Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN

DANA BANK

Ketentuan
syariah
Penghimpun dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrumen
yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu instrumen giro, tabungan,
dan deposito. Ketiga jenis ijnstrumen ini biasa disebut dengan istital Dana
Pihak
Ketiga
(DPK).
Mekanisme
kerja
masing-masing
instrumen
penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan
bank konvensional. Perbedaan mekaniseme kerja instrumen penghimpunan
dana syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunalkan oleh
bank konvensional dalam memberikan keuntungan kepada nasabah.
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 Tahun 2000 tentang Giro, disebutkan bahwa
mekanisme giro yang dibenarkan berdasarkan prinsip syariah adalah giro
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Slanjutnya, berdasarkan
fatwa DSN Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tabungan, mekanisme tabungan
yang dibenarkan bagi bank syariah adalah tabungan yang berdasarkan
prinsip mudharabah dan wadiah. Adapun untuk deposito, dinyatakan dalam
fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah

Tabungan

Tabungan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang


Perbankan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dana atau alat serupa lainnya. Sama
halnya dengan giro, mekanisme tabungan yang dibenarkan oleh DSN
bagi bank syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah dan wadiah. Tabungan mudharabah harus mengikuti
ketentuan mudharabah yang ditetapkan DSN, sedang tabungan
wadiah herus mengikuti ketentuan wadiah yang difatwakan DSN.
Dalam praktikanya sebagian besar bank syariah menggunakan
skema tabungan mudharabah.

Akuntansi Tabungan Mudharabah


Akuntansi tabungan mudharabah dan penghimpunan
dana bentuk lainnya yang menggunakan akad
mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105
tentang Akuntansi mudharabah, khususnya yang terkait
dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan
PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang
diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam
akd mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumalah kas atau nilai wajar aset non-kas yang
diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

Kasus
02 Jun
20XA

Bank murni Syariah (BMS) cabang yogyakarta


menerima setoran tunai pembukaan tabungan
mudharabah atas nama Ursila sebesar Rp.3.500.000

Rekening
Db Kas
Kr Tab. Mudharabah Ursila

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

3.500.000
3.500.000

08 Jun
20XA

Ursila menerima transfer dari nasabah BMS cabang Solo


sebesar Rp.500.000

Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah

Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan


berkurangnya saldo tabungan mudharabah adalah
penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening
lain pada bank yang sama, transfer kepada nasabah
bank lain, serta penarikan biaya administrasi
tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank.
Berikut ini adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan berkurangnya saldo rekening
tabungan mudharabah nasabah.

Kasus
07 Jun
20XA

Ursila nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang


Yogyakarta menarik tunai tabungan mudharabah
sebesar Rp 1.500.000

Rekening
Db Tab. mudharabah
Ursila
Kr. Kas
11 Jun
20XA

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

1.500.000
1.500.000

Ursila mentransfer sebesar Rp 500.000 dari


rekeningnya ke rekening tabungan nasabah BMS
cabang Solo

Rekening
Db Tab. mudharabah
Ursila
Kr RAK cabang Solo

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

500.000
500.000

14 Jun
20XA

Ursila mentransfer sebesar Rp 250.000 dari


rekeningnya ke rekening giro nasabah Bank Syariah
Muhammadiah (BSM)

Rekening
Db Tab. mudharabah
Ursila
Kr. Kas

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

1.500.000
1.500.000

31 Jun
20XA

Potongan tabungan mudharabah Ursila untuk


administrasi tabungan sebesar Rp 2.000 dan pajak
sebesar Rp 4.000 (20% dari bagi hasil yang diterima
sebesar Rp 20.000 pada transaksi Kasus 6.1 di atas)
Rekening
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
Db Tab. mudharabah Ursila
2.000
Pendapatan administrasi
tab.Mudharabah

2.000

Rekening
Db Tab. mudharabah Ursila
Titipan kas negara pajak
tabungan*

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

4.000
4.000

*Pajak PPH Pasal 4 (2) atas bunga atau pendapatan yang dapat disamakan dengan itu (bagi
hasil atau bonus dalam transaksi perbankan syariah) adalah sebesar 20% dan dimasukkan
dalam rekening titipan kas negara.

Akuntansi Tabungan Wadiah


Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan
mudharabah. Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah
adalah dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Berdasarkan PAPSI 2013,
tabungan wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan
oleh pemilik rekening. Setoran tabungan wadiah yang diterima secara tunai diakui
pada saat uang diterima. Setoran tabungan wadiah melalui kliring diakui setelah
efektif diterima (hal. 11.2).
Insentif yang diberikan kepada nasabah tabungan mudharabah disebut dengan pihak
ketiga atas bagi hasil yang dihitung dalam presentase tertentu yang harus dibayar
oleh bank secara periodic sesuai dengan tingkat keuntungan bank syariah. Adapun
nasabah tabungan wadiah, menerima insentif dalam bentuk bonus wadiah yang
bersifat sukarela dan tidak disyaratkan di muka, Berdasarkan PAPSI 2013, pemberian
bonus atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Berdasarkan ilustrasi jurnal pada PAPSI 2013 (hal 11.2), transaksi


pembayaran pajak terhadap bonus wadiah, langsung mengurangi
tabungan wadiah.
Db. Beban bonus tabungan wadiah
Kr. Tabungan wadiah
Kr. Kewajiban pajak penghasilan

Akan tetapi, dalam praktik, Bank cenderung menunjukkan jumlah total


bonus yang diberikan dalam buku tabungan.
Misalkan pada tanggal 5 Maret 20XA, Hanita nasabah tabungan wadiah
Bank Peduli Syariah (BPS) menerima bonus wadiah sebesar Rp 20.000
dan dipotong pajak Rp 4.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

Rekening
Db Beban bonus tabungan wadiah

Debit (Rp)
20.000

Kr Tabungan wadiah - Haniya


Db Tabungan wadiah
Kr Titipan kas negara Pajak tabungan

Kredit (Rp)
20.000

4.000
4.000

GIRO
Simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dgn menggunakan
cek, bilyet, giro, sarana pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
Dalam perbankan syariah, mekanisme giro
yang dibenarkan ada dua jenis, wadiah
dan mudharabah.

Giro Wadiah
Akad Wadiah : akad penitipan dana,
nasabah (mudi) mengizinkan bank
(muda) utk memanfaatkan dana, bank
wajib mengembalikan jika nasabah
membutuhkan.
Keuntungan pengelolaan dana titipan
menjadi milik bank, tetapi bank syariah
diperbolehkan memberikan bonus sukarela
kpd pemilik dana wadiah.

Transaksi Penambahan Rekening


Giro Wadiah
Dapat bertambah melalui transaksi
penyetoran tunai,
Transfer dr tabungan maupun giro cabang
lain dr bank yg sama,
Penerimaan cek dari nasabah bank lain yg
di uangkan oleh nasabah suatu bank, dan
Penerimaan bonus giro wadiah dr bank
syariah

KASUS
01 Mar 20XA

Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta


menerima setoran tunai pembukaan giro wadiah
atas nama Thariq sebesar Rp. 35.000.000

Rekening
Kas
Giro Wadiah - Thariq

Debit ( Rp )

Kredit ( Rp )

35.000.000
35.000.000

05 Mar 20XA Thariq menerima transfer dari BMS cabang Solo


sebesar Rp. 5.000.000
Rekening
Debit ( Rp )
Kredit ( Rp )
RAK cabang Solo

5.000.000

Giro Wadiah 5.000.000


Thariq
10 Mar 20XA Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank
Peduli Syariah (BPS) yang pernah membeli sesuatu
dari Thariq seharga Rp. 15.000.000, Bilyet giro tsb
dicairkan oleh Thariq ke BPS untuk dimasukan ke
rekening giro wadiah Thariq di BMS.
Rekening
Debit ( Rp )
Kredit ( Rp )
Giro pada Bank
Indonesia

15.000.000

31 Mar 20XA Thariq menerima bonus giro wadiah dari BMS


sebesar Rp. 50.000
Rekening
Beban bonus giro
wadiah

Debit ( Rp )

Kredit ( Rp )

50.000

Giro Wadiah 50.000


Thariq
Transaksi bersifat antarkantor menggunakan rekening
sementara dgn nama RAK.
Transaksi antar bank yang berbeda, biasanya dlm
mekanisme yg di fasilitasi oleh Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai