Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

GIZI KURANG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2016

Identitas Pasien

Nama

:R

Umur

: 2 tahun

Jenis kelamin

Alamat

: Ciperna

Nama Ibu

: Ny. L

Usia

: 19 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Nama ayah

: Tn. S

Tanggal pemeriksaan

: Perempuan

: 29 Mei 2016

Anamnesis

Keluhan utama : Berat tidak bertambah


Riwayat penyakit sekarang :
Balita perempuan usia 2 tahun datang ke
MTBS Puskesmas dengan keluhan berat
badan tidak bertambah, badan kecil jika
dibandingkan anak seusianya. Pasien
juga sering sakit batuk pilek dan sulit
makan. BAB dan BAK tidak ada keluhan,
sesak dan keluhan lain disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien sering batuk pilek, sebulan dapat terkena pilek sampai 2 kali

Riwayat penyakit keluarga

Sepupu pasien juga mengalami hal serupa, tinggi badan kurang


dibanding anak-anak seusianya dan berat badan sulit naik. Ibu
pasien memiliki tinggi badan 145 cm, menurut nenek pasien, ibu
pasien dulu mengidap TB paru sehingga pertumbuhannya
terhambat

Riwayat Imunisasi

Imunisasi lengkap sampai usia 1,5 tahun

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Bayi lahir aterm di bidan pada usia kehamilan 9 bulan


dengan BBL 2,3 kg. Pasien merupakan anak pertama.

Riwayat Tumbuh Kembang :

Berat badan saat ini 7,5 kg dan panjang badan 71,5 cm.
Pasien sudah dapat berjalan dan berbicara, gigi sudah tumbuh
(2 gigi seri atas dan bawah)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Kesadaran

: Compos mentis, E4V4M6

Tanda-tanda vital

: N= 110, FR = 30, S

Kepala-Leher

: Pasien tampak sakit sedang dan sesak

= 36,0

Kepala

: normocephal, rambut berwarna hitam tipis

Mata

Hidung

: sekret -/-

Telinga

: letak simetris, tidak terdapat massa

Mulut

: stomatitis -, palatum tidak terdapat cleft

Tenggorok

: tidak diperiksa

Leher

: pembesaran KGB (-)

: konjunctiva anemis /, sklera nonikterik -/-,

Thorak :

Inspeksi : pernafasan simetris kanan dan kiri, bentuk dada normothorak, retraksi iga (+), retraksi
suprasternal (+)

Palpasi

: gerak nafas simetris

Perkusi : perkusi paru sonor

Auskultasi: Pulmo : bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ I-II ireguler, murmur
(-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : kontur datar, tidak terdapat pembesaran organ

Auskultasi

Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen

Palpasi

Ekstremitas : sianosis (-), edema (-), akrat kangat, CRT <2

: peristaltik (+)

: massa (-), turgor kembali cepat, lanugo (+)

Diagnosis Banding

Penyakit Jantung Kongenital Non Sianotik

Bronkopneumonia

Pemeriksaan
Penunjang
Ekokardiografi (5 April 2016)

1.
2.

Ksan : ASD

Diagnosis Kerja

ASD

Penatalaksanaan
1.

Jaga bayi tetap hangat

2.

Pemberian ASI

3.

Rujuk Sp.JP

Prognosis

Quo ad vitam

: dubia

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan jantung


yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir. Manifestasi klinis
bervariasi dari yang paling ringan sampai berat. Pada bentuk yang
ringan, sering tidak ditemukan gejala, dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB berat,
gejala sudah tampak sejak lahir dan memerlukan tindakan segera.
Penyakit jantung bawaan dapat berupa defek pada sekat yang
membatasi ke dua atrium atau ventrikel sehingga terjadi
percampuran darah pada tingkat atrium atau ventrikel. Dapat juga
terjadi pada pembuluh darah yang tetap terbuka yang seharusnya
menutup setelah lahir seperti pada duktus arteriosus persisten.
Kelainan lain berupa kelainan yang lebih kompleks seperti
tertukarnya posisi aorta dan arteri pulmonalis atau kelainan muara
vena pulmonalis.

KLASIFIKASI

PJB dibagi 2 kelompok:


Penyakit jantung bawaan sianotik ditandai oleh
adanya sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri, sebagai contoh tetralogi Fallot,
transposisi arteri besar, atresia trikuspid.
Penyakit jantung bawaan nonsianotik adalah
penyakit jantung bawaan dengan kebocoran
sekat jantung yang disertai pirau kiri ke kanan di
antaranya adalah defek septum ventrikel, defek
septum atrium, atau tetap terbukanya pembuluh
darah seperti pada duktus arteriosus persisten.

Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB


tidak diketahui.
Penyebab eksogen: berbagai jenis obat,
penyakit ibu, pajanan terhadap sinar Rontgen,
diduga merupakan penyakit jantung bawaan.
Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal
kehamilan.
Faktor endogen : berbagai jenis penyakit
genetik dan sindrom tertentu erat berkaitan
dengan kejadian PJB seperti sindrom Down,
Turner, dan lain-lain.

EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap


1000 kelahiran hidup.1 Jika jumlah penduduk
Indonesia 200 juta, dan angka kelahiran 2%,
maka jumlah penderita PJB di Indonesia
bertambah 32000 bayi setiap tahun. Kendala
utama dalam menangani anak dengan PJB
adalah tingginya biaya pemeriksaan dan
operasi.

Hemodinamik

Secara anatomis jantung terdiri dari 4 ruang yang terpisah oleh sekat
yaitu 2 serambi (atrium) dan 2 bilik (ventrikel). Pembuluh nadi utama
(aorta) keluar dari bilik kiri, sedangkan pembuluh nadi paru (arteri
pulmonal) keluar dari bilik kanan jantung. Pembuluh balik besar (vena
kava) yang menampung darah dari seluruh tubuh, masuk ke dalam
atrium kanan sedangkan pembuluh balik paru (vena pulmonalis)
masuk ke dalam atrium kiri.
Darah yang mengandung oksigen tinggi dari ventrikel kiri, melalui
aorta akan dipompakan ke seluruh tubuh untuk memenuhi
metabolisme tubuh. Selanjutnya darah dengan saturasi rendah yang
berasal dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke dalam atrium
kanan yang kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan untuk
selanjutnya dipompakan ke paru melalui arteri pulmonal untuk
dibersihkan di paru. Darah yang mengandung oksigen tinggi dari paru,
melalui vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, kemudian dialirkan ke
ventrikel kiri untuk selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh.

Manifestasi Klinis

.
a. Gangguan pertumbuhan.
b. Sianosis.
c. Toleransi latihan.
d. Infeksi saluran napas berulang
e. Bising jantung.

DIAGNOSA

Diagnosis
penyakit
jantung
bawaan
ditegakkan berdasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang
dasar serta lanjutan.
Pemeriksaan penunjang dasar yang penting
untuk penyakit jantung bawaan adalah foto
rontgen
dada,
elektrokardiografi,
dan
pemeriksaan laboratorium rutin.
Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung
bawaan)
mencakup
ekokardiografi
dan
kateterisasi jantung.

Atrial Septal Defect (ASD)

Atrial Septal Defect (ASD) atau defek septum atrium adalah kelainan akibat
adanya lubang pada septum intersisial yang memisahkan antrium kiri dan
kanan.Defek ini meliputi 7-10% dari seluruh insiden penyakit jantung
bawaan dengan rasio perbandingan penderita perempuan dan laki-laki 2:1.

Berdasarkan letak lubang defek ini dibagi menjadi defek septum atrium
primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum, defek septum
atrium sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovalis dan defek
sinus venosus, bila lubang terletak di daerah sinus venosus, serta defek
sinus koronarius.

Sebagian besar penderita defek atrium sekundum asimptomati) terutama


pada bayi dan anak kecil, kecuali anak sering batuk pilek sejak kecil karena
mudah terkena infeksi paru. Bila pirau cukup besar maka pasien dapat
mengalami sesak napas.

Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan


fisik yakni dengan askultasi ditemukan murmur
ejeksi sistolik di daerah katup pulmonal di sela iga
2-3 kiri parasternal. Selain itu terdapat juga
pemeriksaan penunjuang seperti (EKG, foto
rontgen jantung, MRI, kateterisasi jantung,
angiografi
koroner,
serta
ekokardiografi.
Pembedahan dianjurkan untuk semua penderita
yang bergejala dan juga yang tidak bergejala dan
penutupan defek tersebut dilakukan pada
pembedahan jantung terbuka dengan angka
mortalitas kurang dari 1%.

TERAPI

Tata laksana penyakit jantung bawaan meliputi


tata laksana non-bedah dan tata laksana bedah.
Tata laksana non-bedah meliputi tata laksana
medikamentosa dan kardiologi intervensi.
Tata laksana medikamentosa umumnya bersifat
sekunder sebagai akibat komplikasi dari
penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya
kelainan lain yang menyertai. Hipoksemia, syok
kardiogenik, dan gagal jantung merupakan tiga
penyulit yang sering ditemukan pada neonatus
atau anak dengan kelainan jantung bawaan.

Kardiologi Intervensi

Berbagai jenis kardiologi intervensi antara lain adalah:


Balloon atrial septostomy (BAS)
Balloon pulmonal valvuloplasty (BPV)
Balloon mitral valvotomy (BMV
Balloon aortic valvuloplasty (BAV)
Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil
Gianturco
Dilatasi balon dan pemasangan stent pada arteri
renalis pada pasien arteritis Takayasu.
Tindakan lainnya seperti penutupan DSA (defek septum
atrium), DSV (defek septum ventrikel), fistula koroner,
MAPCA (major aortico -pulmonary collateral arteries)

Komplikasi

1. Sindrom Eisenmenger.
2. Serangan sianotik.
3. Abses otak.

Apa yang Harus Dilakukan bila Menghadapi


Pasien atau Dicurigai Menderita PJB?
1. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang hangat,
dapat dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada inkubator.
2. Memberikan oksigen
3. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta
asam basa.
4. Mengatasi kegawatan dengan menggunakan obat-obatan jika terdapat
tanda tanda seperti gagal jantung, serangan sianotik, renjatan kardiogenik.
5. Menegakkan diagnosis/jenis kelainan yang diderita. Jika tidak memiliki
fasilitas, pasien dapat dirujuk ke tempat yang fasilitasnya lengkap terutama
tersedia alat ekokardiografi.
Tata laksana PJB dan edukasi yang disampaikan ke orangtua pasien,
tergantung dari jenis
kelainan yang ada.
6. Pemantauan yang cermat untuk mengetahui adanya komplikasi, sehingga
dapat dilakukan
tindakan sebelum komplikasi ada.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai