Anda di halaman 1dari 25

DIAGNOSTIC IMAGING

TIU
Setelah mengikuti Kuliah ini, mhs dapat menjelaskan:
1. Sejarah Radiologi
2. Defenisi Sinar X
3. Sifat sifat Sinar Roentgen
4. Pencegahan Efek Samping Sinar roentgen
5. Komponen Tabung Sinar X
6. Pembuatan Sinar X
7. Prinsip Dasar Penggunaan Radiasi
8. Persyaratan penanganan radiasi
9. Tata Laksana

Sejarah Radiologi
Dimuali sejak ahli fisika jerman, Wilhem

Conrad Roetngent menemukan sinar


roentgen (1895) saat sedang melakukan
eksperimen dengan sinar katode.
Penemuan Roengent: revolusi dalam

dunia kedokteran karena bagian tubuh


manusia bagian dalam dapat diperiksa.

Defenisi Sinar X
Sinar X adalah suatu gelombang elektromagnetik,

panjang gelombang sangat pendek, energi sangat besar


dan daya tembus sangat tinggi.
Sinar X: mampu mengionisasi atom dari materi yang
dilaluinya, menjadikannya sebagai salah satu bentuk dari
radiasi elektromagnetik.
Panjang gel Sinar X: 0,01 - 10 nm
Energi Sinar X: 120 - 120 kilo elektronVolt.

Sifat sifat Sinar Roentgen


Roentgen dalam penemuannya hampir menemukan

semua sifat-sifat dari sinar ini.


Sifat-sifat sinar Roentgen:
Bergerak dalam garis lurus
Tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetik
Mempunyai daya tembus yang kuat bila tegangan listrik (KV)

semakin di tinggi
Menghitamkan kertas foto

Sifat sifat Sinar Roentgen


Sifat lain yang tidak ditemukan: efek biologi.
Sinar ini dapat merusak sel hidup, diketahui setelah

penggunaan yang lama, tjd perubahan warna kulit pada


daerah yang sering terpapar sinar ini.
Kelainan biologik: kerusakan pada sel-sel hidup.
Pada tingkat dini: sekedar menyebabkan perubahan
warna sampai penghitaman kulit, bahkan sampai
merontokkan rambut.
Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan lecet kulit
sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja
dilanjutkan nekrosis dapat menjelma menjadi tumor kulit
ganas atau kanker ganas.

Pencegahan Efek Samping Sinar roentgen


Korban sinar roentgen: beberapa ahli radiologi terkenal

seperti Alber-schonberg, Caldwelll, Friedlander,


Hozknecht, Bergonie, dan Irene Joliot Curie telah menjadi
korban dari sinar roentgen.
Perlu diambil tindakan-tindakan untuk mencegah
kerusakan tersebut.

Pencegahan Efek Samping Sinar roentgen (cont)


Pada kongres internasional radiologi di kopenhagen tahun

1953 dibentuk The International Committee on Radiation


Protection.
Menetapkan peraturan lengkap untuk proteksi radiasi:
1.
2.

3.

menjauhkan diri dari sumber radiasi


menggunakan alat pelindung diri bila harus berdekatan dengan
sinar seperti sarung tangan, jas, rok dan kursi fluoroskopi yang
berlapis timbal
secara berkala melakukan pengecekan dengan menggunakan
film-badge dan pemeriksaan darah (leukosit).

Pembuatan Sinar X dan Komponen tabung sinar X


Tabung rontgen dengan sumber elektron dipacu dan

diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran


(target). Akibat proses yang berlangsung, maka akan
terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%).
Suatu tabung pesawat rontgen memiliki beberapa kriteria,
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Mempunyai sumber elektron


Gaya yang mempercepat gerakan elektron
Lintasan elektron yang bebas dalam ruangan hampa udara
Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
Penghenti gerakan elektron.

Komponen Tabung Sinar X


Sumber Elektron
sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada
katode di dalam tabung pesawat rontgen. Pemanasan
filament dilakukan dengan suatu transformator khusus.
2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron
Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang
dipasang pada tabung rontgen
3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa
udara di antara katoda dan anoda.
1.

Komponen Tabung Sinar X (cont)


Alat pemusat berkas elektron
Alat ini menyebabkan elektron elektron tidak bergerak
terpencar pencar tetapi terarah ke bidang focus
( focal spot )
5. Penghenti gerakan elektron
Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas
keeping Wolfarm yang ada pada anoda yang diam dan
piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum pada
tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan
focus yang mempunyai titik lebur tinggi mencapai 3400
derajat C dan no atom 74.
4.

Struktur Tabung Sinar X

Proses terjadinya sinar x


Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :
1.
Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.000 derajat C)
sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari
transformator.
2.
Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3.
Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,
elektron-elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang
berpusat di focusing cup.
4.
Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran)
sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%).
5.
Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x,
sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui
jendela.
6.
Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron
dihilangkan dengan radiator pendingin.

Alat penghenti gerakan ini sendiri dapat dibedakan atas 2

yaitu:
1.
2.

Keping wolfarm, yang ditanamkan pada tembaga dalam


tabung rontgen anoda diam
Pring wolfarm, yang terdapat pada tangkai molybdenum dalam
pesawat rontgen anoda potar.

Wolfram adalah bahan dengan nomor atom 74 dengan

titik lebur yang tinggi mencapai 3400 derajat C.

Proses terjadinya sinar x

Radiasi & Penanganannya


Mengacu pada Sesuai dengan badan pengawas tenaga

nuklir no 01 thn 1999 tentang ketentuan keselamatan


kerja terhadap radiasi sbb :
1.
2.

NBD bagi pekerja yang terpajan radiasi adalah 50 mSv dalam


1 thn.
NBD bagi masyarakat yg terpajan sebesar 5 mSv dalam 1 thn.

Prinsip Dasar Penggunaan Radiasi


Prinsip proteksi radiasi berdasarkan Basic Safety

Standard (BSS) terdiri atas 3 unsur yaitu:


1.

2.

Justifikasi
Semua kegiatan yang melibatkan paparan radiasi hanya
dilakukan jika menghasilkan nilai lebih atau memberikan
manfaat yang nyata (azas manfaat).
Optimasi
Pada optimasi semua paparan harus diusahakan serendah yang
layak dicapai (As Low As Reasonably Achievabel-ALARA) dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.

3.

Pembatasan
Pada pembatasan semua dosis ekivalen yang diterima oleh
seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD)
yang telah ditetapkan.

Persyaratan penanganan radiasi


Persyaratan penganan radiasi pada rumah sakit yang

menggunakan peralatan radiasi menggacu pada Nilai


Batas Dosis (NBD) di Indonesia ditetapkan berdasarkan
:
1.
2.

Ditetapkan berdasarkan SK. Kepala BAPETEN No. 01/KaBAPETEN/V- 1999.


Didasarkan atas rekomendasi ICRP No. 26 Tahun 1977 dan
Safety Series International Atomic Energy Agency (IAEA) No.
9 Tahun 1983.

Persyaratan penanganan radiasi


Sesuai dengan badan pengawas tenaga nuklir no. 01 thn 1999 tentang

ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi Nilai batas Dosis (NBD)


bagi pekerja radiasi dan masyarakat adalah sebagai berikut :
1.

Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajan radiasi adalah 50 mSv
dalam 1 thn.
a.
b.
c.
d.

2.

20 mSv/tahun secara rata-rata selama 5 tahun


Penerimaan maksimum setahun 50 mSv dengan memperhitungkan penerimaan
dosis di tahun berikutnya.
Untuk lensa mata 150 mSv/tahun
Untuk tangan, kaki, kulit 500mSv/tahun

Nilai Batas Dosis (NBD) bagi masyarakat yang terpajan sebesar 5


mSv dalam 1 thn.
a.
b.
c.
d.

1 mSv/tahun
Kondisi khusus boleh 5 mSv/tahun asal rerata selama 5 tahun adalah 1 mSv/ tahun
15 mSv/tahun untuk lensa mata
5 mSv/tahun untuk kaki, tangan, kulit

Tata Laksana
1.

Perizinan
izin dari Badan Pengawas tenaga Nuklir ( PP No 64 Tahun 2000 tentang
Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Pasal 2 ayat 1). Syarat:
a.
b.
c.
d.

mempunyai fasilitas yang memenuhi persyaratan keselamatan;


mempunyai petugas ahli yang memenuhi kualifikasi untuk pemanfaatan tenaga nuklir;
mempunyai peralatan teknik dan peralatan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk
pemanfaatan tenaga nuklir; dan
memiliki prosedur kerja yang aman bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup.

Persyaratan khusus yang diberlakukan terhadap instalasi yang mempunyai

potensi dampak radiologi tinggi sebagaimana dimaksud adalah :


a.
b.
c.

Menyampaikan dokumen Laporan Analisa Keselamatan


Wajib memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL;
Memenuh persyaratan konstruksi.

Izin yang diterbitkan dari badan pengawas tenaga nuklir sebagaimana

dimaksud berlaku untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.

Tata Laksana (cont)


2.

Sistem Pembatasan Dosis


Badan Pengawas Tenaga Nuklir menetapkan Nilai batas dosis
(NBD) bagi :
a.
Pekerja Radiasi
1.
2.
3.
4.

b.

20 mSv/tahun secara rata-rata selama 5 tahun


Penerimaan maksimum setahun 50 mSv dengan memperhitungkan
penerimaan dosis di tahun berikutnya.
Untuk lensa mata 150 mSv/tahun
Untuk tangan, kaki, kulit 500mSv/tahun

Masyarakat
1.
2.
3.
4.

1 mSv/tahun
Kondisi khusus boleh 5 mSv/tahun asal rerata selama 5 tahun
adalah 1 mSv/ tahun
15 mSv/tahun untuk lensa mata
5 mSv/tahun untuk kaki, tangan, kulit

Tata Laksana (cont)


3.

Sistem manajemen kesehatan & keselamatan kerja


terhadap pemanfaatan radiasi
a.

b.

Organisasi
RS harus memiliki organisasi proteksi radiasi, petugas radiasi
tersebut harus memiliki izin sebagai petugas radiasi dari badan
pengawas.
Pemantauan dosis perorangan dan Peralatan proteksi
radiasi
Rancangan instalasi yang memenuhi persaratan, penyediaan
pelindung radiasi atau container.
Peralatan dan perlengkapan yang disediakan adalah
monitoring perorangan, survey meter, alat untuk mengangkat
dan mengangkut, pakaian kerja, dekontaminasi kit dan alat
pemeriksaan tanda-tanda radiasi.

Tata Laksana (cont)


Pemeriksaan kesehatan
sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun
e. Penyimpanan dokumentasi
catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja,
lingkungan, dan kartu kesehatan pekerja selama 30
tahun sejak pekerja radiasi berhenti bekerja.
f. Jaminan kualitas
Pengelola rumah sakit harus membuat program jaminan
kualitas. Demi menjamin efektifitas pelaksanaan, badan
pengawasan melakukan inspeksi dan audit selama
pelaksanaan program jaminan kualitas.
g. Pendidikan dan pelatihan
d.

Tata Laksana (cont)


4.

Kalibrasi
sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
Keluaran radiasi (out-put) peralatan radiotherapy secara berkala,

sekurang-kurangnya dua tahun sekali.


Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instasi yang telah terakreditasi
dan ditunjuk oleh badan pengawas dan instansi terkait lainnya

5.

Penanggulangan Kecelakaan Radiasi


Upaya pencegahan
Lokasi tempat kejadian harus diisolasi harus diberi tanda khusus

seperti pagar atau barang, bahan yang terkena pancaran radiasi


segera diisolasi kemudian didekontaminasi.
Jika terjadi kecelakaan radiasi, pengelola rumah sakit harus segera
melaporkan terjadinya kecelakaan radiasi kecelakaan radiasi dan
upaya penanggulangannya kepada badan pengawas pelaksana.

Tata Laksana (cont)


Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pengolahan limbah radioaktif dilaksanakan untuk

mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja,


anggota masyarakat dan lingkungan hidup.
Undang-Undang No.10 Tahun 1997 pasal 23 ayat (1),
pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sedangkan dalam pasal
24 ayat (1) menyebutkan bahwa penghasil limbah
radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang wajib
mengumpulkan, mengelompokkan atau menyimpan
sementara limbah tersebut sebelum diserahkan kepada
Badan Pelaksana.

Anda mungkin juga menyukai