NEONATUS
dr. Irene A O, Sp.A
DEFINISI
Salah satu batasan yang paling banyak dipakai adalah kadar glukosa plasma
< 2,6 mmol/l atau < 45 mg/dl untuk neonatus cukup bulan maupun neonatus kurang
bulan (menggunakan glukometer).
Untuk neonatus manapun, kadar glukosa <45 mg/dl dianggap tidak normal.
FAKTOR RISIKO
Antenat
al:
Neonata
l:
ETIOLOGI
bayi prematur
bayi kecil untuk masa kehamilan /wasted infants
Stressed infants,seperti infeksi atau hipoksia. Dalam keadaan hipoksia pembentukan energi tidak efisien. Dalam
keadaan normal 1 gram glukosa menghasilkan 38 ATP, sedangkan dalam keadaan hipoksia hanya 2 ATP.
Cadangan energi bayi dengan kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis sering mempunyai cadangan glikogen yang rendah
kurang
sehingga tidak ada cadangan energi yang dapat diubah menjadi glukosa.
Hipoglikemia Menetap
1.
2.
3.
4.
5.
Keadaan hiperinsulinemia
a. Nesidioblastosis
b. Hiperplasia sel beta
c. Adenoma sel beta
d. Sindrom Beckwith-Wiedemann
Defisiensi hormon
a. Panhipopituitarisme
b. Defisiensi hormon pertumbuhan
c. Defisiensi ACTH
d. Penyakit Addison
e. Defisiensi glukagon
f. Defisiensi epinefrin
Kekurangan substrat
a. Hipoglikemia ketotik
Gangguan glukoneogenesis
a. Intoksikasi alkohol akut
b. Hipoglisin
c. Intoksikasi salisilat
d. Defisiensi fruktos
e. Defisiensi piruvat karboksilase
Defek enzim lainnya
a. Galaktosemia
b Intoleransi fruktosa
NEONATAL TRANSIENT
HIPOGLIKEMIA
Berlangsung kurang lebih 2-3 hari.
Kelainan Kardiorespirasi
Asfiksia Perinatal:
Terjadi pada hingga 25% dari IDM.
Merupakan akibat dari kelahiran kurang bulan, persalinan dengan SC, hipoksia
intra uterus, dan makrosomia.
Hyalin Membrane Disease (HMD):
Disebabkan oleh persalinan kurang bulan, pematangan produk surfaktan paru
yang tertunda atau persalinan akibat SC elektif.
Penyebab Gawat Pernapasan:
Takipnea sementara pada Neonatus
Kardiomiopati hipertropik
Kelainan Hematologis
Polisitemia dan hiperviskositas:
Penyebabnya terkait dengan peningkatan kadar eritropoietin, peningkatan
produksi sel darah, dan tranfusi plasental di dalam uterus yang diakibatkan oleh
hipoksia akut selama persalinan dan kelahiran.
Hiperbilirubinemia:
Bersifat sekunder terhadap kelainan kurang bulan, makrosomia, hipoglikemia
dan polisitemia, menurunkan rentang waktu sel darah merah dan menurunkan
konjugasi hati akibat ketidakmatangan enzim.
Trombosi vena ginjal:
Komplikasi langka
Pling mungkin disebabkan oleh hiperviskositas, hipotensi, dan koagulasi
intravaskuler diseminata.
PATOFISIOLOGI
Pada kondisi tanpa tekanan, glukosa fetus berasal seluruhnya
dari ibu melalui plasenta. Oleh karena itu glukosa fetus bisa
menggambarkan tapi juga biasanya jauh lebih rendah dari
glukosa ibu.
Pelepasan katekolamin, disebabkan oleh stress pada fetus
seperti pada hipoksia, menggerakkan glukosa fetus dan asam
lemak bebas melalui mekanisme -adrenergic,
menggambarkan aktivitas -adrenergic pada hati fetus dan
jaringan adipose.
Katekolamin juga menginhibisi insulin fetus dan
menstimulasi pelepasan glukagon.
Interupsi akut glukosa ibu ke fetus pada saat kelahiran menyebabkan kebutuhan mendadak terhadap
glukosa endogen.
Tiga keadaan yang memfasilitasi transisi ini: perubahan hormon, perubahan reseptor, dan perubahan
aktifitas enzim utama.
Terdapat 3 hingga 5 kali lipat peningkatan konsentrasi glucagon dalam menit hingga jam kelahiran.
Insulin akan menurun pada awalnya dan tetap pada rentang basal dan tidak bereaksi terhadap stimulus
semacam glukosa.
Epinefrin bisa meningkatkan sekresi growth hormone melalui mekanisme -adrenergic; growth
hormone tinggi tingkatnya pada saat kelahiran.
Perubahan hormonal pada saat kelahiran ini memobilisasi glukosa melalui glikogenolisis dan
glukoneogenesis, aktivasi lipolisis, dan ketogenesis.
Konsentrasi asam lemak bebas juga meningkat bersamaan dengan glucagon dan epinefrin dan diikuti
peningkatan keton bodies.
Pada masa postnatal awal, respon endokrin pancreas berhubungan dengan glucagon agar
konsentrasi gula darah dapat dipertahankan.
Perubahan adaptif terhadap sekresi hormon ini paralel dengan perubahan reseptor
hormon.
Enzim-enzim utama yang terlibat dalam produksi glukosa juga berubah pada periode
perinatal.
Sehingga, terdapat penurunan cepat dari aktifitas glikogen sintase, dan peningkatan yang
cepat dari fosforilase setelah kelahiran.
Mirip dengan keadaan tadi, jumlah enzim untuk glukoneogenesis, phosphoenolpyruvate
carboxykinase, meningkat secara dramatis setelah lahir, teraktivasi oleh peningkatan
glucagon dan kurangnya insulin.
Ini bisa menjelaskan beberapa penyebab neonatal hipoglikemi oleh karena perubahan
yang tidak sesuai terhadap sekresi hormon dan kekurangan cadangan substrat.
Sebagai tambahan, aktivitas yang sesuai dari enzim-enzim utama dibutuhkan untuk
mengatur homeostasis glukosa.
MANIFESTASI KLINIS
letargi
hipotoni
malas minum
menangis lemah
apnea,sianosis
reflex moro (-)
hipotermia.
over stimulation
otak :
jittery
menangis dengan
suara tinggi
A fixed stare and
fisting
pergerakan bola
mata abnormal
kejang.
Keringat berlebihan
palpitasi
pucat
lemah
lapar
tremor
mual
muntah.
glukopenia serebral
kecemasan*
Sakit kepala
berkeringat
Gangguan Mental*
palpitasi (takikardi)
pucat
gemetar
lemah
Disartria
lapar
Parestesia
mual
Pusing
mutah
Amnesia
Ataksia, inkoordinasi
Somnolen, lethargi
Kejang
Koma
* biasa(sering)
DIAGNOSIS
PENATALAKSAAN
Pencegahan hipoglikemia sangat penting pada
periode neonatus.
Pencegahan
hipoglikemi
a:
a. Monitor
ASI teruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum
minum, bila:
Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala
tangani hipoglikemi (lihat ad b)
Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
Kadar 45 mg/dl manajemen sebagai kadar
glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12
jam
Bila kadar glukosa turun, atasi
seperti diatas
Bila bayi sudah tidak mendapat
IV, periksa kadar glukosa tiap
d. Kadar glukosa
12 jam, bila 2 kali pemeriksaan
normal IV teruskan
dalam batas normal,
pengukuran dihentikan.
konsultasi endokrin
terapi : kortikosteroid hidrokortison
5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau
prednison 2 mg/kg/hari per oral,
mencari kausa hipoglikemia lebih
dalam.
Persisten
bila masih hipoglikemia dapat
hipoglikemia(hipogl ditambahkan obat lain :
somatostatin, glukagon, diazoxide,
ikemia lebih dari 7
human growth hormon,
hari)
pembedahan. (jarang dilakukan)
Hipoglikemia
refraktori
Glukosa
< 30
1. Mengambil serum
kadar glukosa
2. Mulai infus glukosa
10% IV, berikan 2
ml/kg selama 5 menit
3. Berikan IV dengan
laju 5 ml/kg/hr
4. Mulai pemberian
asupan lebih sering
saat bayi sudah stabil
Glukosa
30 - 44
Glukosa
> 45
1. Mulai pemberian
asupan sejak dini
(dalam waktu 4 jam
setelah lahir)
2. Lanjutkan
pemeriksaan bayi
berisiko hingga
pemberian asupan
sudah teratur
Pemantauan glukosa bisa dihentikan setelah bayi mulai menerima asupan dengan penuh atau mendapatkan infus
glukosa terus menerus secara teratur dengan 3 kai pemeriksaan yang dilakukan setiap jam hasilnya > 40mg/dl
Jika tanda timbul kembali dan pemberian asupan tidak bisa ditoleransi, mulai lagi dari bagian atas grafik
Kadar glukosa yang rendah dalam darah harus DINAIKKAN DENGAN CEPAT
Pemberian glukosa intravena harus DITURUNKAN SECARA BERTAHAP
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Pronosis tergantung dari berat dan lama hipoglikemia. Prognois buruk jika terdapat gejala klinik,
khususnya kejang.
Prognosis untuk hidup baik.
Hipoglikemia kambuh pada 10 15 % bayi sesudah pengobatan adekuat. Beberapa bayi telah
dilaporkan selambatnya timbul pada usia 8 bulan.
Kumat lebih sering terjadi jika cairan intravena keluar dari pembuluh darah atau jika cairan
dihentikan terlalu cepat sebelum makanan oral ditoleransi dengan baik.
Hipoglikemia yang lama dan berat dapat disertai dengan sequel neurologis.
Bayi hipoglikemia yang simtomatik, terutama bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi dari ibu
diabetes, mempunyai prognosis yang lebih jelek untuk kelanjutan perkembangan intelektual yang
normal daripada prognosis bayi yang asimtomatik.
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Sperling MA, Behrman RE, Kliegman RM, et al.2004. Nelson Textbook of Pediatrics.Edisi 17th .
Elsevire. p 318-326.
Indrasanto, dr. Eriyati, dr. Nani Dharmasetiawani, dr. Rinawati Rohsiswatmo. Hipoglikemia pada
Neonatus. Modul Asuhan Neonatal Esensial. USAID Indonesia. 2002
Sastroasmoro S. 2007. Paduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak; Hipoglikemia pada
Neonatus. Jakarta: RSCM. h357-360.
Hilary Cranmer, MD. 2007. Pediatric, Hypoglicemia.
http://emedicine.medscape.com/article/802334-overview accesed January 2012
Indarso, Fatimah. 2006. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir.
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&htm
l=07110-ztvf267.htm
accesed Januari 2012
Badollah N, Satriono. 1992. Hipoglikemia Pada Anak.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_50_HipoglikemiaPadaAnak.pdf/10_50_HipoglikemiaPadaAnak
.html
accesed Januari 2011
Marvin Cornblath, Jane M. Hawdon, et al. 2000. Operational Threshold Controversies Regarding
Definition of Neonatal Hypoglycemia: Suggested.
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/105/5/1141 accesed January 2012
Pudjiaji AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia; Hipoglikemia. 2010.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. h120-123.
Lissauer T, Fanaroff AA. 2009. At a Glance Neonatologi; Hipoglikemia. Jakarta: Erlangga. h106-108.
Strange, RG. .2009. Pediatric Emergency Medicine; Hypoglycemia. 3rd Edition. McGraw-Hill
Companies. p 634-637.
McIntosh, Neil. 1992. Forfar and Arneils Textbook of Paediatrics. 4th edition. Churchill Livingstone. p
318-326.
Intensive Care Nursery House Staff Manual. 2004. Neonatal Hypoglycemia.