Disusun Oleh: Sistem Kardiovaskuler 1. Ana safriana 2. Herawati 3. Lusiana H. Palily 4. Nardawati 5. Nur Fajrah 6. Sofiana suci 7. Widya sari
KASUS LEGAL ETIK
Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang
menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan
bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Tiga orang perawat mendiskusikan
kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.
Perawat A mendukung dan menghormati
keputusan Tn.C yang memilih untuk mati. Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter. Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya?
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIS
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.
Mengidentifikasi munculnya konflik
Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C.
Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan
Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan eutanasia adalah : 1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien terpenuhi, mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat.
2. Setuju dengan perawat B karena
sesuai dengan prinsip moral avoiding killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat
3. Setuju dengan perawat C yang
menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien.
Menentukan siapa pengambil keputusan
yang tepat Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien.
KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan
klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
SARAN
Perawat harus berusaha
meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.