Anda di halaman 1dari 56

Mengelola Kebijakan Pemerintah Dalam

Bidang Kesehatan
Ibu Dan Anak

Kelompok II

OUTLINE
A. Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak
B. Prinsip Dan Tujuan Program Kesehatan Ibu
Dan Anak
C. Undang-Undang Kesehatan Ibu, Bayi, Anak
D. RPJMN 2015-2019
D. Kebijakan Pemerintahan Dalam Bidang
Kesehatan Ibu Dan Anak
E. Manajemen Kegiatan Kesehatan Ibu dan
Anak

A.Pengertian Kesehatan Ibu dan


Anak
Upaya kesehatan Ibu dan Anak
adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkutpelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah

B. Prinsip Dan Tujuan Program


Kesehatan Ibu Dan Anak
1. Prinsip
Prinsip pengelolaan Program KIA
adalah memantapkan dan
peningkatan jangkauan sertamutu
pelayanan KIA secara efektif dan
efisien

Lanjutan
2. a. Tujuan umum
program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah
tercapainya kemampuan hidup sehatmelalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menujuNorma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatananak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagipeningkatan
kualitas manusia seutuhnya.

Lanjutan
b. Tujuan Khusus
Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan ,
sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan
diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya
Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita
dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah
Taman Kanak-Kanak atau TK

Lanjutan
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu meneteki
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi
dan anak balita
Meningkatnya kemampuan dan peran serta
masyarakat , keluarga dan seluruhanggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah,terutama melalui peningkatan
peran ibu dan keluarganya

C. Undang-undang Kesehatan
Ibu,Bayi dan anak
Undang-undang Republik Indonesia
No 36 tahun 2009
KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK, REMAJA,
LANJUT USIA, DAN PENYANDANG
CACAT
Pada pasal 126-140

Tahapan RPJPN 2015-2025


Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang
RPJM 1
aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan
(2005-2009)
tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

RPJM 2
(2010-2014)

Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan


kualitas SDM, membangun kemampuaniptek,
memperkuat daya saing perekonomian

Memantapkan pem-bangunan secara menyeluruh dengan


menekankan pem-bangunan keung-gulan kompetitif
RPJM 3
(2015-2019) perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang
berkualitas, serta kemampuan iptek
Mewujudkan masya-rakat Indonesia yang mandiri, maju, adil
dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala
RPJM
bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh
(2020-2014) berlandaskan keunggulan kompetitif.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019


adalah:
Meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak;
Meningkatnya pengendalian
penyakit;
Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan
Meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan;
Meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui kartu

Strategi untuk meningkatkan kesetaraan


gender (RPJMN)2015-2019

(1) Penyempurnaan proses pembentukan peraturan perundangan dan


kebijakan agar selalu mendapatkan masukan dari perspektif gender;
(2) Pelaksanaan review, koordinasi, dan harmonisasi seluruh peraturan
perundangan dari UU sampai dengan peraturan daerah agar
berperspektif gender;
(3) Peningkatan kapasitas SDM lembaga koordinator dalam
mengkoordinasikan dan memfasilitasi
kementerian/lembaga/pemerintah daerah tentang penerapan PUG,
termasuk data terpilah;
(4) Penguatan mekanisme koordinasi antara pemerintah, aparat
penegak hukum, masyarakat, dan dunia usaha dalam penerapan PUG; ]
(5) Penguataan lembaga/jejaring PUG di pusat dan daerah, termasuk
dengan perguruan tinggi, pusat studi wanita/gender, dan organisasi
masyarakat;
(6) Penguatan system penyediaan, pemutakhiran, dan pemanfaatan
data terpilah untuk penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan/program/kegiatan pembangunan, seperti publikasi indeks
kesetaraan dan keadilan gender per kabupaten sebagai basis insentif
dan disinsentif alokasi dana desa; serta
(7) Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil
pengarusutamaan gender, termasuk PPRG.

RPJPN 2005- 2025 menyebutkan


dalam visi misinya bahwa
Kemajuan suatu bangsa juga diukur
berdasarkan indikator
kependudukan, ada kaitan yang
erat antara kemajuan suatu bangsa
dengan laju pertumbuhan
penduduk, termasuk derajat
kesehatan
tantangan pengendalian kuantitas
penduduk (KB) meliputi:
Penguatan Advokasi dan KIE


Kesehatan Gizi Masyarakat
(RPJMN)

Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan


Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia
yang Berkualitas
Peningkatan akses dan mutu continuum of care pelayanan
ibu dan anak yang meliputi kunjungan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas kesehatan;
Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja;
Penguatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS);
Penguatan Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga;
Peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia;
Peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan
balita; serta
Peningkatan peran upaya kesehatan berbasis masyarakat
termasuk posyandu dan pelayanan terintegrasi lainnya
dalam pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lansia

Peningkatan Akses Pelayanan


Kesehatan Dasar dan Rujukan yang
Berkualitas

Periode 2014-2019 adalah periode krusial


dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional, yaitu untuk mencapai universal
health coverage pada tahun 2019.
Agenda utamanya adalah menjamin akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
seluruh masyarakat terutama masyarakat
miskin dan masyarakat di daerah
tertinggal. Kartu Indonesia sehat
merupakan bentuk dalam upaya untuk
menjamin bahwa seluruh penduduk
mempunyai akses terhadap pelayanan
kesehatan tanpa hambatan finansial.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu

pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi


pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif
dan pemberdayaan masyarakat;
penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
menggunakan pendekatan continuum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan;
sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
(Kementrian Kesehatan RI 2011)

Tantangan Pembangunan
Kesehatan 2015-2019
Kesenjangan status kesmas& akses terhadap yankes
antar wilayah termasuk DTPK, tingkat sosial ekonomi, dan
gender;
Continuum of care (AKI, AKB, AKBA);
Masih ada masalah gizi stuntingdi wilayah timur;
Beban ganda penyakit -pergeseran pola penyakit dari PM
ke PTM, serta meningkatnya penyalahgunaan narkoba&
masih ada masalah imunisasirantai dingin;
Kualitas lingkungan(climate change)dan sanitasi
dasar;
Masalah SDM kesehatan (penyebaran, kualitas layanan
dan kompetensi nakes);
Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat UKBM
PHBS;
Belum optimalnya Sistem Informasi Kesehatan;
Masalah pergeseran demograflanjut usia;

Tujuan Kementerian
Kesehatan pada tahun
2015-2019
1) meningkatnya status kesehatan

masyarakat dan
2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan.

Indikator Pencapaian Tujuan


Kementerian Kesehatan pada tahun
2015-2019
1. Menurunnya angka kematian ibu
dari 359 per 100.00 kelahiran hidup
(SP 2010), 346 menjadi 306 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi
dari 32 menjadi 24 per 1.000
kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari
10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan

Strategi pembangunan kesehatan


2015-2019

1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu,


Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang
Berkualitas
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang
Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan,
dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu
Sumber Daya Manusia Kesehatan
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan
Sistem Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan

E. Kebijakan Pemerintah dalam Bidang


Kesehatan Ibu Anak

1. Upaya Peningkatan Kesehatan


Ibu

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan
memenuhi standar kualitas, yaitu:
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan;
Pengukuran tekanan darah;
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
Penentuan status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi;

Lanjutan
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan;
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ);
Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga
berencana);
Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin
dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
Tatalaksana kasus.

Gambaran kecenderungan cakupan K1


dan K4 sejak tahun 2005 hingga tahun
2014 dapat dilihat pada Gambar

Pemberian zat besi pada ibu hamil merupakan salah


satu syarat pelayanan kesehatan K4 pada ibu hamil.
Dimana jumlah suplemen zat besi yang diberikan
selama kehamilan ialah sebanyak 90 tablet (Fe3).
Secara nasional cakupan ibu hamil mendapat tablet
Fe tahun 2014 sebesar 85,1%, data tersebut belum
mencapai target program tahun 2014 sebesar 95%.
Provinsi di Indonesia pada tahun 2014 dengan
cakupan Fe3 tertinggi terdapat di Provinsi Bali
(95%), DKI Jakarta (94,8%), dan Jawa Tengah
(92,5%). Sedangkan cakupan terendah terdapat di
Provinsi Papua Barat (38,3%), Papua (49,1%), dan
Banten (61,4%)
Data dan informasi mengenai cakupan pemberian
90 tablet tambah darah pada ibu hamil dapat dilihat
di Lampiran 5.2. Selain itu, gambar cakupan Fe3

3. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga


Kesehatan
Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam
menerapkan kebijakan bahwa seluruh
persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dan didorong untuk dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan
puskesmas,pembangunan poskesdes harus satu
paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan.

Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan


Kementerian Kesehatan adalah dengan
mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun
serta Rumah Tunggu Kelahiran
Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak
ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan
diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan
kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran

Gambaran mengenai persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada
Gambar

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Nifas adalah periode mulai dari enam jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan
suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga
berencana;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

5. Upaya Penurunan AKI dan AKB


Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet,
dan abortus
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal
yaitu melalui :
1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi
dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai;
2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga
kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau
secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan.

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah


satunya dilakukan melalui Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K).
Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa
Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun
2007.
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
ditargetkan pada akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat
minimal empat puskesmas rawat inap mampu PONED dan satu
Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK.
Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, puskesmas dan
rumah sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus
komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.
Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan bekerja sama dengan organisasi profesi
yang terkait (POGI, IDAI dan IBI) serta Badan PPSDMKes Kemenkes

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya


Kesehatan, jumlah rumah sakit dengan PONEK di Indonesia
sampai dengan Desember 2014 sebanyak 476 rumah sakit
dari 771 rumah sakit umum milik Pemerintah, sedangkan
jumlah Puskesmas PONED sampai dengan Desember tahun
2014 adalah 2.855 puskesmas.
Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP),
yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta
peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir. Kegiatan ini dilakukan melalui pembahasan kasus
kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat
sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan

6. Pelayanan Kontrasepsi
yang dimaksud dengan program
keluarga berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang
berkualitas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87


Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan
Sistem Informasi Keluarga, program Keluarga Berencana
(KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu
muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu
sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan
terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu,
program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, Pemerintah
wajib menjamin ketersediaan sarana
informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman,
bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga
berencana.

7. Penanganan Komplikasi
Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah
neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan atau kematian,
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR, sindroma
gangguan pernafasan, dan kelainan

pada tahun 2008 ditetapkan perubahan


kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan
neonatal, dari dua kali (satu kali pada
minggu pertama dan satu kali pada 8-28
hari) menjadi tiga kali (dua kali pada
minggu pertama dan satu kali pada 8
28 hari). Dengan demikian, jadwal
kunjungan neonatal yang dilaksanakan
saat ini yaitu pada umur 6-48 jam,
umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari.
Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program Kesehatan Ibu Anak
(KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan
neonatal yang komprehensif

8. Pemberian ASI Ekslusif


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral).

Mengacu pada target program pada


tahun 2014 sebesar 80%, maka
secara nasional cakupan pemberian
ASI eksklusif sebesar 52,3% belum
mencapai target. Menurut provinsi,
hanya terdapat satu provinsi yang
berhasil mencapai target yaitu
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua
Barat, dan Sumatera Utara

9. Desa Siaga dan Posyandu


Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya juga memerlukan peran masyarakat.
Melalui konsep Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
masyarakat berperan serta aktif dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk
UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
dan RW/desa/kelurahan siaga aktif

Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan


dalam pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
adalah posyandu
Posyandu memiliki 5 program prioritas yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
imunisasi, gizi, serta pencegahan dan
penanggulangan diare. Terdapat 289.635 Posyandu
pada tahun 2014 di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, posyandu pratama sebanyak 13,06%,
madya sebanyak 27,74%, purnama sebanyak
31,6%, dan mandiri sebanyak 8,71%.

10. Pelayanan Kesehatan Anak


Dengan Disabilitas (ADD)
Sesuai amanat dari Undangundang
Nomor 23 Tahun 2001 tentang
Perlindungan Anak, anak dengan
disabilitas merupakan bagian dari
anak Indonesia yang perlu mendapat
perhatian dan perlindungan oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga

Program yang dilakukan bagi ADD selain


melalui program UKS di SLB, juga melalui
pembinaan kesehatan ADD di tingkat keluarga.
Sebagai salah satu negara yang melakukan
ratifikasi terhadap konvensi hak-hak
penyandang disabilitas (Convention on the
Rights of Persons with Disabilities/CRPD)
melalui Undang-undang Nomor 19 tahun 2011,
Indonesia menghormati, melindungi,
memenuhi, dan memajukan hak-hak
penyandang disabilitas

Kebijakan Pemerintah Mengenai


Kespro
Strategi Umum dalam menjalankan Kesehatan
Reproduksi :
Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reprosuksi (KKR) pada tingkat
Menteri Koordinator serta membentuk KKR di provinsi dan kabupaten/kota.
Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kesehatan reproduksi
Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan komitmen politis di semua tingkat.
Mengupayakan kecukupan anggaran/dana pelaksanaan kesehatan reproduksi
Masing-masing penanggungjawab komponen mengembangkan upaya kesehatan
reproduksi sesuai ruang lingkupnya dengan menjalin kemitraan dengan sektor
terkait, organisasi profesi dan LSM
Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang
telah ditetapkan
Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik
daerah dan kebutuhan setempat, dengan memanfaatkan proses desentralisasi.
Memobilisasi sumber daya nasional dan internasioanl baik pemerintah dan non
pemerintah
Menyediakan pembiayaan pelayanan KR melalui skema Jaminan Sosial Nasional
Melakukan penelitian untuk pengembangan upaya KR
Menerapkan Pengarus-utama Gender dalam bidang KR
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya KR

Kebijakan Pencegahan dan


Penanggulangan IMS termasuk
HIV/AIDS
1)Penanggulan dilaksanakan dengan memutuskan mata rantai
penularan yang terjadi melalui hubungan seks yang tida k terlindungi,
penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna Napza suntik,
penularan dari ibu yang hamil dengan HIV (+) ke anak/bayi
2)Kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan organisasi profesi,
masyarakat bisnis, LSM, organisasi berbasis masyarakat, pemuka agama,
keluarga dan para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
3)Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar
tentang HIV/AIDS
4)Setiap ODHA dilindungi kerahasiaannya
5)Kesetaraan gender dalam pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS
6)Adanya hak memperoleh pelayananan pengobatan perawatan dan
dukungan tanpa diskriminasi bagi ODHA
7)Pemerintah berkewajiban memberi kemudahan untuk pelayanan
pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap ODHA dan
mengintegrasikan ke dalam sistem kesehatan yang telah tersedia.
8)Prosedur untuk diagnosis HIV harus dilakukan dengan sukarela dan
didahului dengan memberikan informasi yang benar, pre dan post test
konseling.
9)Setiap darah yang ditransfusikan, serta produk darah dan jaringan
transplan harus bebas dari HIV

Kebijakan Kesehatan Reproduksi


Remaja
Strategi Pelaksanaan Ksehatan Reproduksi Remaja :
1)Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan
proses tumbuh kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan
preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah
2)Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas
program dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang
disesuaikan dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana
yang telah dirumuskan di dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi
3)Pembinaan kesehatan reproduksiremaja dilakukan melalui pola intervensi di
sekolah mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan
memakai pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor
4)Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan
peduli remaja dengan melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh.
5)Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi
KRR ke dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan
ekstrakurikuler seperti : bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat (PKHS) dan Usaha Kesehatan Sekolah.
6)Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar
sekolah dapat diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di
masyarakat seperti karang taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak
jalanan di rumah singgah, kelompok remaja mesjid/gereja, kelompok Bina
Keluarga Remaja

Rancangan UNDANG-UNDANG TENTANG


KEBIDANAN (18 mei 2016)
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB

I Ketentuan umum (terminologi)


II Pendidikan kebidanan
III Registrasi dan izin praktek
IV Bidan WNI lulusan luar negeri
V Bidan warga negara asing
VI Praktik kebidanan
Bagian 1 : umum
bagian 2 : Tugas dan wewenang
BAB VII Hak dan Kewajiban
bagian 1 : hak dan kewajiban bidan
bagian 2 : hak dan kewajiban klien
BAB VIII Organisasi Profesi
BAB IX Konsil Kebidanan
BAB X Pembinaan dan Pengawasan
BAB XI Ketentuan Peralihan
BAB XII Ketentuan penutup

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai