Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

REFERAT

PENGGUNAAN MGSO4
UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA
ANASTESI

Pembimbing :
dr. Hijrineli. Sp.An
Oleh :
I Gede Sumertana Jaya
H1A 011 030

PENDAHULUAN

Menggigil (shivering) adalah gerakan otot yang tidak disadari, yang


dapat meningkatkan metabolik panas hingga 400% - 600%.

Mengigil merupakan komplikasi yang sangat tidak nyaman dan sering


terjadi saat pasca operasi, dengan angka kejadian 45% setelah
pemberian anestesi walaupun pasien selalu terjaga kehangatannnya
selama operasi

Magnesium sulfat secara fisiologis merupakan antagonis dari reseptor


NMDA dapat digunakan mencegah menggigil

Shivering

DEFINISI

kondisi usaha tubuh dimana terjadi gerakan otot yang tidak disadari, yang
dapat meningkatkan metabolik panas hingga 400% - 600% yang bertujuan
untuk mengembalikan ketidak seimbangan panas .

ETIOLOGI

Sampai saat ini, mekanisme menggigil masih belum diketahui secara


pasti.
Menggigil pasca anestesi diduga disebabkan karena Hipotermi dan
penurunan suhu inti selama anestesi yang disebabkan oleh karena
kehilangan panas yang bermakna.

Patofisiologi
Termoregulasi adalah suatu kemampuan organisme menjaga
temperatur tubuh dalam batasan-batasan tertentu dengan limit
yang kecil ( set point), tidak lebih dari 0,4 yaitu sekitar 36,7-37,1
C
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara panas yang
diproduksi dengan panas yang dikeluarkan.
Reseptor sensitif suhu terdapat
pada kulit dan membran mukosa

menuju spinal cord

hipotalamus anterior, yang


merupakan pusat kontrol
termoregulator.

Manifestasi Klinis
0 : Tidak ada
menggigil.
Suhu tubuh manusia dibagi menjadi
suhu inti (core temperature) dan suhu
perifer/kulit.

Penurunan suhu inti


Terjadinya hipotermi -> vasokonstriksi
dan peningkatan aktivitas otot rangka
yang ritmik

1 : Tremor intermiten
dan ringan pada
rahang dan otot-otot
leher.
2 : Tremor yang nyata
pada otot-otot dada.
3 : Tremor intermiten
seluruh tubuh.
4 : Aktifitas otot-otot
seluruh tubuh sangat
kuat dan terus menerus.

Tatalaksana
Meperidin paling sering digunakan
Penggunaan MgSO4

Komplikasi
Aktivitas otot yang meningkat meningkatkan konsumsi oksigen dan
produksi karbondioksida.
Kebutuhan oksigen otot jantung juga akan meningkat.
Meningkatkan cardiac output, takikardi, hipertensi serta meningkatkan
tekanan bola mata.
Pemulihan dari efek anestesi dan penyembuhan luka operasi yang lama
serta gangguan fungsi trombosit, dimana terlihat waktu pembekuan yang
memanjang.

Magnesium

Peran Magnesium
Magnesium (Mg) merupakan kation keempat yang terpenting di dalam
tubuh, dan merupakan kation kedua terpenting dalam sel setelah
kalium.
Mempunyai peranan sebagai ko-faktor pada lebih dari 300 reaksi
enzimatik, antara lain metabolisme energi dan pembentukan asam
nukleat
Merupakan antagonis alami kalsium dan antagonis non kompetitif
reseptor N-methyl-D aspartat (NMDA).
Hal ini terlibat dalam beberapa proses seperti kontrol tonus vasomotor,
eksitabilitas jantung, pelepasan neurotransmiter dan modulasi nyeri.

Komposisi Magnesium dan kebutuhan tubuh

Kurang dari 1% terdapat dalam


serum dan sel darah merah.

Terdistribusi 53% dalam tulang,


27% dalam sel-sel otot, dan 19%
pada jaringan lunak.

90% magnesium dalam sel terikat


dengan bahan-bahan organik

Kebutuhan rata-rata
perhari magnesium
adalah 200 mg untuk
wanita dan 250 mg
untuk pria

Absorbsi terjadi di
ileum dan kolon

Ekskresi dikontrol
oleh ginjal

Lebih kurang 75% magnesium plasma


difiltrasi di glomerulus
Hanya 5% yang difiltrasi diekskresi oleh
ginjal
Reabsorbsinya terjadi di tubulus
kontortus proksimal (15-25%) dan 50-60%
direabsorbsi di ascending limb dari ansa
henle
Reabsorbsi di ginjal dihambat oleh
diuretic, tiazid, cisplatin, gentamisin, dan
siklosporin
Parathormon dan vitamin D merangsang
reabsorpsi magnesium ginjal dan usus
Insulin dapat menurunkan ekskresi
magnesium di ginjal dan meningkatkan
selular uptake

Aksi pada membrane dan pompa membrane

Mg menurunkan aktifasi Ca ATPase dan Na-K ATPase yang terlibat


dalam pertukaran ion selama fase depolarisasi-repolarisasi.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Mempengaruhi kontraktilitas otot jantung. Dengan meningkatnya


dosis yang diberikan, Mg akan menunjukkan efek inotropik negatif.

Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah.

Kadar magnesium 10-15 meq/liter menyebabkan perpanjangan


waktu hantaran PR dan QRS interval pada EKG.

Pada kadar lebih dari 15 meq/liter akan menyebabkan bradikardi


bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu pada kadar 30 meq/liter.

Efek klinik lain


Efek bronkodilator dari Mg dimana kerjanya menghambat kontraksi otot
polos, mencegah pelepasan histamine dari sel mast, dan melepas asetilkolin
dari terminal saraf kolinergik.

Efek samping

Efek samping MgSO4 terutama berhubungan dengan tingginya kadar


magnesium meliputi hilangnya reflek patella, flushing, berkeringat,
hipotensi, depresi susunan saraf pusat, jantung bahkan depresi nafas.

Intoksikasi magnesium dihindari dengan memastikan output urine apakah


adekuat, reflek patella/bisep dan tidak ada depresi nafas.

Gejala klinis awal dilihat dari ada tidaknya reflek tendon patella/biseps

MGSO4 20 % Sediaan dalam


bentuk flacon 25ml

1ml mengandung 200mg

PENGGUNAAN MGSO4
UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANASTESI

Pusat pengaturan suhu tubuh manusia terletak di hipotalamus, dimana pusat


tersebut mendeteksi suhu tubuh diatas atau dibawah 37oC. Pada cornu
posterior ini terdapat reseptor N-methyl-Daspartate (NMDA) dan , yang
merupakan reseptor untuk bekerjanya obat yang digunakan mencegah
menggigil pasca anestesi.

Obat yang paling sering digunakan untuk mencegah pasien menggigil pasca
operasi adalah Meperidin.

Salah satu obat yang dapat digunakan selain Meperidin adalah Magnesium
sulfat (MgSO4).

Sedaan dalam bentuk injeksi 10%, 20%, 25%, 40% dan 50% dalam
container dengan berbagai macam ukuran. Di Indonesia bentuk injeksi
yang banyak tersedia dalah larutan 20% dan 40%.

blokade pada reseptor


NMDA
MgSO4

kontraksi otot menurun


dan sensasi suhu
meningkat

antagonis kanal kalsium

efek relaksasi otot


ringan dan vasodilatasi
perifer

mengurangi
beratnya
menggigil

MgSO4

blokade pada reseptor


NMDA

menurunkan sensitisasi
nosireseptor perifer dan
respons stres pada
pembedahan

efek analgesia yang


baik
menurunkan kebutuhan
opioid dalam periode
perioperatif

Penelitian yang dilakukan oleh Hengki dkk menunjukkan bahwa


pemberian MgSO4 20% 30 mg/kgBB dalam 15 menit bolus
dilanjutkan 15 mg/kgBB/jam pada pasien yang menjalani
pembedahan mayor dengan anestesia umum memberikan
kualitas analgesia lebih baik serta menurunkan pemakaian
morfin pascabedah dalam 24 jam pertama.

Pemberian MgSO4 dengan dosis 2-8 mmol (5-20 mg/kgBB) dalam 2-5
menit secara intravena sudah dapat mencegah menggigil, takikardi, dan
kebutuhan analgesik pascaoperasi.

Keuntungan yang didapat dengan pemberian MgSO4 dengan dosis


tersebut selain pengaruh terhadap hemodinamik yang tidak bermakna,
obat ini tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sehingga dapat
dikatakan penggunaannya lebih aman, terutama pada pasien dengan
kondisi kardiorespirasi yang tidak baik.

Disamping itu angka kejadian mual muntah relatif lebih kecil


dibandingkan meperidin. Obat MgSO4 juga mudah tersedia di seluruh
Indonesia dengan harga yang relatif murah serta tersedia obat
antagonisnya

Pada penelitian yang dilakukan oleh Gunadi dkk, berdasarkan klinis


didapatkan kejadian menggigil pada pemberian MgSO4 yang lebih
rendah dibandingkan dengan pemberian petidin (meperidin). Efek
pencegahan kejadian menggigil pada pemberian MgSO4 lebih besar
dibanding dengan pemberian petidin.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizqi dkk , pemberian MgSO4 30


mg/kgBB dan meperidin 0,5 mg/kgBB yang diberikan pada akhir operasi
secara intravena setelah diencerkan menjadi 10 cc didapatkan bahwa
pada kelompok meperidin terjadi penurunan kadar magnesium setelah
operasi. Sedangkan pada kelompok magnesium terjadi peningkatan
kadar magnesium setelah operasi.

Kadar magnesium darah pada pasien dengan MgSO4 intravena pada


penelitian Rizqi dkk tidak menunjukkan adanya hipermagnesemia yang
dapat dideteksi dengan hilangnya reflek patela.

Kadar magnesium darah yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala


klinis dari hipermagnesemia berat yaitu kadar magnesium darah 3,0
-5,0 mmol/L dapat mengakibatkan perubahan ECG, 4,0 5,0 mmol/L
juga dapat menimbulkan arefleksia, 6,0-7,0 mmol/L mengakibatkan
henti napas, dan kadar magnesium darah 10-12,5 mmol /L menimbulkan
henti jantung.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anupama Wadhwa dkk


dalam Rizqi dkk, dimana dengan pemberian MgSO4 80 mg/kgBB
mengakibatkan kadar magnesium darah meningkat menjadi 2,220,35
mmol/L belum menunjukkan adanya tanda

Kadar magnesium dalam darah sangat dipengaruhi oleh fungsi ekskresi


dari ginjal, dimana menurut Cruikshank et al dalam Rizqi dkk
menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal
pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75% setelah 20
jam dan 90% setelah 24 jam pemberian.

Bila ditemukan gejala klinis adanya toksisitas, periksa kadar


magnesium. Berikan kalsium glukonas 1 gram iv selama 3 menit.
Oksigenasi bila terdapat gangguan pernafasan ringan sampai sedang.
Kalsium glukonas sebaiknya diberikan secara perlahan untuk
menghindari hipotensi dan atau bradikardi.

Kalsium menghambat kompetitif MgSO4 pada neuromuscular


junction.Pemberian kalsium hanya sementara sehingga untuk depresi
nafas berat diperlukan intubasi trakhea dan ventilasi buatan, oleh
karena itu diperlukan peralatan intubasi untuk mengantisipasi toksisitas
magnesium.

KESIMPULAN

Menggigil (shivering) adalah gerakan otot yang tidak disadari, yang


dapat meningkatkan metabolik panas hingga 400% - 600% yang dapat
meningkatkan cardiac output, takikardi, hipertensi, menurunnya saturasi
oksigen, meningkatkan tekanan bola mata dan tekanan intrakranial,
meningkatkan konsumsi oksigen dan menyebabkan pelepasan
katekolamin sehingga mengakibatkan morbiditas terhadap jantung
diantaranya meningkatkan resiko angina dan meluasnya iskemik otot
jantung, luka operasi menjadi lebih mudah infeksi, meningkatnya
perdarahan.

Pemberian MgSO4 dengan dosis 2-8 mmol (5-20 mg/kgBB) dalam 2-5
menit secara intravena sudah dapat mencegah menggigil, takikardi, dan
kebutuhan analgesik pascaoperasi MgSO4 bekerja secara sentral melalui
blockade reseptor NMDA dan juga perifer, yaitu blockade kanal kalsium
dan memiliki efek pelemas otot ringan sehingga secara simultan akan
mengurangi terjadi menggigil. Efek pencegahan kejadian menggigil
pada pemberian MgSO4 lebih besar dibanding dengan pemberian
petidin.

Peningkatan kadar magnesium dalam darah jarang dijumpai, hal ini


dikarenakan absorbsi yang sedikit dari saluran pencernaan dan ekskresi
yang cepat oleh ginjal terhadap ion ini. Bila ditemukan gejala klinis
adanya toksisitas, periksa kadar magnesium dan Berikan kalsium
glukonas.

TERIMAKASIH

Daftar Pustaka

Ratnawati A, Arifin J, Witjaksono. Efektivitas Magnesium Sulfat Sebagai Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi. Jurnal Anestesiologi
Indonesia. 2011. Vol 2. No 3. Accesed April 19 2016. Pp. 138-151.

Ratnawati A. Efektivitas Magnesium Sulfat Sebagai Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi. 2010. Universitas Diponegoro. Semarang. [Tesis].

Menara, IMS. Pemberian Magnesium Sulfat 20 Mg/Kgbb Intravena Sama Efektif Dengan Meperidin 0,5 Mg/Kgbb Intravena Dalam Mencegah
Menggigil Pascaanestesi Umum. 2014. Universitas Udayana. Denpasar. [Tesis].

Hervey, G.R. 1988. Thermoregulation. In: Emslie-Smith, D., Paterson, C., Scratcherd, T., Read, N., editors. Textbook of physiology. 11th.Ed.
Edinburgh: Churchill-Livingstone. p. 510-33.

Bramantyo, LV. Perbandingan Perubahan Gejala Hemodinamik Antara Prekurarisasi Atrakurium 0,05 Mg/Kg Bb Dengan Mgso4 40% 40 Mg
Karena Penggunaan Suksinilkolin Sebagai Fasilitas Intubasi. 2009. Universitas Diponegoro. Semarang. [Skripsi].

Rizqi, MA. Pengaruh Penggunaan Magnesium Sulfat Untuk Mencegah Menggigil Pasca Anestesi Terhadap Kadar Magnesium Darah. 2011.
Universitas Diponegoro. Semarang. [Skripsi].

Goodman and Gilmans. The pharmacological bases of therapeutics. 7 th edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6.

Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8.

Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NP. William obstetrics. Edisi 18. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1995:805-9.

Irawan H, Subagiartha IM, Widnyana IMG. Pemberian Magnesium Sulfat Intravena Meningkatkan Efek Analgesia Pascaoperasi pada Bedah
Mayor Menggunakan Anestesi Umum. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2014. Vol 2. No 8. Accesed April 19 2016. Pp. 222-228.

Gunadi M, Fuadi I, Bisri T. Perbandingan Efek Pencegahan Magnesium Sulfat dengan Petidin Intravena terhadap Kejadian Menggigil Selama
Operasi Reseksi Prostat Transuretra dengan Anestesi Spinal. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2015. Vol 3. No 3. Accesed April 19 2016. Pp. 165172.

Anda mungkin juga menyukai