Anda di halaman 1dari 11

Penggolongan Pajak

dan Sistem
Pemungutan Pajak
Rika Kharlina E., S.E.,M.T.I

Penggolongan Pajak
Berdasarkan
Golongan

Pajak

Berdasarkan
Wewenang
Pemungut

Berdasarkan
Sifat

Pajak
Langsung
Pajak Tidak
Langsung
Pajak Pusat /
Negara
Pajak Daerah

Pajak
Subjektif
Pajak
Objektif

Berdasarkan Golongan
Pajak

Langsung

Pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri


oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh : pajak penghasilan yang dapat
dikenakan berulang - ulang

Pajak

Tidak Langsung

Pajak yang bebannya dapat dialihkan atau


digeserkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Barang Mewah

Berdasarkan Wewenang Pemungut


Pajak

Pusat / Negara

Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada


pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak
Contoh : Pajak Penghasilan, PPN dan PPnBM, PBB, Bea
Meterai, BPHTB

Pajak

Daerah

Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada


Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas Pendapatan Daerah.
1.

2.

Pajak Daerah Tingkat 1


Contoh : Pajak kendaraan Bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, Pajak pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanah adan air permukaan
Pajak Daerah Tingkat II

Berdasarkan Sifat
Pajak

Subjektif

Pajak yang memperhatikan kondisi / keadaan


WP .
(Gaya Pikul = semakin besar gaya pikulnya,
semakin kecil kemampuan membayar pajak)

Pajak

Objektif

Pajak yang pada awalnya memerhatikan


objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari
subjeknya baik orang pribadi maupun badan.

Penggolongan
Retribusi
Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan Tertentu
1.

Sistem Pemungutan
Pajak
Official assessment system
b) Semiself assessment system
c) Self assessment system
d) Withholding system
a)

Official assessment system


suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah
(fiscus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri
dari sistem ini adalah :
Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang ada pada fiscus,
Wajib pajak bersifat pasif,
Utang pajak timbul setelah
dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak
(berisi ketetapan mengenai jumlah
utang pajak yang harus dibayar wajib
pajak) olehfiscus.

Semiself assessment system


yaitu

cara pemungutan pajak


yang wewenang untuk
menentukan besar pajak
terutang ada pada wajib pajak
bersama-sama dengan fiscus.

Self assessment system


istem

pemungutan pajak yang memberikan


kepercayaan kepada Wajib Pajak (WP) untuk
menghitung/memperhitungkan, membayar,
dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang
seharusnya terutang berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Self Assesment System antara lain :
1. Wewenang untuk menetapkan besarnya
pajak yang terutang ada pada WP sendiri
2. Wajib Pajak Aktif mulai dari menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi

Withholding system
Sistem

ini merupakan sistem perpajakan dimana


pihak ketiga baik Wajib Pajak Orang Pribadi
maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi
kepercayaan oleh peraturan perundangundangan untuk melaksanakan kewajiban
memotong atau memungut pajak atas
penghasilan yang dibayarkan kepada penerimaan
penghasilan.
Pihak ketiga tersebut memiliki peran aktif dalam
sistem ini, dan fiskus berperan dalam
pemeriksaan pajak, penagihan, maupun tindakan
penyitaan apabila ada indikasi pelanggran
perpajakan, seperti halnya pada self assessment
system.
Sistem pajak ini menekankan kepada pemberian
kepercayaan pada pihak ketiga diluar fiskus

Anda mungkin juga menyukai