Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI PEMERINTAH

MAKSI- FEB UI

PELANGGARA
N
PELAKSANAAN
Jakarta,
27 September 2016

Disusun Rochmat Basuki


oleh:
Raymond F.

Siahaan
1
Ratna Mahardika

KASUS
Perusahaan A telah
melakukan pelanggaran
pelaksanaan kontrak, yaitu
telat dalam menyerahkan
pekerjaan konstruksi selama
lebih dari 50 hari.
Apa yang sebaiknya
dilakukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK)?
2

ILUSTRASI KASUS
Sebuah proyek pembangunan gedung
bertingkat tinggi dikerjakan oleh kontraktor
dengan nilai kontrak Rp.200 milyar. Karena
bermacam hal, maka pelaksanaannya
mengalami keterlambatan selama 60 hari
kerja.
Apakah kontraktor tersebut terkena sanksi
cut of ?
Berapa total denda yang harus dibayar?

DASAR HUKUM
PEMUTUSAN
KONTRAK
Perpres No. 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Perpres
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pasal 93
Ayat (1)
PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
a. Kebutuhan Barang/Jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya
Kontrak;
a.1. Berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
a.2. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;

DASAR HUKUM
PEMUTUSAN
KONTRAK
Ayat (2)
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa:
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau
Jaminan Uang Muka dicairkan;
c. Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Ayat (3)
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK
karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan
Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket
pekerjaan yang sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan
memenuhi syarat.

DASAR HUKUM
Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri PU No. 07 Tahun 2011,
pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK dengan alasan
keterlambatan penyedia dalam melaksanakan pekerjaan tentunya harus
melalui prosedur-prosedur tertentu seperti diberikan peringatan secara
tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis.
Kontrak dinyatakan kritis apabila:
Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%-70% dari kontrak),
realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10% dari rencana;
Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak),
realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana;
Rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi fisik
pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan
melampaui tahun anggaran berjalan.

PENDAPAT KELOMPOK
Apakah kontraktor tersebut terkena sanksi
cut off ?
Berdasarkan Perpres No. 4 Tahun 2015 tersebut,
maka batas maksimal keterlambatan penyerahan
pekerjaan adalah 50 hari sejak jatuh tempo.
Apabila pekerjaan tersebut tidak bisa diselesaikan
dalam jangka waktu 50 hari keterlambatan, maka
PPK WAJIB memutuskan kontrak secara sepihak.

PENDAPAT KELOMPOK
total denda yang harus dibayar?
Berapa

Berdasarkan Pasal 120 Perpres No. 70 Tahun 2012


tentang Perubahan Keempat atas Perpres No. 54 Tahun
2010, maka denda yang harus dibayar adalah sebagai
berikut:
= x nilai kontrak x maksimal hari keterlambatan
= x 200 M x 50
= 10 M
Dalam Perpres No. 70 Tahun 2012, jangka waktu
keterlambatan maksimal 50 hari setelah jatuh tempo.

Bagaimana dengan
Penyerahan yang
Melebihi 50 Hari
Setelah Jatuh
Tempo?

THERE IS NO RULES WITHOUT


EXCEPTION

PMK No. 243/PMK.05/2015

EXCEPTION RULES
PMK No. 243/PMK.05/2015 tentang Perubahan PMK
No.194/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Anggaran dalam
Rangka Penyelesaian Pekerjaan yang tidak Terselesaikan
sampai dengan Akhir Tahun Anggaran

Pasal 4
Penyelesaian sisa pekerjaan yang dapat dilanjutkan ke Tahun Anggaran
Berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
berdasarkan penelitian PPK, penyedia barang/jasa akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan setelah diberikan kesempatan
sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan;
penyedia barang/jasa sanggup untuk menyelesaikan sisa pekerjaan paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan yang dinyatakan dengan surat pernyataan
kesanggupan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai;

LINGKUP PMK No. 243


Lingkup PMK No. 243/PMK.05/2015 adalah Penyelesaian Pekerjaan yang
Tidak Terselesaikan sampai dengan Akhir Tahun Anggaran. Jadi untuk
pekerjaan dimana keterlambatan penyerahan pekerjaan menyebabkan
waktu pengerjaan melebihi 1 tahun anggaran maka dapat diberikan
kesempatan menyelesaikan dan menyerahkan sampai dengan 90 hari
kalender.
HARUS MEMENUHI 3 KRITERIA
berdasarkan penelitian PPK, penyedia barang/jasa akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan setelah diberikan kesempatan
sampai dengan 90 hari.
penyedia barang/jasa sanggup untuk menyelesaikan sisa pekerjaan paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
pelaksanaan pekerjaan yang dinyatakan dengan surat pernyataan
kesanggupan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai.
berdasarkan penelitian KPA, pembayaran atas penyelesaian sisa pekerjaan
dimaksud dapat dilakukan pada tahun anggaran berikutnya dengan
menggunakan dana yang diperkirakan dapat dialokasikan dalam DIPA
Tahun Anggaran Berikutnya melalui revisi anggaran

Pertimbangan
Memutus Kontrak
Pilihan memutus kontrak menjebak PPK pada perangkap gugatan perdata
sebab kesimpulan penelitian PPK tentang kemampuan penyedia
menyelesaikan pekerjaan, berpotensi besar untuk digugat penyedia.
Karena bagi penyedia pemutusan kontrak berakibat sanksi daftar hitam dan
pencairan jaminan pelaksanaan.
Tidak tercapainya output juga berdampak luas pada outcome bahkan
benefit kegiatan dan program pembangunan. Apalagi kalau sisa pekerjaan
akhir tahun sebenarnya hanya minor dan persentasenya kecil. Pilihan
mundur dengan memutus kontrak tampaknya menjadi pilihan yang
menafikan kinerja.
Kontrak yang diputus ditengah jalan meskipun progres sisa sangat kecil,
belum tentu dapat diselesaikan tahun berikutnya, karena anggaran belum
tentu teralokasikan lagi ditahun berikutnya karena penganggaran adalah
proses politik.

http://samsulramli.com/kontroversi-hati-ppk-putus-kontrak-atau-terussaja/

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai