Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN GIZI BURUK

OLEH
KOMATHI KANNAN
110100392
DOSEN PEMBIMBING:DR. SYAHRIAL R. ANAS, MHA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN

Departemen Kesehatan melaporkan ada 1,7 juta


balita yang berstatus gizi buruk tersebar di seluruh
Indonesia dan diperkirakan 5 dari 18 juta balita di
negeri ini yang berstatus gizi kurang.

TUJUAN
PENELITI
AN

MANFAAT
PENELITIA
N

Untuk mempelajari dan memberikan


informasi tentang manajemen
kesehatan gizi buruk
Untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara

Untuk meningkatkan informasi di dunia


ilmu pengetahuan terutama dalam hal
studi literatur, baik bagi penulis
maupun pembaca dan masyarakat
luas, sebagai tolak ukur bagi penelitian
berikutnya dan untuk memberi edukasi
pada masyarakat

DEFINI
SI

Gizi buruk adalah suatu


istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan
dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah
dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun.
Apabila berat badan
menurut umur sesuai
dengan standar, anak
disebut gizi baik. Kalau
sedikit di bawah standar
disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah
standar dikatakan gizi
buruk
4

ETIOLOGI
Anak tidak cukup
mendapat makanan
bergizi seimbang
Anak tidak mendapat
asuhan gizi yang
memadai
Anak menderita
penyakit infeksi

KLASSIFIKASI
Marasmus

Kwashiokor

Anak tampak kurus


.Wajah seperti orang tua
Iga gambang dan perut
cekung
Otot paha mengendor
(baggy pant)
Cengeng dan rewel,
setelah mendapat makan
anak masih terasa lapar

Perubahan status mental :


cengeng, rewel, kadang
apatis
Rambut tipis kemerahan
seperti warna rambut
jagung dan mudah dicabut
Wajah membulat dan
sembab
Pandangan mata anak
sayu
Pembesaran hati,
Kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang
meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas

MarasmusKwashiorkor
menurunnya berat badan
< 60% dari normal
Tanda-tanda kwashiorkor,
seperti edema, kelainan
rambut

PENATALAKSANAAN
Menyesuaikan kemampuan pasien menerima
makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi
TAHAP
energi dan tingi protein (TETP)
PENYESUAI
AN

Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan


bertambah baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari,
pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi
TAHAP
PENYEMBUH mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2AN
5 gram protein/kg berat badan sehari.

TAHAP
LANJUTAN

Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah


dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan
merupakan diet TETP.

Manajemen Kesehatan
Gizi Buruk
a) Revitalisasi Posyandu
Bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja
Posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan
balita .

b) Revitalisasi Puskesmas
Bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja Puskesmas
terutama -dalam pengelolaan kegiatan gizi di
Puskesmas, baik penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat

c) Inventarisasi gizi dan kesehatan


Bertujuan memberikan pelayanan langsung kepada balita . Ada dua
bentuk pelayanan gizi dan kesehatan, yaitu pelayanan perorangan
dalam rangka menyembuhkan dan memulihkan anak dari kondisi
gizi buruk, dan pelayanan masyarakat yaitu dalam rangka
mencegah timbuhiya gizi buruk di masyarakat.
d) Promosi keluarga sadar gizi (KADARZI)
Bertujuan dipraktekkannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh
keluarga di Indonesia, untuk mencegah terjadinya masalah kurang
gizi, khususnya gizi buruk. Kegiatan promosi keluarga sadar gizi
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial budaya (lokal
spesifik).
e) Pemberdayaan keluarga
Bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengetahui
potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga . Keluarga
miskin yang anaknya menderita kekurangan gizi perlu diprioritaskan
sebagai sasaran penanggulangan kemiskinan

f) Advokasi dan pendampingan


Pertama, meningkatkan komitmen para penentu kebijakan,
termasuk legislatif, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka
adat dan media massa agar peduli dan bertindak nyata di
lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak . Kedua,
meningkatkan kemampuan teknis petugas dalam
pengelolaan program Gizi .
g) Revitalisasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi
(SKPG)
Bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dan
pemerintah daerah melakukan pemantauan yang terus
menerus terhadap situasi pangan dan keadaan gizi
masyarakat setempat, untuk dapat melakukan tindakan
dengan kelaparan dan kurang gizi, khususnya gizi buruk
cepat dan tepat untuk mencegah timbuh ya bahaya pada
tingkat desa, kecamatan dan kabupaten .

KESIMPULAN
Sejalan dengan sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan
(2005-2009), tujuan umum
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
Buruk adalah tercapainya sasaran
penurunan prevalensi gizi kurang pada
balita menjadi setinggi-tingginya 20%
dan prevalensi gizi buruk menjadi
setinggi-tingginya 5% pada tahun

SARANAN
Semua balita ditimbang setiap bulan dan berat badannya naik
Meningkatnya cakupan pemberian ASI eksklusif sampai 6
bulan ,
Semua anak 6-24 bulan mengkonsumsi Makanan Penguat-Air
Susu Ibu (MPASI) yang bergizi
Semua keluarga mendapatkan penyuluhan makanan sehat dan
bergizi seimbang
Semua balita gizi kurang dari keluarga miskin mendapat
makanan tambahan yang bergizi seimbang
Meningkatnya cakupan distribusi kapsul vitamin A pada ibu
nifas, bayi dan balita menjadi sekurangnya 80%
Semua Puskesmas dan Rumah Sakit mampu melakukan
tatalaksana penanggulangan gizi buruk dan faktor risikonya
(penyakit infeksi) sesuai dengan standar

Anda mungkin juga menyukai