Anda di halaman 1dari 87

VAKSIN DNA (VAKSIN

INFLUENZA) & VAKSIN


POLIO

Oleh:
Siti Hindun
260120150020

MAGISTER FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

Definisi Vaksin
(Farmakope Indonesia Edisi IV)
Vaksin adalah sediaan yang mengandung
zat antigenik yang mampu menimbulkan
kekebalan aktif dan khas pada manusia.
Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia
atau virus dan dapat berupa suspensi
organisme hidup atau inaktif atau
fraksifraksinya atau toksoid.

Jenis-jenis vaksin:
(menurut FI IV)
1.Vaksin Bakteri dibuat dari biakan galur bakteri yang
sesuai dalam media cair atau padat yang sesuai dan
mengandung bakteri hidup atau inaktif atau
komponen imunogeniknya.
2. Toksoid Bakteri diperoleh dari toksin yang telah
dikurangi atau dihilangkan sifat toksisitasnya hingga
mencapai tingkat tidak terdeteksi, tanpa mengurangi
sifat imunogenisitas.
3.Vaksin Virus dan Riketsia adalah suspensi virus atau
riketsia yang ditumbuhkan dalam telur berembrio,
dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai.
Mengandung virus atau riketsia hidup atau inaktif

Jenis-jenis vaksin virus:


(menurut Kistner, 2003 (2))
1.Vaksin virus hidup yang dilemahkan
(Live Attenuated virus Vaccines).
2.Vaksin virus inaktif/mati
(Inactivated/killed virus Vaccines).
3.Vaksin subunit (subunit Vaccines).

Vaksin virus hidup yang dilemahkan


Proses Pelemahan Virus (Atenuasi Virus) : Virus virulen
dapat dibuat menjadi kurang virulen (attenuated) dengan
cara menumbuhkan virus tersebut pada sel inang yang
berbeda dari sel inang normal atau dengan cara
mengembang-biakkan virus tersebut pada suhu non
fisiologis. Mutan yang mampu berkembang biak lebih baik
dibanding virus tipe liar (wild type) pada kondisi selektif
tersebut akan meningkat selama replikasi virus. Jika mutan
tersebut diisolasi, dimurnikan, dan diuji patogenisitas pada
model yang tepat, beberapa tipe mutan dapat memiliki sifat
patogen yang lebih rendah dibandingkan induknya. V

Mutant tersebut merupakan kandidat yang baik sebagai vaksin karena mereka
tidak lagi berkembang dengan baik pada inang alaminya tetapi memiliki
kemampuan bereplikasi yang cukup tinggi sehingga dapat menstimulasi
respons imun, tetapi tidak menimbulkan penyakit.

Contoh Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) : Vaksin BCG, Vaksin


Sabin (polio), Vaksin campak, Vaksin rubella

Vaksin virus inaktif/mati


Pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat patogen diproduksi
dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan menggunakan bahan
kimia atau prosedur fisik yang dirancang untuk menghilangkan sifat
infektif dari virus tanpa kehilangan sifat antigenisitasnya (yaitu
kemampuan untuk memicu respons imun yang diinginkan). Teknik yang
umum digunakan adalah dengan cara perlakuan dengan formalin atau
beta propriolactine atau ekstraksi dari partikel envelope virus dengan
detergen nonionik seperti Triton X-100. Jenis vaksin ini relatif tidak
memerlukan proses pembuatan yang rumit dan berbiaya murah.
Contoh Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk Vaccine),
Rabies , vaksin untuk hewan (veterinary).

Vaksin Subunit
Mengambil hanya suatu bagian protein virus untuk dibuat menjadi
suatu vaksin, contoh : vaksin hepatitis B dan vaksin influenza. atau
Vaksin diformulasikan hanya dengan beberapa komponen yang
dimurnikan dari virus (tanpa memasukkan seluruh bagian virus)
disebut dengan vaksin subunit. Komponen virus yang diambil
adalah protein virus yang dikenali oleh antibodi. Pada banyak kasus,
protein yang digunakan adalah protein struktural virus, khususnya
protein yang ditemukan pada permukaan virion, yang merupakan
target utama dari respons imun.

Contoh Vaksin Subunit : Herpes Simplex Virus Bagian Antigenik dari Herpes
Simplex Virus adalah HSV viral envelope glycoprotein D Skema Proses
Produksi
Vaksin subunit HSV

Teknik terbaru pembuatan vaksin yang sedang dikembangkan :


VAKSIN DNA

Dengan vaksin DNA, pasien tidak disuntik dengan antigen tetapi dengan DNA yang
mengkode suatu antigen.

DNA digabungkan dalam suatu plasmid yang mengandung :

1. Sekuens DNA yang mengkode 1 atau lebih antigen protein,


seringkali berupa epitope yang sederhana atau antigen lengkap.
2. Sekuens DNA bergabung dalam suatu promoter yang akan
memungkinkan DNA ini ditranskripsi secara efisien pada sel
manusia.
3. Seringkali sekuens DNA mengkodekan : Costimulatory molecules,
juga mengandung sekuens yang mentarget protein yang
diekspresikan pada lokasi intraselular spesifik (seperti retikulum
endoplasma).
4. DNA vaksin dapat diinjeksikan ke otot seperti vaksin
konvensional, atau dapat juga diberikan menggunakan pistol gen

Keuntungan Vaksin DNA


DNA sangat stabil sehingga tidak memerlukan
pendingin selama pengiriman atau penyimpanan Mudah dikloning sehingga memungkinkan vaksin untuk
dimodifikasi dengan cepat jika diperlukan.
Vaksin multivalen dapat disiapkan dengan mudah
dengan cara mencampur berbagai plasmid yang
berbeda
Memicu respons imun yang tahan lama tanpa risiko
infeksi yang tidak dikehendaki.
Vaksin DNA yang saat ini sedang dalam tahap uji
klinik : Vaksin HIV

Produksi Vaksin Influenza Inaktif

Secara umum, vaksin Influenza ditumbuhkan pada media telur ayam yang berembrio
(embryonated chicken eggs), tetapi sekitar periode tahun 1990-an telah ada
beberapa perusahaan yang mencoba mengembangkan proses pembuatan vaksin
influenza dengan menggunakan media kultur jaringan mamalia (tissue culture),
tetapi belum diproduksi untuk skala komersial di Eropa. P

Proses produksi vaksin Influenza menggunakan telur ayam berembrio


Tahap 1 : Telur ditaruh dalam inkubator hingga usia yang tepat (embrio berumur 911 hari). Kemudian telur dilihat dibawah lampu untuk memisahkan telur yang
mengandung embrio dan telur yang embrionya tidak tumbuh.
Tahap 2 : Setelah cangkang telur disterilkan, maka telur diinokulasi dengan cara
menyuntikkan virus influenza spesifik ke dalam bagian allantoic dari telur.
Tahap 3 : Telur diinkubasi untuk waktu yang optimal (biasanya 48-96 jam) pada
suhu optimal (33-36C) dan kemudian dilihat lagi dibawah lampu untuk
memisahkan telur yang mati (nonviable eggs).
Tahap 4 : Telur didinginkan (chilled) terlebih dahulu dalam lemari pendingin untuk
meningkatkan hasil pada saat pemanenan dari cairan allantoic yang terinfeksi.
Cairan allantioc atau cairan kultur jaringan kemudian diproses lebih lanjut untuk
menghilangkan protein telur atau protein sel dan sisa-sisa sel, kemudian
diinaktivasi secara kimia, dan disimpai sebagai bulk vaccines hingga proses
formulasi berlangsung

Tahap 5 : Cairan allantoic yang dipanen harus


dijernihkan dengan cara filtrasi dan/ atau
sentrifuga sebelum proses pemurnian lebih
lanjut.
Tahap 6 : Penetapan potensi dilakukan pada
setiap kelompok vaksin monovalen
menggunakan antigen standar yang diketahui
jumlah HA (Hemagglutinin)-nya dan suatu
antiserum HA spesifik.

Skema proses produksi vaksin dan jangka waktu


yang dibutuhkan untuk produksi

Kekurangan sistem produksi menggunakan telur berembrio


Perlu ribuan telur per minggu, sekitar 1-2 telur untuk 1 dosis
vaksin (cth.influenza), sehingga untuk jutaan dosis vaksin, perlu
lebih dari 1 juta telur berembrio yang harus diolah
Pada prosesnya, telur harus disinari satu per satu untuk melihat
pertumbuhan embrio. Cangkang telur harus disterilkan, dan
setiap telur harus diinokulasi dengan menyuntikkan sejumlah
virus ke dalam bagian allantoic telur
Telur kemudian diinkubasi selama 48-96 jam dan kemudian harus
disinari kembali satu persatu untuk memisahkan telur yang
embrionya tumbuh dan yang mati.
Selain itu, produksi vaksin dengan metoda telur berembrio
memiliki risiko alergi pada pasien terhadap protein yang berasal
dari telur (egg proteins).

Teknik pembuatan dengan media lain telah dikembangkan, antara lain


dengan menggunakan teknik lini sel menggunakan VERO (African Green
Monkey) Cells.

PENGENDALIAN
INFLUENZA
UNTUK MENCEGAH
Dr.Pad Dilangga, Sp.P
PNEUMONIA

TENTANG VIRUS INFLUENZA


Acute Viral Infection
Etiologi virus

Saluran Pernafasan
Virus RNA

Family Ortomixoviridae
masa Inkubasi virus : 1-3 Hari (0-3 hari)

Penularan melalui
Droplet
(Air Born Infection)

VIRUS INFLUENZA
HA (Haemagglutinin)
Alat perekat ke membran sel yang
diinfeksi
Cleaveability
Receptor specificity
Antigen utama
Dipecah oleh protease
Enzym neuraminidase (NA)
Memecah residu asam sialic dari
receptor sel inang untuk virus,
Membebaskan partikel virus dan
memungkinkan virus menyebar ke
seluruh tubuh.
HA dan NA mempunyai kemampuan
keluar dari host humoral response
PB1 dan NP memberi kemampuan keluar
dari host celullar response.
Point mutation protein PB2 (suatu
polymerase) memiliki kaitan dengan
virulensi
Protein NS1 merupakan antagonis
interferon
Antigenic instability : antigenic drift dan
shift, reassortment dan recombination ?

Sumber : Robert G. Webster, Science's Compass:


Enhanced Perspectives A Molecular Whodunit
(Science 7 September 2001: Vol. 293. no. 5536, pp.
1773 1775)

REPLIKASI VIRUS DALAM SEL

Sel sehat

Sel terinfeksi
virus
Influenza

BAHAYA INFLUENZA
Tingkat Kematian
Rendah
Tinggi
Public
International

Influenza Biasa
H5N1 (Flu burung)
WHO April 2009 : dinyatakan sebagai
Health Emergency of

Concern (PHEIC)

H1N1 (Flu babi)


WHO secara resmi menyatakan wabah ini
sebagai
pandemi pada 11 Juni 2009,
penyebarannya
virus global.

FAKTA TENTANG INFLUENZA

60% kematian penderita influenza akibat


adanya komplikasi dengan:

PNEUMONIA
90% Kematian penderita Influenza
komplikasi Pneumonia adalah lanjut usia
(Usia >65 tahun) dan anak usia < 1 tahun

TENTANG PNEUMONIA
SALAH SATU Penyebab : infeksi oleh Virus

INFLUENZ
A

Asinus terisi eksudat dan


infiltrasi Sel radang kedalam
alveoli

BATASAN :
Infeksi saluran napas bagian
bawah yang ditandai dengan
adanya keradangan pada
parenkim paru dimana
asinus terisi dengan cairan
eksudat, disertai infiltrasi
sel radang ke dinding alveoli

MEKANISME PERTAHANAN PARU


Mekanisme ini sangat penting dalam menjelaskan
terjadinya infeksi saluran napas. Mekanisme ini
mencegah bakteri agar tidak masuk ke dalam paru,
tdd :
1.Mekanisme
penghantar
2.Mekanisme
airway.
3.Mekanisme
4.Mekanisme
exchange

pembersihan di saluran napas


pembersihan di Respiratory exchange
pembersihan di saluran udara subglotik.
pembersihan di respiratory gas

PATOGENESIS
Inhala
si

Aspiras
i

Hematogen
ous

Langsu
ng
Komorbid :

Predisposisi :

influenza
e
Mek. pertahanan
alkoholisme
gizi jelek /
paru
kurang debiliti
PNEUMONIA

diabetes mellitus
gagal ginjal
menahun
ggan imuniti
PPOK
pneumokoniosis

KLASIFIKASI PNEUMONIA
Berdasarkan Sumber
Infeksi
Pneumonia yg didapat di
masyarakat

Berdasarkan
Kuman
penyebab

Pneum. bakterial Pneumonia lobaris

(Community-acquired pn.)

Pneum. atipikal

Pneumonia yg didapat di

Pneum. ok virus

RS (Hospital-acquired pn. )
Pneumonia sspirasi
Pne. Immunocompr. host

Berdasarkan
Predileksi / tempat
infeksi

(lobar pneumonia)
Bronchopneumonia

Pneum. ok jamur
Pneum interstitialis
/ patogen lainnya
(interstitial pneumonia)

Pengendalian
INFLUENZA bisa
Mencegah
PNEUMONIA
kah????????

PENGENDALIAN INFLUENZA
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Hindari kontak dengan penderita
Menjaga Kondisi tubuh di musim flu
Memakai alat pelindung diri (APD)

VAKSINASI VIRUS INFLUENZA

VAKSINASI VIRUS
INFLUENZA

VAKSIN INFLUENZA
Sampai saat ini imunisasi masih merupakan cara
yang cukup efektif untuk mencegah serta
mengurangi komplikasi akibat penyakit
influenza.

Salah
satuny
a

PNEUMONIA

STRUKTUR VIRUS
INFLUENZA

PENGEMBANGAN VAKSIN
INFLUENZA

IMUNITAS TERHADAP VAKSINASI


INFLUENZA
Viru
s
Manusia
Antibody
HA

Antibody
NA

Menahan virus
dengan
menetralisasi
infektivitas

Membatasi
penyebaran virus
dengan
menghambat
lepasnya virion yang
baru dirakit dari sel
yang terinfeksi

VAKSIN VIRUS YANG BIASA


DIPAKAI
1. Vaksin virus mati utuh

sangat berhasil dipakai untuk mencegah penyakit


influenza.
Setiap dosisnya mengandung Virus Influenza A H1N1,
H3N2, dan virus influenza B.
efikasi protektivitas 60-90%
aman dan ditoleransi dengan baik.

2. Vaksin Sub unit/ Split Vaccine

sangat berhasil dipakai untuk mencegah penyakit influenza.


Efikasi untuk mencegah influensi adalah 77%
dapat ditoleransi dengan sangat baik dan aman.

SASARAN VAKSINASI
INFLUENZA
Orang tua > 65 tahun
Petugas rumah sakit yang merawat penderita penyakit kronis
Orang dewasa yang dan anak-anak yang menderita penyakit paru ata
sistem kardiovaskuler kronis, termasuk anak yang menderita asma
Orang yang mempunyai gangguan funsi ginjal, diebetes mellitus,
hemoglobinopati, dan penyakit penekanan sistem imun
Orang yang mendapat pengobatan aspirin janka panjang
Wanita hamil trimester II dan III pada saat musim influenza

FAKTA STUDI TENTANG MANFAAT VAKSINISASI


INFLUENZA UNTUK MENCEGAH PNEUMONIA
Vaksinasi influenzamenurunkan angka perawatan
pneumonia di rumah sakit (Nicholson KG, Wood JM,
Zambon M. Influenza. Lancet. 2003;362:1733-45 )
Imunisasi pada penderita penyakit paru kronis
dapat mengurangi angka perawatan rumah sakit
sebagai akibat pneumonia sebanyak 52% (Nichol
KL, Baken L, Nelson A. Relation between influenza
vaccination and outpatient visit, hospitalization, and
mortality in elderly person with chronic lung disease. Ann.
Intern Med. 1999;130:397-403)

Kelompok yang mendapatkan vaksinasi dua kali


(fully vaccinated) dapat mencegah terjadinya
influenza dan pneumonia hingga 69-87%,
sedangkan kelompok yang dilakukan penyuntikan
vaksinasi hanya satu kali tidak menunjukkan efek
yang bermakna atau sama dengan anak yang
tidak mendapatkan vaksinasi influenza. (Dr. Mandy
A. Allison, dari University Utah, Salt Lake City, Journal of
Pediatrics.)

VAKSIN
POLIO

APA ITU POLIO?


Polio merupakan penyakit yang disebabkan virus polio yang
tergolong dalam Picornavirus. Suatu mikro organisme berukuran
kecil, namun dapat melumpuhkan tubuh.
Penyakit polio --sering disebut poliomyelitis-- merupakan
penyakit virus paling tua umurnya. Penderita penyakit ini sudah
terekam pada relief peninggalan zaman Mesir Kuno yang dipahat
ribuan tahun sebelum Masehi. Pada relief itu, tertulis seorang raja
yang kakinya kecil sebelah, sehingga para arkeolog dan kalangan
medis menduga sang raja terkena polio.

BAGAIMANA
PENULARANNYA?
Penyebaran utamanya melalui kontak dengan
manusia. Pejamu (host) virus ini memang hanya
manusia. Di luar tubuh manusia, virus ini hanya mampu
bertahan hidup sebentar.
Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui
makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah.
Kemudian virus berkembang biak di tenggorokan dan
usus dan kemudian menyebar ke kelenjar getah bening,
masuk ke dalam darah, serta menyebar ke seluruh
tubuh. Sasaran virus polio terutama adalah sistem saraf
yaitu ke otak, sumsum tulang belakang dan simpulsimpul saraf.

LANJUTAN..
Dalam sistem saraf virus polio menyerang dan
merusak simpul-simpul saraf sehingga tidak
berfungsi. Biasanya yang diserang saraf penggerak
otot tungkai/kaki dan kadang-kadang tangan. Inilah
yang kemudian menyebabkan kelumpuhan dengan
mengecilnya tungkai, sehingga jalan menjadi tidak
sempurna.
Namun, virus ini dapat pula menyerang saraf otot
lengan dan tangan. Ia bahkan bisa menyerang
bagian otak sehingga susah menelan waktu makan,
mengalami kesulitan bernapas, dan akhirnya
menimbulkan kematian.

GEJALA TERSERANG POLIO?


Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya bersifat
infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa
pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus tidak
menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan
penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah,
mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sembelit dan sakit
tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam beberapa
hari.
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran
utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah
poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis
paralitik
(0,1
sampai
1
persen).

LANJUTAN..

Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang berarti


poliovirus telah mencapai selaput otak (meningitis
aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit
punggung dan leher; selain dari gejala penyakit minor
yang telah disebutkan di atas.

Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya


terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut gejala
ringan sebelumnya, meskipun dapat pula terjadi tanpa
melalui fase pertama tersebut. Pada tahap ini, akan
terjadi kerusakan tulang punggung atau bulbar dan
lumpuh lemas (flacid paralisis), yang terjadi akibat
kerusakan neuron motor bawah. Inilah puncak
serangan yang sangat ditakuti manusia.

SIAPA YANG RENTAN TERKENA POLIO?


Penyakit ini lebih sering berjangkit di daerah dingin, sehingga penderita penyakit
ini akan berkurang di daerah tropik.
Poliovirus lebih sering menyerang bayi dan anak balita, daripada orang dewasa,
karena kekebalannya masih lemah. Virus ini juga lebih banyak menyerang pria
dewasa daripada wanita.

DIMANA TEMPAT
BERSARANGNYA VIRUS
POLIO?
Inang atau tempat hidup poliovirus hanyalah
tubuh manusia dan di tempat ini ia mampu hidup
bertahun-tahun lamanya. Pada tubuh hewan ia tidak
dapat hidup. Sedangkan di alam bebas, makhluk ini
disebut sebagai virus liar (wild virus), yang hanya
mampu bertahan selama dua hari karena tidak
tahan terhadap panas, cahaya dan pengeringan.

APA YANG MENYEBABKAN NEGARA YANG SUDAH TERBEBAS


POLIO SEPERTI INDONESIA TERKENA KEMBALI TRANSMISI
POLIO LIAR?

Seluruh wilayah Indonesia sebenarnya sudah dinyatakan bebas polio sejak


1995, seharusnya memang tidak perlu lagi khawatir penyakit ini.
Sayangnya, penyakit yang melumpuhkan ini mempunyai kemampuan untuk
berpindah tempat yang tidak mengenal batas negara. Masalahnya justru masih
ada negara lain yang menjadi endemik polio tersebut, sehingga masih terbuka
lebar kemungkinan polio menyerang masuk ke wilayah Indonesia kembali.
Hal serupa pernah terjadi di sebuah wilayah pedesaan di kawasan Cina,
seorang anak menderita lumpuh karena virus polio yang berasal dari India.
Kasus lain adalah di Cape Verde, Afrika Barat, di tahun 2000, importasi virus
Polio dari Angola telah menyebabkan 44 orang lumpuh dan 17 orang
meninggal. Di Bulgaria, tahun 2001, setelah sejak tahun 1991 dinyatakan telah
bebas polio, ternyata dilaporkan ada dua anak yang dinyatakan menderita
polio. Hasil laboratorium di sana menunjukkan bahwa asal virus tersebut justru
dari India.

MUNGKINKAH MUNCUL VIRUS POLIO


DERIVAT VAKSIN (VDPV) SEPERTI
FILIPINA?
Sangat mungkin. Selain ancaman importasi virus dari negara lain,
kemungkinan mutasi dari virus yang telah dijadikan vaksin, bisa saja terjadi.
Hal tersebut sudah banyak terjadi di kantung-kantung populasi dengan
kekebalan rendah, seperti di Haiti dan Republik Dominika pada tahun 2000, di
mana pada saat itu terdapat sebanyak 19 anak lumpuh karena terjadi penularan
di antara penduduk yang memiliki tingkat kekebalan yang rendah.
Kasus yang sama juga terjadi pada tahun 2001 di Filipina. Ketika itu, virus
polio liar dinyatakan sudah tidak ditemukan lagi di negara tersebut sejak tahun
1993, namun timbul kasus polio yang ditimbulkan oleh virus polio yang
berasal
dari
vaksin
polio
yang
berisi virus polio yang dilemahkan. Akibatnya, Filipina terpaksa menggelar
kampanye vaksinasi polio darurat. Fenomena yang sama menunjukkan telah
terjadi juga di Madagaskar.

APA UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN


UNTUK MEMBERANTAS POLIO?

Ada empat strategi yang dianggap manjur untuk memberantas


polio.
Pertama, memberi imunisasi polio pada semua anak sebanyak
empat kali sebelum usia satu tahun sebagai bagian imunisasi rutin
untuk
mencegah
tujuh
penyakit
utama
anak
(tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis, tetanus, campak,
hepatitis B).
Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional semua anak di bawah usia
lima tahun diberi dua dosis vaksin polio dengan tenggang waktu
satu bulan.
Ketiga, sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga tak
ada
kasus
polio
yang
tak
teridentifikasi.
Keempat, mengirim tim untuk melakukan imunisasi dari rumah ke
rumah di wilayah virus polio dicurigai masih beredar.

PENGERTIAN VAKSIN POLIO

Vaksin polio adalah suatu vaksin yang memberikan


kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan
pusat yang disebabkan oleh satu dari 3 virus
berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3
menyebabkan kelumpuhan pada pada salah
maupun kedua lengan atau tungkai.

saraf
yang
yang
satu

JENIS-JENIS VAKSIN POLIO

Vaksin polio

IPV
(Inactivated
Polio Vaccine)

OPV
(Oral Polio
Vaccine)

JENIS JENIS VAKSIN POLIO


IPV (Inactivated Polio Vaccine)
Mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikan
IPV ini sendiri lebih aktif jika diberikan sebanyak 3 kali dosis karena
antibodi akan meningkat sebesar 96,6%
OPV (Oral Polio Vaccine)
Mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam
bentuk pil atau cairan.
Vaksin ini lebih banyak digunakan di Indonesia selain karena harganya
yang jauh lebih murah dari IPV, vaksin ini juga gampang digunakan.

CARA KERJA IMUNISASI POLIO


Vaksin IPV
Vaksin yang telah disuntikkan ke dalam tubuh akan merangsang
pembentukan antibodi untuk melawan virus. Lain waktu saat virus
kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan
menyerang dan akan menghentikan infeksi.

CARA KERJA IMUNISASI POLIO


Vaksin OPV
Ketika masuk melalui oral maka vaksin ini akan menempatkan diri di
usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun
dalam epitel usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus
polio liar yang masuk kedalam tubuh.

YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM


PEMBERIAN VAKSIN ADALAH.
jumlah pemberian
usia pemberian
cara pemberian
efek samping
tingkat kekebalan
kontra indikasi

KESIMPULAN
Kesimpulan
Vaksin polio adalah suatu vaksin yang memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomielitis.
Vaksin polio ada dua, yaitu IPV (vaksin yang dimatikan) dan OPV (vaksin
yang dilemahkan)

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995

2. Kistner, Otfried, Baxter Vaccine AG, A Novel Cell-Derived Influenza Vaccine,


National Influenza Summit, Chicago, May 20-21, 2003
3. Abbas AK, Lichtman AH, Prober JS. Cellular and Molecular Immunology. 2nd edition.
W. B. Saunders Company: Philadelphia, 1994.
4. Ada G. Strategies for Exploring the Immune System in the Design of Vaccines.
Molecular Immunology 1991; 28(3):225-230.
5. Ertl HCJ, Xiang Z. Novel Vaccine Approaches. Journal of Immunology 1996;
156(10):3579-3582.
6. Hilleman MR. DNA Vectors: Precedents and Safety. Annals New York Academy of
Science 1995; 772:1-14.
7. Kuby J. Immunology. 2nd edition. W. H. Freeman and Company: New York, 1994.
8. Liu MA. Overview of DNA Vaccines. Annals New York Academy of Science 1995;
772:15-20.
9. Siegrist CA, Lamberst PH. DNA Vaccines: What Can We Expect?.
10.Infectious Agents and Disease 1996; 5:55-59.
11.Subbarao EK, Murphy BR. A General Overview of Viral Vaccine
12.Development. Genetically Engineered Vacines. Plenum Press: New York, 1992.

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai