10
11
AIRSIDE
Runway
13
Runway sejajar
Kapasitas runway sejajar tergantung pada jumlah
runway
dan jarak diantaranyaJarak antar dua runway
digolongkan
dalam jarak yang rapat, menengah dan renggang.
close
jauh
close
15
Runway V-terbuka
Runway V-terbuka adalah runway yang arahnya memencar (divergen) tetapi tidak
berpotongan, seperti terlihat pada gambar 2.4.a dan 2.4.b. Kapasitas tertinggi akan
dicapai apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi V (gambar 2.4.a). Untuk kondisi
seperti diperlihatkan pada gambar 2.4.a kapasitas runway ini untuk kondisi VFR berkisar
antara 60 180 operasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR berkisar antara 50 80
operasi per jam .
Untuk kondisi seperti diperlihatkan pada gambar 2.4.b, kapasitas runway ini untuk
kondisi VFR berkisar antara 50 100 opertasi per jam, sedangkan untuk kondisi IFR
berkisar antara 50 60 operasi per jam.
16
Runway berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relatif kuat
(prevailing wind) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin
sisi (cross wind) berlebihan apabila hanya dibuat satu runway saja.Kapasitas
dua runway ini sangat tergantung pada letak perpotongannya. Makin jauh letak
titik potong dari ujung lepas landas runway dan ambang pendaratan
(threshold), kapasitasnya semakin rendah. Konfigurasi runway berpotongan
inin diperlihatkan pada gambar 2.3.a sampai 2.3.c.
Strip runway, yang mencakup perkerasan, bahu dan daerah diluar itu yang diratakan dan
diatur drainasenya. Daerah strip ini harus mampu digunakan oleh kendaraan pemadam
kebakaran, SAR dengan baik pada kondisi normal. Areal strip runway secara keseluruhan
harus mampu menahan beban pesawat yang tergelincir keluar runway tanpa
mengakibatkan kerusakan struktural.
Blast pad, yaitu areal yang dirancang khusus untuk menahan erosi permukaan disekitar
ujung runway akibat adanya jet-blast. Areal ini dapat merupakan areal yang diperkeras
atau hanya dengan tanaman rumput biasa
Runway end safety area, yaitu daerah yang sengaja dikosongkan untuk
19
20
21
22
23
24
25
TAXIWAY
Fungsi utama taxiway :
adalah sebagai penghubung antara runway dan apron
Taxiway Berdasar Letaknya
Exit Taxiway
adalah taxiway yang berfungsi untuk memperpendek masa
penggunaan runway pada saat pendaratan pesawat di runway.
Exit taxiway disebut sebagai high speed taxiway jika dapat
melayani pesawat dengan kecepatan masih tinggi
Penentuan lokasi exit taxiway tergantung pada komposisi pesawat yang
dilayani, jumlah exit taxiway, kecepatan dan perlambatan pesawat.
Jumlah exit taxiway direncanakan mampu mengakomodasi lalu lintas
pergerakan pesawat pada jam puncak.
26
Parallel Taxiway
Parallel Taxiway adalah taxiway yang konfigurasinya sejajar dengan
runway. Parallel taxiway ini menghubungkan taxiway biasa ataupun
exit taxiway dengan apron. Berdasarkan panjangnya parallel taxiway
dibedakan atas dua jenis :
28
Apron Taxiway
Apron taxiway adalah taxiway yang terletak
didekat apron.
Secara umum apron taxiway dibedakan atas dua
jenis, yaitu :
Taxiway yang terletak didekat apron dan
dimasukkan sebagai jalan pintas pesawat dari apron
ke taxilane dimana pesawat akan parkir.
Taxilane, yaitu bagian dari apron yang diperuntukan
bagi jalan hubung ke areal parkir.
Kriteria perencanaan untuk apron taxiway yang
berhubungan dengan lebar strip, jarak separasi
dan lainnya adalah sama dengan tipe taxiway
lainnya.
29
Cross Taxiway
Cross taxiway adalah taxiway yang berfungsi untuk menghubungkan dua
runway yang berdekatan sehingga pemanfaatan kedua runway dapat
dilakukan secara optimal.
Jenis taxiway ini biasanya baru diadakan jika memang ada dua runway sejajar
dalam suatu bandar udara.
Agar lebih memahami perbedaan taxiway berdasarkan letaknya dapat dilihat
pada gambar 2.7.
30
31
32
Konfigurasi Parkir
33
ORGANISASI PENERBANGAN
Lembaga yang berwenang mengatur transportasi udara di Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dari Departemen Perhubungan udara juga
menyelenggarakan hubungan antar negara maka diperlukan kesamaan
pengaturan
dalam penyelenggaraan tersebut. Indonesia telah menjadi anggota :
International Civil Aviation Arganization (ICAO), yang berkedudukan di MountrealCanada. Keanggotaan pertama ICAO ada 52 negara, diresmikan berdirinya di Chicago
pada tahun 1944. Indonesia telah meretifikasi Convention on International Civil
Aviation pada tanggal 27 April 1950, dengan demikian maka lapangan terbang di
Indonesia mengikuti standarisasi penerbangan sedunia yang meliputi :
Tenaga terdidik
34
35
36
Orientasi Runway
Berdasar Airport Planning Manual dari ICAO orientasi
runway dibuat dengan arah sedemikian rupa sehingga
pesawat terbang dapat didaratkan sekurang-kurangnya
95% dari waktu dengan kecepatan komponen cross
wind 20 knot (23 mph) untuk runway kelas A dan B, 13
knot (15 mph) untuk runway kelas C dan 10 knot (11,5
mph) untuk runway kelas D dan E. Setelah maximum
cross wind component dipilih sesuai dengan kelas
runway yang akan dibangun, maka diperlukan data
mengenai arah angin dan runway yang akan dibangun,
maka diperlukan data mengenai arah angin dan
kecepatannaya selama kurun waktu yang cukup lama
dilokasi tersebut untuk menentukan orientasi runway.
Pada gambar 2.5 memperlihatkan penentuan orientasi
runway berdasar arah angin. Cara menentukan orientasi
runway dengan menggunakan windrose dan tabel angin
yang akan dibahas dalam bab tersendiri.
37
38
Pertukaran moda
Biasanya perjalanan udara merupakan perjalanan campuran berbagai moda, mencakup
perjalanan akses darat dan dilanjutkan dengan perjalanan udara. Tidak banyak
perjalanan udara yang dilakukan secara langsung dari asal ke tujuan.
Dalam rangka pertukaran moda tersebut, penumpang melakukan pergerakan di terminal
pada kawasan sikulasi penumpang.
Pemrosesan
Terminal adalah tempat yang sesuai untuk proses yang menyangkut
perjalanan udara. Termasuk pengurusan tiket, pendaftaran penumpang dan
bagasi, dari penumpang dan mempertemukan kembali. Fungsi ini memerlukan
kawasan pemrosesan penumpang.
Pemrosesan :
a) Kawasan untuk formalitas bagi pemrosesan penumpang
b) Fasilitas yang diperlukan :
Pendaftaran penumpang
Kontrol imigrasi
Pengambilan bagasi
42
Konsep Pengembangan
Lokasi terminal amat ditentukan oleh proses perencanaan terminal.
Karena di dalam perencanaan terminal harus dilakukan secara terpadu
1. Dalam tahap-tahap penyusunan dan pengembangan konsep
suatu proyek perancangan terminal, digunakan kriteria evaluasi
berikut untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada :
2.
Kemampuan untuk menangani permintaan yang diharapkan
3.
Kesesuaian dengan tipe pesawat yang diharapkan
4.
Keluwesan dan ketanggapan terhadap pertambahan dan
perubahan teknologi
5. Kesesuaian dengan rencana induk bandar udara keseluruhan
6. Kesesuaian dengan tata-guna lahan didalam dan disekitar bandar
udara
7. Kemunduran orientasi dan pemrosesan penumpang
8. Analisis rute-rute manuver pesawat dan pertentangan yang
mungkin terjadi pada .
9. Penundaan ..
10. Kelayakan ..
43
44
Kondisi atmosfir
Perkembangan ekonomi
Tersedianya utilitas
45
Jumlah Penumpang
Jumlah mil-penumpang
Armada pesawat terbang
Angkutan udara
Penerbangan umum
Komposisi
Ukuran
Kapasitas
Jumlah penumpang
Operasi-operasi pesawat terbang
Jumlah penerbangan dan Navigator
operasi-operasi pesawat terbang :
Angkutan Udara:
Gabungan armada
Kapasitas
Jam Puncak
47
49
0,3
Kertas tembus
pandang dibuat
sejajar dengan
jarak dari sumbu
15 knot
50
Wind
Direction
Percentage of Winds
4 5 mph
15 31 mph
31 47 mph
Total
4.8
1.3
0.1
6.2
NNE
3.7
0.8
4.5
NE
1.5
0.1
1.6
ENE
2.3
0.3
2.6
2.4
0.4
2.8
ESE
5.0
1.1
6.1
SE
6.4
3.2
0.1
9.7
SSE
7.3
7.7
0.3
15.3
4.4
2.2
0.1
6.7
SSW
2.6
0.9
3.5
SW
1.6
0.1
1.7
WSW
3.1
0.4
3.5
1.9
0.3
2.2
WNW
5.8
2.6
0.2
8.6
NW
4.8
2.4
0.2
7.4
NNW
7.8
4.9
0.3
13.0
Calms
Total
(0 4 mph)
Total Angin
Dominan = 15,3
4.6
100 %
51
Permissible Crosswind
52
53
Berikut ini diberikan contoh untuk menghitung panjang runway aktual yang
diperlukan oleh suatu pesawat terbang untuk dapat beroperasi di suatu
lapangan terbang dengan kondisi lingkungan tertentu.
Data
Elevasi lapangan terbang : 500 m (1500 ft) di atas Mean Sea Level (MSL)
55
57
58
A-3003-B2
46.70
44.80
50
B-727-100
40.59
32.92
75 0
B-727-200
46.68
32.92
75
70
18.40
18.70
B-737-100
28.65
28.35
38.80
21.90c
c
25.00
a
a
B-737-200
30.58
28.35
70
B-747
70.40
59.64
60 0
B-757
47.32
37.95
60
B-767
48.51
47.63
60 0
36.00a
BAC-111-400
28.50
27.00
65 0
21.30a
Caravelle
36.70
34.30
45 0
29.00a
Concorde
62.10
25.50
50 0
30.10c
DC-8-40/50
45.95
43.41
70 0
29.20a
DC-8-61/63
57.12
43.41/45.2
70 0
32.70c
75
60.20a
a
27.90
17.80
DC-9-10/20
31.82
27.25/28.5
DC-9-30
36.36
28.44
75 0
DC-9-40
38.28
28.44
75
DC-9-50
40.72
28.45
75 0
DC-9-80
45.02
32.85
75
DC-10-10
55.55
47.35
65 0
35.60a
DC-10-30
55.35
50.39
65 0
37.30a
DC-10-40
55.54
50.39
65 0
36.00a
L-1011
54.15
47.34
60 0
35.59a
26.10
28.60
50 0
21.60a
To wing tip
To nose
To tail
20.40c
c
21.40
22.50c
b
25.10
59
60
Sebagai contoh :
a = 1000 penumpang
p = 0,7
L = 0,095 x 1000 x 0,7 = 67 meter (-10 %)
64
60
60
30
A s
m2 (-10 %)
Sebagai contoh :
c = 1500 penumpang
u = 50 menit
v = 30 menit
i = 0,6
k = 0,4
N = (1500 (50 x 0,6 + 30 x 0,4)/30 = 2100
m2(+10 %)
65
66