Oleh:
Lidya Wirya Putri 10-132
Agnesi Nurzakyyah 10-140
Alex Yakup Hrp 06-017
Pembimbing:
dr. Indra Z Hasibuan, M.Ked (OG), Sp. OG
Definisi
Oligohidramnion
adalah
suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc.
AFI (Amniotic Fluid Index)
yang kurang dari 5 cm.
Epidemiologi
Dapat terjadi kapan saja
selama
masa
kehamilan,
umumnya sering terjadi di
masa kehamilan trimester
terakhir.
Etiologi
Tidak dapat dipahami sepenuhnya
Fetal:
Kromosom
Kongenital
Hambatan pertumbuhan janin dalam
rahim
Kehamilan postterm
Premature ROM (Rupture of Amniotic
Membrane)
Maternal:
Patofisiologi
Normal: ginjal membentuk cairan
Manifestasi Klinis
Uterus tampak lebih kecil dari usia
Penatalaksanaan
Amniotic Infusion:
normal saline/RL
Komplikasi
Trias komplikasi persalinan
Prognosis
Semakin awal oligohidramnion terjadi
pada
kehamilan,
semakin
buruk
prognosisnya.
Jika terjadi pada trimester II, 80-90%
akan terjadi mortalitas. Kebanyakan
dari kematian ini merupakan hasil dari
cacat bawaan dan hipoplasia paru
yang merupakan efek sekunder dari
ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 22 minggu.
Riwayat Haid
HPHT: 28 / 12 / 2014
TTP : 5 / 10 / 2015
Lama siklus : 28 hari (teratur)
Lama haid : 6-7 hari
Volume : 2-3x ganti doek/hari
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sensorium: CM
TD : 130/90 mmHg
Nadi: 90x/i, reguler
RR : 24 x/i, reguler
Suhu : 36,8 C
Anemis
Ikterus
::-
Status Obstetrikus
1. Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-), pupil
STATUS GINEKOLOGIS
Abdomen : Membesar asimetris
TFU
: 3 jari di bawah processus xyphoideus
(30cm)
Teregang
: Kanan
Terbawah : Kepala
Gerak: (+)
His
: (-)
DJJ
: 148 x/i
EBW
: 2.635-2.945gram
Pemeriksaan Ginekologi
Inspekulo : Tampak cairan menggenang di fornix
posterior, dibersihkan, kesan mengalir.
Nitrazin test (+), Valsava test (+)
USG TAS
Janin tunggal, letak kepala, anak
hidup
Fetal Movement (+), Fetal HR (+)
Biparietal Diameter
: 43,1 mm
Femur Length
: 73,3 mm
Abdominal Circumferencial : 32,2
mm
Plasenta corpus anterior
AFI : 1,98 cm
Kesan:
LABORATORIUM
HGB/ HCT/ WBC/ PLT: 10,2/ 30,9/ 9.170/
278.000
D-Dimer
: 1.100 mg/ml
SGOT/ SGPT/ Alkalin Phosphate: 13/ 7/
279,2 U/L
Ureum/ Creatinin/ Uric Acid: 12/ 0,41/
3,7 mg/dl
KGD Adrandom
: 82 mg/dl
Natrium/ Kalium/ Klorida: 142/ 4,7/ 113
mmol/L
DIAGNOSIS
Oligohidromnion berat + Prev. SC 1x
+ MG + KDR (36-38 minggu) + PK +
AH + Belum inpartu
TERAPI
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ampicillin 2gr
RENCANA
Sectio Caesaria cito
LAPORAN OPERASI
Ibu dibaringkan di atas meja operasi
dengan infuse dan kateter terpasang
baik.
Dibawah spinal anastesi, dilakukan
tindakan septic dan antiseptic dengan
menggunakan alkohol dan pevidone
iodine kemudian ditutup dengan doek
steril, kecuali lapangan operasi.
Dilakukan insisi Pfanennstiel pada kutis,
subkutis,
fascia,
kemudian
otot,
dipisahkan secara tumpul.
Peritoneum diklem dikedua tempat lalu
TERAPI POST SC
IVFD RL + Oksitosin 10-10-5-5 IU 20
gtt/menit
Inj. Ampicillin 1 gr/8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. As. Mefenamat 500mg/8 jam (24
jam I)
RENCANA
Awasi vital sign, kontraksi uterus,
tanda-tanda perdarahan
Follow Up Kala IV
Jam (WIB)
19.4
20.00
20.15
20.45
21.15
5
TD (mm/Hg)
130/8 130/8
140/9
130/8
130/80
HR (x/i)
RR (x/i)
0
86
22
Kuat
0
84
20
Kuat
0
88
20
Lema
0
88
18
Lemah
84
20
Lema
h
0
h
0
Kontraksi
Perdarahan
(cc)
Follow Up
1 Oktober2015 3 Oktober 2015
Tanggal 01/10/2015
S : Keluar darah dari kemaluan (-), nyeri luka operasi (+)
O : SP : Sens : Compos Mentis Anemis : (-)
TD
: 120/70mmHg Ikterik : (-)
HR
: 84 x/i Sianosis: (-)
RR
: 20 x/i Dypsnoe : (-)
Temp : 36,8C Edema
: (-)
SO : Abdomen : Soepel , Peristaltik (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat, kontraksi lemah
P/V : Tidak ada, lochia (+) rubra
L/O : Tertutup verban, kering
BAB : (+) N, flatus (+)
BAK : (+) via kateter 100cc/jam
A : Post SC a/i Prev. SC 1x + Oligohidramnion berat + NH1
P:
- IVFD RL 20gtt/menit
- Diet MII
- Inj. Ampicillin 1 gr/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 gr/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 gr/12 jam
- Mobilisasi
R: Aff kateter
Tanggal 02/10/2015
S : Nyeri luka operasi (+) berkurang
O : SP :Sens : Compos Mentis Anemis : (-)
TD
: 120/70mmHg Ikterik : (-)
HR
: 88 x/i Sianosis: (-)
RR
: 22 x/i Dypsnoe: (-)
Temp : 36,8C Edema : (-)
SO : Abd : Soepel , Peristaltik (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat, kontraksi lemah
P/V : Tidak ada, lochia (+) rubra
L/O : Tertutup verban, kering
BAB : (+) N, flatus (+)
BAK : (+) N
A : Post SC a/i Prev. SC 1x + Oligohidramnion berat + NH2
P:
- IVFD RL 20gtt/menit
- Diet MB
- Inj. Ampicillin 1 gr/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 gr/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 gr/12 jam
- Mobilisasi
Tanggal 03/10/2015
S : (-)
O: SP :Sens : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 120/80mmHg
Ikterik : (-)
HR: 84 x/i
Sianosis : (-)
RR : 22 x/i
Dypsnoe: (-)
Temp : 36,6C
Edema : (-)
SO : Abd : Soepel , Peristaltik (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat, kontraksi lemah
P/V : Tidak ada, lochia (-)
L/O : Tertutup verban, kering
BAB : (+) N, flatus (+)
BAK : (+) N
A
: Post SC a/i Prev SC 1x + Oligohidramnion
berat + NH3
P:
R:
September 2015
Analisa Kasus
Teori
Kasus
Oligohidramnion adalah
suatu keadaan dimana
air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari
500 cc. Volume air
ketuban tergantung pada
usia kehamilan. Maka
defenisi yang lebih tepat
adalah AFI yang kurang
dari 5cm.
Oligohidramnion
dapat
terjadi
kapan
saja
selama
masa
kehamilan, walau pada umunya
sering terjadi di masa kehamilan
trimester terakhir.
Pada
kasus
ini,
pasien berusia 29
tahun datang ke
RSUD dr. Pirngadi
Medan dengan KDR
(36-38 minggu) =
kehamilan trimester
terakhir.
Pada
kasus
ini,
pasien
datang
dengan
keluhan
utama keluar air
dari kemaluan.
Menurut referensi,
penyebab
oligohidramnion
tidak
diketahui
secara pasti, maka
Maternal:
1. Dehidrasi
2. Insufisiensi uteroplasental
3. Preeklampsia
4. Diabetes
5. Hypoxia kronis
Induksi obat:
1. Indomethacin and ACE
inhibitors
2. Idiopatik
Gejala klinis atau manifestasi
klinis
dari
oligohidramnion
adalah :
Uterus tampak lebih kecil
dari usia kehamilan dan
tidak ada ballotement.
Ibu merasa nyeri di perut
Pada
kasus
ini
pasien
tidak
dilakukan tindakan
amnion
infusion
karena pada pasien
ini
sudah
jelas
terjadi
oligohidramnion
dari
hasil
pemeriksaan
USG
(AFI
1,98cm)
=
severe
oligohidramnion.
Sehingga
pada
pasien
ini
direncanakan untuk
dilaku-kan
Penatalaksanaan
kasus
ketuban
pecah dini terbagi dua:
Observatif: tirah baring/ istirahat
yang cukup, rehidrasi, perbaikan
nutrisi, pemantauan kesejahteraan
janin (hitung pergerakan janin, NST),
pemeriksaan USG yang umum dari
volume
cairan
amnion,
amnion
infusion, induksi dan kelahiran.
Aktif:
terminasi
kehamilan
pervaginam/ perabdominal, sesui
indikasi.
Komplikasi
oligohidramnion
yang
dapat terjadi yaitu:
1. Dari sudut maternal
Trias komplikasi persalinan dengan
tindakan:
perdarahan,
infeksi,
perlukaan jalan lahir.
Deformitas
janin
dan
pengaruh cairan amnion:
akibat
pada
baik.
PERMASALAHAN
Apa saja kontraindikasi pasien
Terima Kasih