Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE III


DAN CONGESTIVE HEART FAILURE
DENGAN
RIWAYAT DIABETES MELLITUS
TIPE II
Oleh :
ESTI NUR EKASARI (I11110025)
YOHANES (I111110024)
Pembimbing : dr.Ruchanihadi, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT
DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN

PENDAHULUA
N

Prevalensi :
United States 100 kasus / 4 juta
penduduk per tahun dan meningkat
8% per tahun
Penyakit
Indonesia

jumlah
penderita
Ginjal Kronik
meningkat
10%/tahun
dengan
prevalensi 100-150/1 juta penduduk
(PGK)
Penurunan
fungsi
ginjal yang persisten
(lebih dari 3 bulan)
dan progresif
Irreversib
el
Komplik
asi

64% resiko kematian


meningkat
akibat
penanganan yang lambat

86,9% tingkat kematian


Morbiditas dan
meningkat
pada
PGK
mortalitas yang
stadium 4 dan 5
cukup tinggi
Penegakan diagnosis dini dan pemberian terapi
lebih awal
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
US Renal Data System. 2010.

Identitas
Nama

: Ny. T

Jenis Kelamin : Perempuan


Umur

: 55 tahun

Alamat

: Dusun Setia Bangun Kelurahan Sinar Tebudak


Kabupaten Bengkayang

Pekerjaan

: Petani

Status perkawinan

: Kawin

Tanggal Masuk RS

: 24 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB

Tanggal pemeriksaan : 26 Agustus 2016 pukul 12.00 WIB

Keluhan
Utama

Sesak Nafas

1 bulan SMRS

3 bulan SMRS

3 minggu
SMRS

2 minggu
SMRS

HSMRS

1 minggu
SMRS

Kedua tangan dan kaki mulai bengkak

Nyeri pinggang kanan menjalar ke perut kanan depan hilang


timbul yang semakin memberat saat menarik nafas panjang
atau setelah makan makanan berlemak
Mual (+), Muntah (+), badan meriang. sering BAK > 8x/hari
dan BAK di malam hari >2x/hari, BAK sering terputus-putus,
harus mengejan agar BAK lancar, nyeri saat memulai BAK,
sering merasa tidak lampias setelah BAK yang dirasakan sejak
3 bulan SMRS
Keluhan nyeri ulu hati yang sudah dirasakan sejak 5 tahun
SMRS

Keluhan bengkak pada kedua tangan dan kaki semakin


memberat disertai bengkak pada wajah dan perut semakin
membesar seperti terisi cairan
menganggu aktivitas
sehingga pasien berhenti bertani
Keluhan nyeri
aktivitas.

perut

semakn

memberat

terutama

saat

Dibawa berobat ke RS Vincentius dan dirawat selama 5 hari


dan didiagnosa gagal ginjal dan disarankan cuci darah
namun pasien menolak

Keluhan bengkak pada kedua tangan dan kaki semakin


memberat disertai bengkak pada wajah dan perut semakin
membesar seperti terisi cairan menganggu aktivitas dan
sulit berjalan ke WC
Keluhan nyeri
aktivitas

perut

semakn

memberat

terutama

saat

Keluhan disertai sesak nafas hilang timbul terutama saat


beraktivitas berat seperti saat bertani yang kemudian juga
timbul saat pasien berjalan ke WC. Keluhan sesak berkurang
saat duduk atau berbaring setengah duduk. Pasien mengaku
tidur dengan 2-3 bantal untuk mengurangi sesak di malam
hari. Pasien menyangkal keluhan keringat dingin saat sesak
nafas. Pasien juga tidak mengeluh nyeri dada,
ataupun
dada berdebar-debar. Pasien mengeluh kadang-kadang
sering terbangun di malam hari karena sesak dan batuk
berdahak lendir keputihan yang tidak mengalami perubahan
warna maupun produksi dahak

Keluhan bengkak pada kedua tangan dan kaki semakin


memberat disertai bengkak pada wajah dan perut semakin
membesar seperti terisi cairan sulit bangun dari tempat
tidur
Keluhan nyeri
aktivitas

perut

semakn

memberat

terutama

saat

Keluhan sesak semakin memberat bahkan saat pasien


sedang berbaring. BAK sejak 1 minggu SMRS dirasakan lebih
sedikit dari biasanya dan sejak 2 hari SMRS air kencing
menjadi lebih sedikit sekitar < 100 ml. Pasien mengaku
belum BAB sejak 4 hari yang lalu namun pasien mengaku
masih ada kentut (buang angin). Pasien juga mengaku BB
sebelum bengkak pada wajah, tangan, kaki dan perut
membesar yaitu 48 kg

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal


Riwayat kencing manis sejak 7 tahun SMRS gula darah

tertinggi saat diperiksa 600 mg/dl.

Pasien

biasanya mengkonsumsi obat kencing manis 1


macam yang diminum 3x sehari, namun lupa nama obatnya.

Pasien mengaku jarang mengkonsumsi obat kencing manis

secara teratur dan jarang kontrol ke dokter atas kencing


manis yang dialami pasien.

Pasien juga kadang-kadang mengeluh sering kesemutan

pada tangan dan telapak kaki yang mulai dirasakan sejak 3


tahun SMRS. Pasien juga mengeluh penglihatan pada mata
sebelah kiri terasa kabur dan menjadi tidak dapat melihat
sama sekali sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan gatal-gatal
pada kulit disangkal.

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat tekanan darah tinggi sejak 4 bulan SMRS yaitu

tekanan darah teringgi saat diperiksa 200/120 mmHg dengan


riwayat kontrol tidak teratur. Pasien biasanya mengkonsumsi
obat penurun tekanan darah tinggi 3x sehari 1 macam
kadang ditambah 2 macam obat yang diminum 1 x sehari
dan 3 sehari, namun pasien juga lupa nama obatnya, riwayat
minum obat juga tidak teratur. Pasien juga memiliki riwayat
kolesterol tinggi dan asam urat tinggi sejak 1 tahun SMRS.

Riwayat nyeri dada sebelumnya disangkal


Riwayat BAB berwarna merah kehitaman disangkal
Riwayat muntah berisi darah kehitaman disangkal
Riwayat asma disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal


Riwayat nyeri dada sebelumnya disangkal
Riwayat BAB berwarna merah kehitaman disangkal
Riwayat muntah berisi darah kehitaman disangkal
Riwayat asma disangkal

Riwayat keluhan serupa di keluarga disangkal


Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, kolesterol

tinggi, asam urat tinggi disangkal

Pasien memiliki kebiasaaan makan makanan tinggi garam, makan

makanan berkolesterol atau berlemak


Pasien juga memiliki kebiasaan minum jamu-jamuan seperti
temulawak dan kunyit selama > 10 tahun
Pasien memiliki kebiasaan jarang berolahraga dan tidak banyak
meminum air putih
Pasien juga memiliki kebiasaan cara mencebok setelah BAK maupun
BAB yang salah
Pasien juga memiliki kebiasaan sering menahan BAK terutama saat
berkerja sebagai petani
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, merokok, minum kopi, maupun
mengkonsumsi obat-obatan antinyeri jangka panjang maupun
minum obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka waktu lama.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan asin, asam maupun
pedas.
Pasien bekerja sebagai petani selama > 20 tahun namun sudah
berhenti bekerja sejak 3 bulan SMRS karena merasa mudah lelah
dan sesak saat bertani.

Status Generalis
Tanda vital
Kesadaran
GCS
Keadaan umum
Habitus
Tekanan darah
Frekuensi Nadi

:
:
:
:
:
:

Compos mentis
E4M6V5
Tampak sakit berat
Piknikus
190/110 mmHg
96 kali per menit, reguler, isi cukup,

equal, kuat angkat


Frekuensi Napas
: 32 kali per menit, reguler
Suhu
: 36,2oC
Antropometri
Berat badan

: 70 kg

Tinggi badan

: 155 cm

IMT
Status gizi

: 29,2 kg/m2
: Obesitas

Pemeriksaan per organ


Kulit : warna kulit sawo matang, sianosis (-), pallor (+), spider nevi

(-), lembab (-), kering (+), ruam (-), bekas luka (-), tattoo (-), memar
(-), purpura (-), ptekiae (-), keras (+), skuama (-)
Kepala
: bentuk normocephal, simetris, nyeri tekan (-)
Mata
: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
perdarahan subkonjugntiva (-/-), visus OD/OS (6/6/ 0 (nol))
Telinga
: sekret (-), nyeri tekan tragus (-)
Hidung
: sekret (-), deviasi septum (-), pernafasan cuping hidung
(-)
Mulut
: bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-),
tonsil T1/T1
Leher
: pembesaran limfonodi (-), kaku kuduk (-), deviasi trakea
(-), pembesaran tiroid (-), tekanan JVP 5+7 cmH 20 dipengaruhi oleh
respirasi, menurun saat inspirasi dan meningkat saat ekspirasi

Torak

: pelebaran sela iga (-), spider nevi (-), nyeri tekan (-)

Paru
Inspeksi

:
Statis : Bentuk normal, simetris, pelebaran sela iga (-)
Dinamis
: pergerakan dada simetris, penggunaan otot bantu napas (-)
Palpasi
: Fremitus taktil pada kedua lapang paru simetris
Perkusi
: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas dasar vesikular (+/+), Rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: ictus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba di SIC VI, 2 jari ke arah lateral dari linea
midklavikularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung: SIC IV linea parasternal dekstra
Batas atas jantung
: SIC III linea parasternal sinistra
Batas kiri jantung
: SIC VI linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi
: S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)

Pembahasan
Ny.T, 55 th

KU : Sesak
Nafas

Sesak nafas khas


kardial disertai
batuk pada malam
hari
PemFis : Peningkatan
JVP, Hepatojugular
reflux (+)
RoThorax :
Kardiomegali

Kriteria
Framingham
(memenuhi)
CHF Fungsional
NYHA kelas IV

Pembahasan
Ny.T, 55 th
Tubuh
bengkak,
penurunan
produksi urin,
mudah lelah,
mual,
muntah ,
nyeri perut,
tampak pucat

Gg.Sistem GI

Gangguan sistem
hematologis anemia
(Hb 8,1 , 5,5) 00 def.
eritropoietin
Gg. Sistem
Kardiovaskular
CHF, Hipertensi
Urgensi
Peningkatan ureum dan
kreatinin, Proteinuria
(urinalisis)
USG Kelainan ginjal
kronik bilateral

CKD STAGE III

GFR 41,32
ml/menit

Diagnosis PGK
1. Gambaran klinis
a. Fatigue danlemah(akibatanemiadanakumulasidariproduksisa
metabolisme)
b. Loss of appetite, nausea, dan vomiting
c. Edema
d. Gatal, mear, dan kulit pucat
e. Sakit kepala, peripheralneurophaty, gangguan tidur, dan
gangguan statusmental (encephalopaty karena uremia)
f. Hipertensi
g. Edema pulmonal sehingga timbul sesak nafas
h. Nyeri sendi, tulang, dan fraktur
i. Disfungsi seksual (URSD, 2010)
2. Gambaran Laboratoris
a. Sesuai penyakit yang mendasari
b. Penurunan fungsi ginjal Peningkatan kadar ureum kreatinin
serum, penurunan LFG.
c. Kelainan biokimiawi darah ( penurunan Hb, peningkatan
kadar asam urat, hiper/hipokalemia,
hiponatremia,
hiper/hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis

Indikasi dialisis adalah :


1.Uremia > 200 mg%
2.Asidosis dengan pH darah < 7,2 3.Hiperkalemia
> 7 meq/ liter
4.Kelebihan / retensi cairan dengan taanda gagal
jantung / edema paru 5.Klinis uremia, kesadaran
menurun ( koma )
KOMPLIKASI :
1.Kardiovaskuler
2.Gangguan keseimbangan asam basa,
cairan, dan elektrolit
3.Osteodistrofi renal
4.Anemia
Suyono, Slamet, Prof. dr. H. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2001
Wilson, Lorraine McCarty, RN, PhD. Dkk. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

Cardiovascular : hipertensi, CAD, CHF, pericarditis


Gangguan metabolisme mineral : osteomalacia,
hiperparatiroidisme,
Hematologis : anemia, trombositopenia, gangguan coagulopaty
Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,
hiperphospatemia, hipokalsemia, hiperkalemia
Gangguan asam basa : asidosis metabolik
Neurologis : uremic encephalopaty, hiperrefleksia, asterixis,
nistagmus
Gangguan endokrin : hilangnya libido, impotensi, dan
penurunan jumlah motilitas sperma. Pada wanita sering terjadi
kehilangan libido, berkulangnya ovulasi, dan infertilitas
Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia, dan rasa terbakar,
esofagitis, angiodisplasia, pankreatitis, Gangguan pengecap
dapat berkaitan dengan bau napas yang menyerupai urin

Suyono, Slamet, Prof. dr. H. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2001
Wilson, Lorraine McCarty, RN, PhD. Dkk. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Tatalaksana
Penyakit Ginjal
Kronik

Penatalaksanaan

pada

PGK

konservatif.

Penatalaksanaan ini lebih bermanfaat bila penurunan


fungsi ginjal masih ringan. Pengobatan konservatif ini
terdiri dari 4 strategi.

Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M., Burns, K., Manns,
B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P.,
Pannu, N., Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D.,
Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian Society of Nephrology. 2008. Guidelines for

Tatalaksana Penyakit
Ginjal Kronik
1.

Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal

a. Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan darah yang


kurang dari 130/80 mmHg.
b. Pembatasan asupan protein untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus dengan demikian diharapkan progresifitas akan
diperlambat.
c. Retriksi fosfor untuk mencegah hiperparatirodisme sekunder.
d. Mengurangi proteinuria. Terdapat korelasi antara proteinuria dan
penurunan fungsi ginjal terutama pada glomerulonefritis kronik dan
diabetes. Dalam hal ini ACE inhibitor biasanya digunakan. Jika
terdapat intolensi terhadap ACE inhibitor maka dapat digunakan
angiotensin receptor blocker.
e.

Mengendalikan hiperlipidemia. Hiperlipidemia yang tidak


terkendali dapat mempercepat progresifitas gagal ginjal. Pengobatan
meliputi diet dan olahraga. Pada peningkatan yang berlebihan
diberikan obat-obat penurun lemak darah..

Tatalaksana Penyakit Ginjal


Kronik
2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
Pencegahan kekurangan cairan
Pengobatan sepsis
Pengontrolan hipertensi yang tidak terkendali

Obat yang dapat diberikan adalah furosemid, beta blocker, vasodilator,


kalsium antagonis dan alfa blocker. Golongan tiazid kurang bermanfaat.
Spironolakton tidak dapat digunakan karena meningkatkan kalium.
Obat-obat nefrotoksik

Obat-obat aminoglikosida, OAINS, kontras radiologi, dan obat-obat


yang dapat menyebabkan nefritis interstitialis harus dihindari.
Kehamilan

Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, hipertensi meningkatkan


terjadinya eklamsia dan menyebabkan retardasi pertumbuhan
intrauterine.
Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M., Burns, K., Manns,
B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P.,
Pannu, N., Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D.,
Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian Society of Nephrology. 2008. Guidelines for

Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik


3. Pengelolaan Uremia dan Komplikasi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit atasi dengan

restriksi asupan cairan dan natrium dan pemberian terapi


diuretik. Asupan cairan < 1 liter/hari. Asupan Na < 2-4 gram/hari
Asidosis

metabolik diit rendah protein 0,6 gr/hari. Bila


bikarbonat turun sampai < 15-17 mEq/L diberikan substitusi
alkali
Hiperkalemia kalsium glukonas 10% 10 ml dalam 10 menit IV,

bikarbonas natrikus 50-150 IV dalam 15-30 menit, insulin dan


glukosa 6U, insulin dan glukosa 50g dalam waktu 1 jam,
kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal. Bila
hiperkalemia tidak dapat diatasi, maka sudah merupakan indikasi
untuk dialisis
Anemia akibat defisiensi eritropoietin. Terapi terbaik apabila Hb

<8 g% adalah pemberian eritropoietin, tetapi pengobatan ini masih


terbatas karena mahal. Target pemberian eritropoietin adalah Hb > 11 g
%. Jika tidak diberikan eritropoietin maka bisa diberikan terapi iron
Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M., Burns, K., Manns,
B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P.,
Pannu, N., Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D.,
Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian Society of Nephrology. 2008. Guidelines for

Tatalaksana Penyakit
Ginjal Kronik
3. Pengelolaan Uremia dan Komplikasi
Pada

keadaan PGK dengan GFR < 30 mL/mnt


pemberian fosfor seperti kalsium bikarbonat atau kalsium
asetat yang diberikan pada saat makan. Pemberian
vitamin D untuk meningkatkan absorbsi kalsium di
usus. Diet rendah fosfat dilakukan untuk menjaga
hiperfosfatemia. Jika diet rendah fosfat gagal, dapat
diberikan calcium-containing phosphate binders. Jika
terdapat hiperkalemia maka dosis calcium-containing
phosphate binders atau vitamin D harus dikurangi.
Hiperurisemia diberikan alopurinol sebaiknya diberikan

100-300 mg, apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau


apabila terdapat riwayat gout.
Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M., Burns, K., Manns,
B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P.,
Pannu, N., Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D.,
Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian Society of Nephrology. 2008. Guidelines for

Tatalaksana Penyakit
Ginjal Kronik
4. Inisiasi Dialisis
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah

memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini


biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan
bila:
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremik dan penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia (mual,muntah, anoreksia, dan neuropati) yang

Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M., Burns, K., Manns,
memburuk
B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P.,
Pannu, N., Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D.,
Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian Society of Nephrology. 2008. Guidelines for

Pembahasan
Ny.T, 55 th

LUTS +
Urinalisis

Nyeri perut
kanan atas
terutama
setelah makan
dan saat
menarik nafas
panjang

Infeksi Saluran
Kemih

Uretolitiasis

Kolesistitis
Kolesistitis kalkulus

Penegakan Diagnosis
Kolesistitis
Tokyo Guidelines (2007), kriteria diagnosis untuk

kolesistitis adalah:

Gejala dan tanda lokal


Tanda Murphy
Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
Massa di kuadran kanan atas abdomen

Gejala dan tanda sistemik


Demam
Leukositosis
Peningkatan kadar CRP

Pemeriksaan pencitraan
Temuan yang sesuai pada pemeriksaan USG atau

Suspected Diagnosis 1 tanda lokal + 1 tandal sistemik


skintigrafi
Diagnosis definitif Kolesistitis jika 1 tanda lokal,
disertai 1 tanda sistemik dan hasil USG atau skintigrafi yang
mendukung

Pembahasan
Ny.T, 55 th

Riwayat DM
dengan GDS
tertinggi 600
mg/dl

Diagnosis DM menurut PERKENI atau


yang dianjurkan ADA (American
Diabetes Association) jika hasil
pemeriksaan gula darah: 1) Kadar
gula darah sewaktu lebih atau sama
dengan 200 mg/dl; 2) Kadar gula
darah puasa lebih atau sama dengan
126 mg/dl; 3) Kadar gula darah lebih
atau sama dengan 200 mg/dl pada 2
jam setelah beban glukosa 75 gram
pada tes toleransi glukosa.

Retinopati
Diabetik

Menyebabkan kebutaan
pada
dewasa1,2

Nefropati
Diabetik
Menyebabkan
endstage renal
disease3,4

Peningkatan
mortalitas CV dan
stroke sebanyak 2-4
kali lipat.

Penyakit
Kardiovaskular

Neuropati
Diabetik
Menyebabkan
amputasi nontraumatik pd
ekstremitas bawah

Stroke

8 dari 10 pasien DM
meninggal karena
kejadian kardiovaskulat
6

7,8

1. UKPDS Group. Diabetes Res 1990;13:111; 2. Fong DS, et al. Diabetes Care 2003;26(Suppl 1):99102; 3. Hypertension in Diabetes
Study. J Hypertens 1993;11:309317; 4. Molitch ME, et al. Diabetes Care 2003;26(Suppl 1):9498; 5. Kannel WB, et al. Am Heart J
1990;120:672676; 6. Gray RP, et al. In Textbook of Diabetes 2nd Edition, 1997; 7. Kings Fund. London: British Diabetic Association,
1996; 8. Mayfield JA, et al. Diabetes Care 2003;26(Suppl 1):7879

KOMPLIKASI MAKROVASKULAR

KOMPLIKASI MIKROVASKULAR

Komplikasi seringkali timbul karena kerusakan pembuluh darah


kecil dan penyempitan arteri besar (atherosclerosis) akibat
hiperglikemia kronik

Anda mungkin juga menyukai