Anda di halaman 1dari 63

ABSES DAN

PERITONITIS

Caroline
Furqoni C M
Muthia Rachma
Oloan
0304057087
Rizki Reza M
Wulan Yuliastuti

030505011
030505028Y
0305050396

0606070945
0606061046

ABSES

ABSES
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya
terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih
akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di


sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas abses.
Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut.

Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa


menyebar di dalam tubuh maupun di bawah permukaan
kulit, tergantung kepada lokasi abses.
Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk
otak, paru-paru, payudara, serta organ-organ di
abdomen khususnya hati.

ABSES OTAK
Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung
bibit penyakit dari sumber infeksi di daerah lain yang
berdekatan dengan otak (seperti infeksi pada telinga
tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui
peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di
seluruh tubuh.
Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat
terjadi secara langsung akibat trauma lesakkan (misalnya
peluru yang menembus otak) sehingga terjadi
pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan
karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di
daerah wajah.

penyebab abses otak


Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses
otak, yaitu bakteri, jamur dan parasit.
Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus anaerob, Streptococcusbeta hemolyticus,
Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan
Bacteroides.
Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari
perjalanan otitis media atau fraktur kranii.

penyebab abses otak


Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya
adalah Streptococcus aerob dan anaerob,
Staphylococcus dan Haemophilus influenzae.
Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering
merupakan komplikasi infeksi paru.
Abses pada penderita jantung bawaan sianotik
umumnya oleh Streptococcus anaerob.

penyebab abses otak


Jamur penyebab abses otak antara lain Nocardia
asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies
Candida dan Aspergillus.
Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit
amuba usus dapat menimbulkan abses secara
hematogen.
Kira-kira 62% abses otak disebabkan oleh flora
campuran, kurang lebih 25% abses otak adalah
kriptogenik (tidak diketahui sebabnya).

gejala abses otak


Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang
lain, tergantung pada ukuran dan lokasi abses pada otak.
Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit kepala, sakit
yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa
sakit semakin hebat dan parah.
Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam
tetapi tidak tinggi.
Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku
kuduk, kejang, gangguan kepribadian dan kelemahan
otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

diagnosis abses otak


Untuk mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT
scan (computed tomography) atau MRI scan (magnetic
resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan
gambaran potongan tiap inci jaringan otak.
Abses terlihat sebagai bercak/ noktah pada jaringan otak.
Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan
sumber infeksi tersebut.
Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka
sampel dari bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum
halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

pengobatan abses otak


Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses
otak, yaitu:
Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui
infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang
spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif
terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika
berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak
kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika yang
diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk
menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.

pengobatan abses otak


Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan
abses. Jaringan abses diangkat atau cairan nanah
dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi
abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan
kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu
membahayakan maka abses diangkat dengan tindakan
pembedahan.
Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan
insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu
memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah
diaspirasi (disedot) keluar.

pengobatan abses otak


Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah
saraf dengan bantuan neurografi stereotaktik, yaitu
suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat jarum
yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui suatu
monitor.
Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan
menggunakan MRI sken atau CT sken untuk menilai
keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan
diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya
dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

ABSES PARU
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari
pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses paru biasanya memiliki masalah
periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri
yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran
pernafasan bawah dan menimbulkan infeksi.
Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh
mekanisme pertahanan tubuh, maka akan terjadi
pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari
kemudian berkembang menjadi nekrosis (kematian
jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses.

penyebab abses paru


Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah
bakteremia atau endokarditis katup trikuspidalis, akibat
emboli septik pada paru-paru. Pada 89% kasus,
penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling sering
adalah Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium
dan Microaerophilic streptococcus.
Organisme lainnya yang tidak terlalu sering
menyebabkan abses paru adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia,
Klebsiella pneumonia, Haemophilus influenza, spesies
Actinomyces dan Nocardia, serta Basil gram negatif.

penyebab abses paru


Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses
paru, diantaranya:
Parasit (Paragonimus, Entamoeba)
Jamur (Aspergillus, Cryptococcus, Histoplasma,
Blastomyces, Coccidioides)
Mycobacteria

gejala abses paru


Gejala awalnya menyerupai pneumonia yaitu kelelahan,
hilang nafsu makan, berat badan menurun, berkeringat,
demam, dan batuk berdahak.
Dahaknya bisa mengandung darah. Dahak seringkali
berbau busuk karena bakteri dari mulut atau
tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk.
Ketika bernafas, penderita juga bisa merasakan nyeri
dada, terutama jika telah terjadi peradangan pada
pleura.

diagnosis abses paru


Rontgen dada bisa menunjukkan adanya abses paru.
Abses paru tampak sebagai rongga dengan bentuk yang
tidak beraturan dan di dalamnya tampak perbatasan
udara dan cairan.
Abses paru akibat aspirasi paling sering menyerang
segmen posterior paru lobus atas atau segmen superior
paru lobus bawah. Ketebalan dinding abses paru
bervariasi, bisa tipis ataupun tebal, batasnya bisa jelas
maupun samar-samar. Dindingnya mungkin licin atau
kasar. Gambaran yang lebih jelas bisa terlihat pada CT
scan.
Biakan dahak dari paru-paru bisa membantu
menentukan organisme penyebab terjadinya abses.

pengobatan abses paru


Untuk penyembuhan sempurna diperlukan antibiotik,
baik intravena (melalui pembuluh darah) maupun peroral (melalui mulut).
Pengobatan dilanjutkan sampai gejalanya hilang dan
rontgen dada menunjukkan bahwa abses telah sembuh.
Untuk mencapai perbaikan seperti ini, biasanya
antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Pada rongga
yang berukuran besar (diameter lebih dari 6 cm),
biasanya perlu dilakukan terapi jangka panjang.

pengobatan abses paru


Perbaikan klinis, yaitu penurunan suhu tubuh, biasanya
terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah pemberian
antibiotik. Jika dalam waktu 7-10 hari setelah pemberian
antibiotik demam tidak juga turun, berarti telah terjadi
kegagalan terapi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
diagnostik lebih lanjut untuk menentukan penyebab dari
kegagalan tersebut.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada penderita yang
memberikan respon yang buruk terhadap pemberian
antibiotik adalah penyumbatan bronkial oleh benda asing
atau tumor; atau infeksi oleh bakteri, mikobakteri
maupun jamur yang resisten.

pengobatan abses paru


Pada abses paru tanpa komplikasi sangat jarang
dilakukan pembedahan.
Indikasi pembedahan biasanya adalah kegagalan
terhadap terapi medis, kecurigaan adanya tumor atau
kelainan bentuk paru-paru bawaan. Prosedur yang
dilakukan adalah lobektomi atau pneumonektomi.

INFEKSI DAN ABSES PAYUDARA


Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit yang normal
(Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari
mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting
susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui
dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara


berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran
air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita
menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh selsel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini
menyebabkan payudara lebih mudah mengalami
infeksi.

gejala infeksi dan abses payudara


Gejalanya berupa:
nyeri payudara,
benjolan pada payudara,
pembengkakan salah satu payudara,
jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan,
kemerahan dan teraba hangat,
nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa
mengandung nanah),
gatal-gatal,
pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sama dengan payudara yang terkena,
demam.

diagnosis infeksi dan abses payudara


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa
dilakukan mammografi atau biopsi payudara.

pengobatan infeksi dan abses payudara


Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan antibiotik dan untuk
mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan
dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan
pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti
menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri
(misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.

pencegahan infeksi dan abses payudara


Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan
beberapa tindakan berikut:
menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan,
untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan
saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya,
gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan/luka pada puting susu,
minum banyak cairan,
menjaga kebersihan puting susu,
mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

ABSES ABDOMEN
Abses abdomen seringkali terjadi akibat cedera, infeksi
atau perforasi usus, dan infeksi organ perut lainnya.
Abses di bawah diafragma terjadi jika cairan yang
terinfeksi (misalnya karena pecahnya usus buntu) naik
ke atas akibat tekanan perut atau organ perut dan
akibat tarikan ketika diafragma bergerak selama proses
pernafasan. Gejalanya berupa batuk, nyeri yang timbul
ketika menghirup nafas, dan nyeri di bahu (referred
pain, karena diafragma dan bahu memiliki saraf yang
sama dan otak salah mengartikan sumber nyerinya).

jenis-jenis abses abdomen


Abses di pertengahan perut bisa terjadi akibat:
pecahnya usus buntu,
perforasi usus besar,
penyakit peradangan usus,
penyakit divertikulum.
Biasanya timbul nyeri di daerah terbentuknya abses.
Penyebab terjadinya abses panggul sama dengan
penyebab terjadinya abses di pertengahan perut
ditambah dengan infeksi ginekologis (kandungan).
Gejalanya berupa nyeri perut, diare akibat iritasi usus,
dan desakan berkemih atau sering berkemih akibat iritasi
kandung kemih.

jenis-jenis abses abdomen


Abses retroperitoneal (abses di belakang rongga perut)
terletak di belakang peritoneum (selaput tipis yang
melapisi rongga dan organ perut). Penyebab terjadinya
abses retroperitoneal adalah perdangan usus buntu
(apendisitis) dan peradangan pankreas (pankreatitis).
Nyeri biasanya dirasakan di punggung sebelah bawah
dan semakin memburuk jika penderita menggerakkan
tungkainya ke arah pinggul.

jenis-jenis abses abdomen


Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal
dari suatu infeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran
darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang
terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir
selalu disebabkan oleh pecahnya suatu abses di dalam
ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan
jaringan di sekitarnya. Gejala dari abses ginjal adalah:
demam, menggigil,
nyeri di punggung sebelah bawah,
nyeri ketika berkemih,
air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

jenis-jenis abses abdomen


Abses limpa bisa disebabkan oleh suatu infeksi yang
terbawa oleh aliran darah ke limpa, cedera pada limpa,
dan penyebaran infeksi dari abses di dekat limpa
(misalnya abses dibawah diafragma). Nyeri bisa
dirasakan di perut sebelah kiri, di punggung atau di
bahu sebelah kiri.
Abses di dalam pankreas biasanya terbentuk setelah
suatu serangan pankreatitis akut. Gejalanya berupa
demam, nyeri perut, mual dan muntah, yang seringkali
timbul 1 minggu atau lebih setelah penderita sembuh
dari pankreatitis.

jenis-jenis abses abdomen


Abses hati bisa disebabkan oleh bakteri atau amuba
(parasit bersel tunggal). Amuba dari suatu infeksi usus
sampai ke hati melalui pembuluh getah bening. Abses
hati nanti akan dibahas lagi lebih jauh.
Abses prostat biasanya terjadi akibat suatu infeksi
saluran pencernaan yang menyebabkan prostatitis
(infeksi kelenjar prostat). Abses prostat paling sering
terjadi pada usia 40-60 tahun. Penderita merasakan nyeri
ketika berkemih, sering berkemih atau sulit untuk
berkemih. Kadang penderita merasakan nyeri dalam di
pangkal penis dan air kemihnya mengandung darah atau
nanah.

diagnosis dan pengobatan abses


abdomen
Diagnosis abses abdomen ditegakkan berdasarkan
gejala-gejalanya. Untuk menentukan lokasi yang pasti,
dilakukan pemeriksaan CT scan atau USG.
Pengobatan
Pada hampir semua kasus abses abdomen, nanah harus
dibuang, baik melalui pembedahan maupun dengan
bantuan sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit.
Dilakukan analisa nanah di laboratorium guna
menentukan organisme penyebab infeksi, sehingga bisa
diberikan antibiotik yang paling efektif untuk organisme
yang bersangkutan.

ABSES HEPAR AMUBA


Abses hepar amuba disebabkan infeksi Entamoeba
histolytica. Abses ini jarang berasal dari komplikasi
amubiasis gastrointestinal. Abes ini biasanya paling
sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis, sub
tropis dan negara berkembang.
Wilayah yang penduduknya padat dan memiliki sanitasi
yang buruk, status sosial ekonomi yang rendah dan
status gizi yang kurang baik serta tempat dimana strain
virulen E. hystolitica yang masih tinggi merupakan
faktor predisposisi utama atau prevalensi tertinggi.

Faktor resiko lainnya antara lain malnutrisi, usia tua,


kehamilan, penggunaan steroid, kanker,
immunosupresi, alkoholisme, riwayat mengunjungi
wilayah beriklim tropis dan homoseksual. Juga termasuk
adanya riwayat menderita infeksi amuba, kadar
kolesterol tinggi dan pascatrauma hepar.

gejala abses hepar amuba


Gejala abses hepar amuba yang dapat ditemukan antara lain:
1. Demam intermitten
2. Nyeri perut kanan atas
3. Hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan
4. Keringat malam
5. Menggigil 11. Malaise
6. Mual dan muntah 12. Jaundice
7. Batuk
13. Gelisah
8. Dispnue
9. Diare
10. Penurunan nafsu makan dan berat badan

gejala abses hepar amuba


Keluhan pasien abses hepar amuba terutama demam,
sakit di hipokondrium kanan, dan pernah buang air besar
lendir darah.
Pemeriksaan fisik terutama hepatomegali, demam, nyeri
tekan di hati, fluktuasi tekan di hati, dan ikterus.
Pemeriksaan laboratorium terutama anemia (Hb kurang
10 gr %), leukositosis dan pada tinja dapat ditemukan
amuba baik kista maupun tropozoid. Kadang gejalanya
tidak khas, timbul pelan-pelan atau asimptomatis.
Demam intermitten merupakan keluhan paling awal dari
penderita abses hepar menahun. Prosentase demam
sekitar 74%-97%.

diagnosis abses hepar amuba


Beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
diagnosis abses hepar amuba yaitu:
1. Foto rontgen dada
2. USG abdomen
3. CT scan abdomen
4. MRI abdomen
5. Hitung darah lengkap
6. Biopsi hati
7. Tes fungsi hati
8. Uji serologi amuba

pengobatan abses hepar amuba


Kemoterapi menggunakan antiamuba yang kemudian
dilanjutkan oleh pemberian Metronidazole, Chloroquin,
dan Dehydroemetine (DHE) dengan dosis yang sesuai.
Aspirasi, tindakan ini dianjurkan bila pengobatan
kemoterapi tidak berhasil dalam 3-5 hari, terdapat
kontraindikasi pada penggunaan metronidazol seperti
kehamilan, atau abses yang beresiko mengalami ruptur.

pengobatan abses hepar amuba


Drainase perkutan, merupakan prosedur yang dilakukan
oleh dokter untuk mengangkat atau mengeluarkan
kumpulan cairan infeksi (abses) dari bagian tubuh seperti
dada, abdomen, atau panggul. Drainase juga berguna
untuk mengurangi nyeri abdomen. Selama prosedur,
jarum halus dimasukkan ke dalam cairan abses dibawah
panduan radiologis seperti CT-Scan.
Drainase bedah dilakukan pada kasus komplikasi
termasuk ruptur abses. Pembedahan diindikasikan untuk
penanganan abses yang tidak berhasil membaik dengan
pengobatan. Juga diindikasikan untuk perdarahan yang
mengancam jiwa penderita, disertai atau tanpa ruptur
abses.

ABSES HEPAR PIOGENIK


Kebanyakan pasien abses hati piogenik disebabkan oleh
infeksi polimikroba gram negatif aerobik dan anaerobik.
Kebanyakan sumbernya berasal dari feses dengan
infeksi Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Bacteroides, Enterococcus, Anaerobic streptococci, dan
Microaerophilic streptococci. Staphylococcus,
Haemolytic streptococci, dan Streptococcus milleri
sebagai sumber infeksi primer dari endokarditis
bakterial atau sepsis dental.

Penyebab lainnya adalah Enterobacteriaceae,


Fusobacterium, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
milleri, Candida albicans, Aspergillus, Actinomyses,
Eikenella corrodens, Yersinia enterolitica, Salmonella
typhi, Brucella melitensis dan fungal.
E. coli, Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus
faecalis merupakan bakteri usus sebagai kuman
piogenik, penyebab abses hepar. Staphylococcus
merupakan coccus gram negatif. Bacteroides dan
Clostridium merupakan bakteri anaerob.

Kebanyakan abses hepar piogenik merupakan infeksi


sekunder yang berasal dari infeksi abdomen pada
apendiks, kandung empedu, atau usus.
Abses ini dapat juga berhubungan dengan trauma atau
komplikasi prosedur bedah.
Kolangitis yang berhubungan dengan batu atau striktur
adalah penyebab terbanyak, diikuti oleh infeksi
abdomen yang berhubungan dengan divertikulitis atau
apendisitis. Sekitar 15% kasus abses hepar tidak dapat
ditemukan penyebabnya (abses kriptogenik).

diagnosis abses hepar piogenik


Penegakan diagnosis abses hepar piogenik dapat
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah
darah rutin termasuk kadar Hb darah, jumlah leukosit
darah, laju endap darah dan percobaan fungsi hati,
termasuk kadar bilirubin total, total protein dan kadar
albumin dan globulim dalam darah.

diagnosis abses hepar piogenik


Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis
yang tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia,
peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin
fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum
bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu
protrombin yang memanjang menunjukan bahwa
terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP.

diagnosis abses hepar piogenik


Peningkatan jumlah sel darah putih dan sedimen
eritrosit dengan anemia ringan. Dua pertiga pasien
mengalami leukositosis, seringkali diikuti oleh anemia
akibat infeksi kronik dan peningkatan rata-rata sedimen
eritrosit. Peningkatan aktivitas alkali phosphatase,
hipoalbuminemia, dan aktivitas transaminase serum
dapat abnormal. Cairan abses hasil aspirasi berbau
busuk, warnanya tidak terlalu khas, dan didalamnya
dapat ditemukan kuman penyebabnya pada 30-50 %
kasus.

diagnosis abses hepar piogenik


Pemeriksaan Radiologi
Hemidiafragma kanan terangkat pada radiografi dada.
USG merupakan alat pemeriksaan penunjang utama
pada 92,9% pasien.
USG memperlihatkan abses hati pada 95,2% pasien.
Sensitifitas USG lebih besar dari 89,4%. Pada
pemeriksaan USG, abses hati piogenik tampak sebagai
lesi hipoekoik multipel atau soliter, tepi tidak rata, bulat
atau oval, dan kadang bersepta. Tampak bayangan
cairan dan udara dengan akustik shadow.

pengobatan abses hepar piogenik


Abses hepar piogenik dapat diatasi dengan terapi
antibiotik atau kombinasi antara antibiotik dengan
drainase berupa drainase bedah terbuka (open surgical
drainage), drainase kateter perkutaneus dan aspirasi
perkutaneus (percutaneous aspiration).
Kira-kira 39,3% kasus menggunakan terapi non bedah
(drainase aspirasi perkutaneus dan antibiotik) dan 54,1%
kasus menggunakan terapi drainase bedah. Kira-kira
69,2% kasus menggunakan terapi konservatif yaitu
antibiotik dan 30,7% kasus menggunakan terapi
kombinasi antara antibiotik dan drainase kateter
perkutaneus.

PERITONITIS

Peritonitis merupakan peradangan membran serosa


rongga abdomen dan organ-organ yang terkandung di
dalamnya.
Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau proses
steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut,
misalnya pada ruptur apendiks atau divertikulum colon.
Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan
kimia, misalnya asam lambung dari perforasi ulkus
gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang
pecah atau hepar yang mengalami laserasi.
Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena
terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.

tanda dan gejala klinis peritonitis


Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis
dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan
nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi
jelas lokasinya (peritoneum parietal).
Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu,
misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis
akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya
berlangsung luas di berbagai lokasi.

tanda dan gejala klinis peritonitis


Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat
lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis
bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga
menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya
memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai
sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang,
biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara
tidak sadar untuk menghindari palpasi yang
menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena
iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri
akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut,
atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses
yang terlokalisasi dengan baik.

tanda dan gejala klinis peritonitis


Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina
bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang
dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif
palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi,
(misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan
kesadaran (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik,
syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita
dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita
tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut
meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.

etiologi peritonitis
1.

Infeksi intra-abdominal

2.

Infeksi monomikroba:
a. bakteri gram-negatif
Escherichia coli [40%]
Klebsiella pneumoniae [7%]
Pseudomonas, spesies Proteus, dan spesies gramnegatif lainnya [20%]

etiologi peritonitis
b.

c.

bakterigram-positif
Streptococcus pneumoniae [15%]
Streptococcus lainnya [15%]
Staphylococcus [3%])
Mikroorganisme anaerob [<5%]

3. Fungi (Candida)

HUBUNGAN ANTARA
ABSES DAN PERITONITIS

Tanda-tanda dan gejala yang mengikuti tumpahan isi usus


yang akut ke dalam abdomen cenderung mengalami 2 fase:
Fase pertama adalah stadium peritonitis, dengan nyeri
akut yang berkaitan dengan infeksi E coli dan bakteri
anaerob fakultatif lainnya; ini terjadi selama 1-2 hari
pertama dan jika tidak diobati mengakibatkan angka
kematian yang tinggi.
Fase kedua adalah pembentukan abses yang disebabkan
oleh B fragilis dan bakteri anaerob obligat lainnya.
Jadi abses merupakan tahapan selanjutnya dari peritonitis.

Pengobatan dan Pencegahan


Abses dan Peritonitis

Pengobatan Peritonitis

Pengobatan Abses
Bila penyebab bakteri:
Drainasi: memakai jarum yang ditusukkan melalui kulit
di tempat yang terkena abses dengan bantuan CT scan.
Melalui kutan/operasi
Antibiotik IV: biasanya flucloxacillin atau dicloxacillin,
yang penting dipilih antibiotik yang tepat. Penggunaan
antibiotik campuran diperbolehkan.
Pasien yang mempunyai immunosupress candida
menjadi infeksi sekunder digunakan ampotericin
Untuk mencegah infeksi berulang mupirocin inhaler
2x sehari, sebulan 5 hari, selama setahun.
Mandi chlorhexidini
Tambahan nutrisi secara enteral maupun parenteral

Pencegahan Peritonitis dan Abses


Cara mencegah utamanya adalah menghindari semua
penyebabnya, baik penyebab utama maupun penyebab
sekundernya.
Mengurangi minum alkohol dan obat yang dapat
menyebabkan sirosis.
Menghindari appendicitis dan diverticulitis (memakan
banyak serat dan makan-makanan yang bersih)
Menghindari salpingitis dengan cara berhubungan badan
yang sehat.
Menghindari peritonitis dan abses yang disebabkan pasca
operasi dengan memakai alat-alat operasi yang bersih
dan septis, tidak meninggalkan sisa pada operasi, dll.

Anda mungkin juga menyukai