Anda di halaman 1dari 26

Ginjal

Berkaitan dengan Diuresis


dan
Fungsi ADH

Fungsi ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel
mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan
cairan.
Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

mempertahankan keseimbangan asam-basa


dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan
ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan.

Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses


filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

Penyaringan (filtrasi)
terjadi pada kapiler glomerulus pada
kapsul Bowman
Selain penyaringan, di glomelurus
terjadi pula pengikatan kembali selsel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma.
Hasil penyaringan di glomerulus
berupa filtrat glomerulus (urin
primer)

Bahan-bahan kecil terlarut dalam


plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan.

Penyerapan kembali (Reabsorbsi)


Volume urin manusia = 1% dari filtrat
glomerulus 99% filtrat glomerulus
direabsorbsi secara aktif pada
tubulus kontortus proksimal dan
terjadi penambahan zat-zat sisa
serta urea pada tubulus kontortus
distal.
menghasilkan urin sekunder
* bersifat racun

Lalu masuk melewati lengkung henle


desenden(turun) terjadi reabsorpsi
6% air dan lengkung henle asenden
(naik) terjadi reabsorbsi Na+ & Cl-.
Akhirnya msk ke tubulus kontortus
distal, terjadi penambahan &
pengurangan filtrat. Reabsorpsi Na+,
Ca2+ & air dikontrol oleh hormon
antideuretik(ADH)

Augmentasi

adalah proses penambahan zat sisa


dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal.
Komposisi urin yang dikeluarkan
lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, K+ dan ion
bikarbonat
2,5% urea, dan
sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urin.

sekresi beberapa zat dr darah


dikapiler ke filtrat berupa ion K+,
PO3-, keratin, obat2an & senyawa
toksik
ke duktus kolektifus reabsorpsi
air dan ion Na+ oleh ADH &
aldesteron
Kemudian urine diampung di katung
kemih, daya tampungnya 300 cc,
tekanan ke dinding katung
menyababkan ingin buang air
kencing.

Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi


Urin

ADH
penyerapan air pada bagian tubulus distal
meningkatkan permeabilitias sel terhadap air.
Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air
berkurang sehingga urin menjadi banyak
dan encer.
Sebaliknya, jika hormon ADH banyak,
penyerapan air banyak sehingga urin sedikit
dan pekat.
Kehilangan kemampuan mensekresi ADH
menyebabkan penyakti diabetes insipidus.
Penderitanya akan menghasilkan urin yang
sangat encer.

Jumlah air yang diminum


Akibat banyaknya air yang diminum,
akan menurunkan konsentrasi
protein yang dapat menyebabkan
tekanan koloid protein menurun
sehingga tekanan filtrasi kurang
efektif.
Hasilnya, urin yang diproduksi
banyak.

Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan
menyebabkan penyempitan duktus
aferen sehingga aliran darah ke
glomerulus berkurang.
Akibatnya, filtrasi kurang efektif
karena tekanan darah menurun.

Banyak sedikitnya hormon insulin


Apabila hormon insulin kurang
(penderita diabetes melitus), kadar
gula dalam darah akan dikeluarkan
lewat tubulus distal.
Kelebihan kadar gula dalam tubulus
distal mengganggu proses
penyerapan air, sehingga orang akan
sering mengeluarkan urin.

Without Vassopressin
(ADH)

With Vassopressin
(ADH)

pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel


oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

Perubahan osmolaritas di
nefron

Di sepanjang tubulus, terjadi


perubahan osmolaritas membentuk
urine
Dinding tubulus ansa Henle pars
decending sangat permeable
terhadap air, sehingga di bagian
ini terjadi reabsorbsi cairan ke
kapiler peritubular atau vasa
recta.
Hal ini menyebabkan cairan di dalam
lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars


acenden tidak permeable
terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus.
Hal ini menyebabkan reabsobsi
garam tanpa osmosis air.
Sehingga cairan yang sampai ke
tubulus distal dan duktus koligen
menjadi hipoosmotik.

Permeabilitas dinding tubulus distal


dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urine
yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal
dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresis (ADH).

Mekanisme haus dan peranan


vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan


ekstrasel akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus.
mensintesis vasopresin.
Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan
akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen ikatan vasopresin
dengan reseptornya di duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu
kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen.

Pembentukkan aquaporin ini


memungkinkan terjadinya reabsorbsi
cairan ke vasa recta. urine yang
terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit
dan hiperosmotik atau pekat, cairan di
dalam tubuh tetap dipertahankan.
rangsangan pada osmoreseptor di
hypotalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus
terbentuk perilaku untuk membatasi
haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.

Anda mungkin juga menyukai