadi disertai darah
~ Terjadi demam, keringat dimalam hari, kelelahan, BB turun
Oenularan kemungkinan terjadi di lokasi tempat kerja dimana rakan-rekan kerjanya
memiliki gejala yang sama.
STUDI KASUS 2
Karena pada perawatan di Panti Jompo sebelumnya sudah terjadi 2 kasus TB aktif, maka diperlukan
test kulit PPD (Purified Protein Derivative) dan Sputum smear untuk AFB (Acid Fast Bacillus).
Pembahasan
Data Klinis
Gejala :
Disorientasi
Tidak nafsu makan
Batuk produktif
Kesulitan bernafas (ringan)
Berdasarkan gejala yang dialami pasien,
terdapat indikasi pasien terkena TB.
Pemeriksaan lab
TERAPI PENGOBATAN
Pada dasarnya, pengobatan TB pada pasien usia lanjut sama
dengan pasien pada umumnya.
Ada 3 kemungkinan terapi pengobatan yang mungkin dilakukan:
INH 300 mg + Rifampisin 600 mg + pyrazinamide 20-25 mg/kg +
Etambutol 15-20 mg/kg sehari sekali selama 8 minggu.
Dilanjutkan dengan INH + Rifampisin 1-3 kali seminggu selama 16
minggu
INH + Rifampisin + Pyrazinamide + Etambutol sehari sekali
selama 2 minggu.Dilanjutkan 2 kali seminggu selama 6
minggu.Dilanjutkan INH + Rifampisin 2 kali seminggu selama 16
minggu.
INH + Rifamspisin selama 9 bulan.Dan dapat ditambahkan
Piridoksin 10-50 mg.
INTERAKSI OBAT
INH + Rifampin mula kerja obat pada saat dikombinasi lebih
cepat namun dapat menyebabkan meningkatnya insiden
hepatotoksik
INH + Etambutol etambutol tidak mempengaruhi level
serum inh tetapi ada beberapa kejadian yang menyebutkan
optik neuropatin karena etambutol meningkat jika diberi
bersamaan dengan INH (Stockley 2008)
INH + Piridoksin jika digunakan tunggal menyebabkan
hilangnya B6 dari tubuh sehingga dikombinasi dengan b6
suplemen
Pirazinamid anoreksia, mual kemerahan pada kulit
Etambutol tunggal mempunyai efek bakteriostatik, bila
dikombinasikan dengan INH dan Rifampisin bisa mencegah
terjadinya resistensi obat