NEUROMUSKULAR II
Paraplegia dan Quadriplegia
K L P VI I :
A N D I A S T R I D
A L P R I D A P A T A BA N G
M A R T I A S A R I
R O S Y A A D A H H A S A N
U L F A H E KA W A RD A N I
DEFINISI
Paraplegia adalah kelumpuhan kedua tungkai akibat lesi
DEFINISI
Sedangkan Quadriplegia merupakan kemlumpuhan seluruh empat
1.
2.
3.
4.
5.
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan
PATOFISIOLOGI
Meskipun berjalan merupakan gerakan volunter,
PATOFISIOLOGI
Segala sesuatu yang mengganggu fungsi atau merusak
PATOFISIOLOGI
Lesi pada medulla spinalis (pada segmen tertentu) dapat
PATOFISIOLOGI
Secara berturut-turut lesi di bagian perifer, susunan
PATOFISIOLOGI
Cidera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-
5:
- Lesi L1 L5 : kehilangan sensorik yaitu sama
menyebar sampai lipat paha dan bagian dari bokong.
- Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas
dari anterior paha.
- Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
- Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior
paha.
- Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
ETIOLOGI
Etiologi paraplegia berdasarkan klasifikasinya dibagi menjadi dua, yaitu
b.
c.
d.
e.
f.
g.
ETIOLOGI
Penyebab yang paling umum dari kerusakan medulla spinalis
adalah :
1. Trauma
Seperti kecelakaan motor, jatuh, luka ketika berolahraga
(khususnya menyelam ke perairan dangkal), luka tembakan dan
juga bisa karena kecelakaan rumah tangga.
2. Penyakit
Motorneuron disease: keluhan berupa kelemahan otot, seperti
pada otot yang cepat letih dan lelah, yaitu pada jari-jari tangan.
Polimiositosis bilateral: keluhan berupa kelemahan / keletihan
pada otot otot disertai mialgia ataupun sama sekali bebas nyeri
atau rasa pegal/ linu / ngilu. Polimiositosis juga dapat
menyebabkan kelemahan keempat anggota gerak.
ETIOLOGI
Poliradikulopatia
/ polineuropatia bilateral:
keluhan berupa kelemahan otot otot tungkai.
Miopatia bilateral: keluhan berupa tidak dapat
mengangkat badannya untuk berdiri dari sikap
duduk taupun sikap sujud.
Distropia bilateral: kelemahan otot sesuai dengan
penyakit herediter umumnya, yaitu sejak kecil.
Sindroma Miastenia Gravis:
dimulai dengan
adanya ptosis unilateral atau bilateral.
GEJALA PARAPLEGIA
Seperti yang kita tahu, paraplegi adalah paralisa bagian
GEJALA QUADRIPLEGIA
Inkontinensia urin, suatu kondisi medis yang ditandai dengan
KOMPLIKASI
Beberapa, komplikasi yang tidak jarang muncul pada penderita akibat
Decubitus Ulcer
Autonomic Dysreflexia
Osteoporosis
Deep Vein Trombosis (DVT)
Infeksi Saluran Kemih
Pneumonia
Emboli paru
Heterotopic Ossification
Spasticity
Cardiovaskuler Disease
Neuropati
ASSESSMENT FISIOTERAPI I
(Paraplegia)
1. Anamnesis Umum
Nama
: Wahyudin
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama:
: Islam
Alamat
: Jl. Jend.Sudirman No.14
Pekerjaan
: Wiraswasta
2. Anamnesis Khusus
Keluhan utama
Inspeksi
Inspeksi Statis : Posisi kedua tungkai jatuh (terjadi
drop foot)
Inspeksi Dinamis: Pasien tidak mampu melakukan
gerakan kepada dua tungkai.
Tes Orientasi
Tidak bisa digerakkan ke 2 tungkainya
Tes ADL tidak dapat dilakukan
Pemeriksaan Khusus
dilakukan.
Pemeriksaan Tambahan : MRI
Diagnosis
Gangguan Aktivitas Fungsional Ekstremitas Inferior
Perencanaan fisioterapi
Tujuan jangka pendek
Memelihara sifat fisiologis otot pada pinggang, perut
Intervensi Fisioterapi
1. IRR
.Tujuan : melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan
F : setiap hari
I : 30-45 cm
T : lominous
T : 10 menit
2. Passive Exc
Tujuan : upaya memelihara sifat fisiologis otot pada
kedua tungkai
Teknik : Dalam posisi tidur terlentang, kemudian
Fisioterapis memberikan gerakan pasif flexi-ekstensi,
abduksi-adduksi, eksorotasi-endorotasi hip dan dorsoplantar, eversi-inversi ankle pasif secara bergantian di
persendian pada kedua tungkai
Time : toleransi pasien dengan memperhatikan
kelelahan yang diperlihatkan, 3-5 kali pengulangan
sudah cukup
posture
Teknik : Pasien tidur terlentang kemudian fisioterapis
menggerakkan kedua tungkai bergantian secara pasif
disetiap persendian ke segala arah dan ditambah
dengan penguluran.
Dosis :
F : setiap hari
I : penguluran max
T : passif streaching
T : 8x hitungan
4. Reaksi Keseimbangan
Tujuan
: melatih keseimbangan
Teknik : fisioterapi memberikan fasilitasi refleks
mengangkat
pantat
dan
membantu
mempertahankannya
Time : toleransi pasien, sesuaikan hasil yang dapat
dicapai oleh pasien
5. Breathing Exc
Tujuan : memelihara fungsi respirasi
Teknik : fiksasi dengan tangan fisioterapi dilateral
6. Positioning
7. ADL Exc
Tujuan : meningkatkan ADL tidur dan sekaligus
8. Muscle Stimulation
Tujuan : menstimulasi serabut dan jaringan otot
Teknik :
superior
Teknik : Ftis memberikan tahanan secara manual
pada saat gerakan aktif exercise
Dosis :
F
I
T
T
: 3x Seminggu
: beban manual sedang.
: sterengtening exc dengan beban manual.
: 8x hitungan 10x repitisi
10. Bridging
Tujuannya:
Meningkatkan kekuatan otot dasar panggul.
Sebagai metode latihan keseimbangan.
Persiapan latihan ambulasi posisi duduk- berdiri.
Selain
saat
Tujuannya:
Melatih keseimbangan pasien berdiri ke duduk dan
sebaliknya.
Merangsang propriocensor tungkai pasien, khususnya
dari Pelvic, hip, knee dan ankle.
Mengajarkan cara duduk yg benar kepada pasien.
Tujuannya:
Merangsang propriocensor tungkai pasien, khususnya dari Sisi
Evaluasi
Belum
ASSESMENT FISIOTERAPI II
(Quadriplegia)
Anamnesis
1. Umum
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Hobby
: Muhammad Aidil
: 19 th
: Laki-laki
: Mahasiswa
: Hiking
Anamnesis Khusus
Keluhan utama
: 120/70 mmHg
Denyut Nadi
: 90x/ menit
Pernapasan
: 19 x/menit
Suhu
: 370 C
Inspeksi
1.Statis :
ada depresi pada raut wajah
ada arthropy pada kedua lengan dan tungkai
tidak ada gejala digubitus
pasien cenderung tidur miring
nafas pendek dan cepat
menggunkan kateter
2.Dinamis :
Pasien tidak mampu melakukan gerakan pada ekstremitas atas dan
bawah
Pemeriksaan
3. Tes Motorik
Tujuannya : Untuk mengetahui kualitas saraf motorik dan kemampuan gerak.
.ADL
.Pasien diminta melakukan gerakan dari baring ke duduk
.Hasil
: Sulit dilakukan
.Keseimbangan
.Pasien dalam keadaan tidur terlentang, kedua tungkai pada hip dan knee diflexikan
kemudian instruksikan pasien untuk mengangkat pantatnya
.Hasil : Tidak bisa melakukannya
.Transfer
.Masih dengan keadaan tidur terlentang, dengan kedua tungkai ekstensi hip dan knee
instruksikan pasien untuk melakukan gerakan dari posisi tidur terlentang, miring ke
kiri atau ke kanan
.Hasil : Tidak bisa melakukannya
4. Tes Koordinasi
Dalam posisi tidur terlentang, Fisioterapi meminta pasien untuk menyentuh
tangan Fisioterapi dengan menggunakan ujung kakinya serta ujung tangannya
Hasil : Dapat melakukannya
5. Respon Refleks
Babinsky
Dalam posisi tidur terlentang, kemudian tarik garis dari tumit ke sepanjang
arah lateral kaki ke arah jari-jari kaki dengan cepat.
Hasil : tidak ada respon
Biceps
Fisioterapi memegang lengan pasien yang di semiflexikan sambil
menempatkan ibu jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketok
Hasil : hyporefleks
Triceps
Fisioterapi
Diagnosis
1. Anatomi impairment
adanya paralysis pada kedua ekstremitas, adanya kontraktur otot
2. Activity limitation
adanya keterbatasan dalam melakukan ADL seperti mandi, makan,
berpakaian, BAB, BAK, berjalan dll.
3. Participation restriction
Pasien mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas social
sehari-hari seperti kembali melanjutkan perkuliahan.
Perencanaan Fisioterapi
Pelataksanaan Fisioterapi
1. Breathing Exercise
2. Positioning
Tujuan Positioning:
Memberi rasa nyaman kepd pasien saat istirahat.
Mencegah terjadinya decubitus.
Sbg pola dasar, penentu pengembangan pola
selanjutnya.
Posisioning diubah setiap 2 3 jam perhari.
3. Mobilisasi Toraks
Tujuannya:
Membantu sistem pernapasan pasien, khususnya
4. Shoulder Rytme
Tujuan : meningkatkan stabilitas dari shoulder
Prosedur
Shoulder Rytme
5. PNF Lengan
6. PNF Tungkai
4.
7. Pelvic Rytme
Evaluasi
Sesaat
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH