PERITONITIS
Caroline
Furqoni C M
Muthia Rachma
Oloan
0304057087
Rizki Reza M
Wulan Yuliastuti
030505011
030505028Y
0305050396
0606070945
0606061046
ABSES
ABSES
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya
terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih
akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
ABSES OTAK
Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung
bibit penyakit dari sumber infeksi di daerah lain yang
berdekatan dengan otak (seperti infeksi pada telinga
tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui
peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di
seluruh tubuh.
Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat
terjadi secara langsung akibat trauma lesakkan (misalnya
peluru yang menembus otak) sehingga terjadi
pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan
karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di
daerah wajah.
ABSES PARU
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari
pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses paru biasanya memiliki masalah
periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri
yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran
pernafasan bawah dan menimbulkan infeksi.
Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh
mekanisme pertahanan tubuh, maka akan terjadi
pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari
kemudian berkembang menjadi nekrosis (kematian
jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses.
ABSES ABDOMEN
Abses abdomen seringkali terjadi akibat cedera, infeksi
atau perforasi usus, dan infeksi organ perut lainnya.
Abses di bawah diafragma terjadi jika cairan yang
terinfeksi (misalnya karena pecahnya usus buntu) naik
ke atas akibat tekanan perut atau organ perut dan
akibat tarikan ketika diafragma bergerak selama proses
pernafasan. Gejalanya berupa batuk, nyeri yang timbul
ketika menghirup nafas, dan nyeri di bahu (referred
pain, karena diafragma dan bahu memiliki saraf yang
sama dan otak salah mengartikan sumber nyerinya).
PERITONITIS
etiologi peritonitis
1.
Infeksi intra-abdominal
2.
Infeksi monomikroba:
a. bakteri gram-negatif
Escherichia coli [40%]
Klebsiella pneumoniae [7%]
Pseudomonas, spesies Proteus, dan spesies gramnegatif lainnya [20%]
etiologi peritonitis
b.
c.
bakterigram-positif
Streptococcus pneumoniae [15%]
Streptococcus lainnya [15%]
Staphylococcus [3%])
Mikroorganisme anaerob [<5%]
3. Fungi (Candida)
HUBUNGAN ANTARA
ABSES DAN PERITONITIS
Pengobatan Peritonitis
Pengobatan Abses
Bila penyebab bakteri:
Drainasi: memakai jarum yang ditusukkan melalui kulit
di tempat yang terkena abses dengan bantuan CT scan.
Melalui kutan/operasi
Antibiotik IV: biasanya flucloxacillin atau dicloxacillin,
yang penting dipilih antibiotik yang tepat. Penggunaan
antibiotik campuran diperbolehkan.
Pasien yang mempunyai immunosupress candida
menjadi infeksi sekunder digunakan ampotericin
Untuk mencegah infeksi berulang mupirocin inhaler
2x sehari, sebulan 5 hari, selama setahun.
Mandi chlorhexidini
Tambahan nutrisi secara enteral maupun parenteral