Anda di halaman 1dari 48

Tes Kompatibilitas dan

Pemeriksaan
Laboratorium Pada
Reaksi Transfusi

Efrida, dr., SpPK., MKes


21 November 2016
Transfusi Darah
Penggunaan darah atau komponen
darah pengobatan dan pencegahan
gejala penyakit
Diberikan bila ada indikasi dan
evaluasi keadaan klinis (umur, derajat
anemia, dll)
Konsensus NIH (National Institute of
Health): Transfusi bila Ht < 21% atau
Hb7g/dL (muda, fungsi jantung dan
paru bagus)
Transfusi darah banyak digunakan sejak
ditemukan:
- antigen golongan darah
- Metode penentuan golongan darah
- Tes kesesuaian darah donor terhadap
resipien
Konsep terapi komponen darah
meningkat:
- Seiring perkembangan pengawet darah
- Sistem kantong biokompatibel
- Perkembangan uji saring utk mencegah
transmisi penyakit (infeksi)
Pemeriksaan Laboratorium
untuk
Persiapan Transfusi
Contoh Darah Resipien:
- Dalam spuit
- Minimal 2 mL/kantong darah
- Identitas pasien (lengkap)) ditempel pd spuit
- Berlaku 24 jam, setelah 24 jam harus dikirim
contoh darah yg baru
Formulir permintaan darah:
- Diisi lengkap
- Ditandatangani oleh dokter yg merawat
pasien
Tes Kompatibilitas
Rangkaian pemeriksaan/prosedur yang
dilakukan sebelum darah diberikan
untuk memastikan bahwa unit darah
donor cocok (kompatibel) dengan
resipien
Walaupun darah donor memiliki gol
darah ABO dan Rh yang sama dengan
resipien, dapat terjadi inkompatibilitas
kr antibodi non-ABO dan non Rh seperti
anti-Kell, anti-Duffy, anti-Kidd (delayed
hemolytic transfusion reaction)
Tes Kompatibilitas
Tujuan:
1.Unit darah donor cocok dg resipien
2.Tidak ada reaksi pada pasien
3.Eritrosit donor mencapai usia maksimum
setelah diberikan
Meliputi: Prosedur praserologis, serologis,
dan pasca serologis
1.Prosedur praserologis
- pengumpulan spesimen, misal pelabelan
- meneliti catatan medis pasien
2. Pemeriksaan serologis, yaitu:
golongan darah ABO dan Rh
Skrining antibodi
Cross match

3. Prosedur Pasca Serologis


- pelabelan unit darah yg tepat
- pemberian unit darah yg tepat
Pemeriksaan Golongan Darah

Prinsip pemeriksaan: memeriksa antigen


pada eritrosit menggunakan antibodi
(antisera komersial) yang sudah
diketahui golongannya (forward/cell
grouping/identifikasi eritrosit) serta
memeriksa antibodi pada serum
berdasarkan antigen yg sudah diketahui
sebelumnya (backward/reverse/serum
grouping/identifikasi serum)
Pemeriksaan Golongan
Darah
Forward grouping harus sesuai dengan
backward grouping
jika tidak sesuai atau golongan darah
tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan
sebelumnya

Cek kembali alat, reagen, prosedur


Ulangi pemeriksaan
Bila hasil masih belum dapat disimpulkan:
minta darah baru, ulangi pemeriksaan
Metode Pemeriksaan Golongan
Darah
1. Metode slide/tile
2. Metode tabung
3. Liquid-phase microplate
4. Solid-phase microplate
5. Column agglutination technique
Metode Slide/Tile
Kualitas reagen yg digunakan harus baik
Keuntungan: cepat, mudah, sederhana
Kekurangan: aglutinasi lemah sulit
diinterpretasi, bila campuran reaksi
mengeringagregasi selpositif palsu
Metode Tabung
Pembacaan mudah, sederhana
Reaksi lemah terdeteksi dg inkubasi
yg lebih lama & sentrifugasi
Bersih & higienis
Metode Tabung
Metode Gel/Column agglutination
technique
Metode Gel/Column agglutination
technique
Antisera & darah lebih sedikit (ideal utk
neonatus & anak-anak)
Hasil reaksi mudah dilihat dan
digradasi
Hasil stabil sp 48 jam, gel card
dapat difotocopy (pengarsipan)
Metode Microplate
Kapasitas pemeriksaan besar, hemat
waktu
Volume antisera dan sel sedikit,
hemat biaya
Sistem otomatisasi, barcode,
integrasi penyimpanan data
Skrining Antibodi
Untuk deteksi antibodi yg secara klinis bermakna,
bereaksi pada suhu 370C, dapat menghancurkan
eritrosit donor (misal Ab Duffy, Kell, Kidd).
3 fase pemeriksaan pada skrining antibodi:
- immediate spin
- inkubasi 370C
- fase antiglobulin
Jika terdeteksi deteksi antibodi tsb dengan
berbagai jenis antigen eritrosit yang sdh dityping
(panel identifikasi)
Misal: anti-K + harus diberikan darah tanpa
antigen K
Crossmatch (uji silang)
Terdiri atas: crossmatch mayor dan minor
Tujuan:
Memastikan kompatibilitas ABO antara
darah donor dengan resipien
Mendeteksi adanya reaksi antara
antibodi dalam plasma pasien dengan
antigen pada darah donor yang tidak
terdeteksi dalam skrining/typing
(antigen irreguler)
Crossmatch mayor:
uji antara serum resipien dengan eritrosit
donor
utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum resipien yg dpt merusak eritrosit
donor
Crossmatch minor:
uji eritrosit resipien dengan serum donor
utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum donor yg dpt merusak eritrosit
resipien
Gol darah ABO dan Rhesus resipien
dengan donor harus sama
Crossmatch dilakukan melalui 3 tahap:
1.Tahap 1: fase suhu kamar (Immediate spin)
2.tahap 2: fase inkubasi 370C
3.Antiglobulin (tes Coomb)
Bila skrining antibodi belum lengkap dilakukan
atau bila dalam serum terdapat antibodi
yang bermakna secara klinisseluruh fase
dilakukan
Bila sebelumnya telah dilakukan skrining
antibodi dan tidak ditemukan antibodifase
antiglobulin tidak dilakukan (immediate spin
saja untuk memastikan kompatibilitas ABO)
Cross match
Dalam keadaan darurat, jika hasil
pemeriksaan tahap 1 tdk ada
aglutinasi atau hemolisis, darah dpt
ditransfusikan kpd pasien sementara
pemeriksaan tahap 2 dan 3 dilakukan
Bila reaksi silang selanjutnya tdk
cocok, dokter yg merawat segera
diberitahukan dan transfusi segera
dihentikan
- Crossmatch yang kompatibel tidak
menjamin bebas reaksi transfusi

- Sebagian besar mengurangi


kemungkinan terjadinya reaksi
transfusi akut akibat antibodi ABO dan
mencegah reaksi yang disebabkan
antibodi non-ABO terhadap eritrosit
resipien

- Crossmatch tidak mencegah terjadinya


delayed hemolytic transfusion reaction.
ABO incompatible:
- Terbanyak karena kesalahan prosedur
persiapan transfusi darah, paling
sering adalah kesalahan pemberian
label pada contoh darah pasien yang
akan diuji gol darah dan uji silang,
kesalahan mencocokkan unit
transfusi yang seharusnya diberikan
kepada pasien
- Kesalahan prosedur (proses uji silang)
Uji Antiglobulin (tes Coomb)
Mendeteksi antibodi kelas IgG dan antibodi
yg dapat mengikat komplemen tetapi
kemampuannya utk bereaksi dg antigen pada
permukaan eritrosit tidak adekuat
Menggunakan serum antiglobulin Coombs yg
mengandung anti IgG dan anti-komplemen
Uji antiglobulin direk: mendeteksi antibodi yg
melapisi eritrosit invivo
Uji antiglobulin indirek: mendeteksi antibodi
dalam serum dg jalan melapisi eritrosit invivo
Uji antiglobulin direk positif, ditemukan
pada:
Anemia hemolitik autoimun
(primer/sekunder), autoantibodi panas
(warm)/autoantibodi dingin (cold)
HDN utk mendeteksi aloantibodi
(antibodi ibu) yg melapisi eritrosit bayi
Reaksi transfusi hemolitik lambat
Uji Saring Terhadap Infeksi
Tujuan : memastikan supaya darah yang
tersedia sedapat mungkin bebas dari infeksi

Penyebab : HIV, Hepatitis B dan C, Malaria, dan


Sifilis (berbeda di tiap negara: penyebab
infeksi terbanyak dan dana)

Metode pemeriksaan :
ELISA
Aglutinasi partikel
Uji cepat (imunokromatografi)
Deteksi asam nukleat (NAT=nucleic acid test)
Istilah untuk penilaian uji saring:
Positif/negatif digunakan setelah
hasil awal dikonfirmasi dengan
satu/lebih pengujian
Reaktif/non reaktif digunakan bila
hasil awal belum dikonfirmasi
Samar-samar hasil meragukan
(positif/negatif ?)
Terhadap donor:
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui riwayat infeksi,
keluhan dan gejala penyakit
- Uji saring secara laboratoris untuk
memastikan bahwa darah donor
tersebut tidak mengandung agen
penyebab infeksi
Uji saring terhadap infeksi
- Hepatitis virus B dan C: hati-hati
window period
- Malaria: parasit malaria dalam darah
donor/karier tetap hidup dalam
penyimpanan 4oC sampai 7 hari
- Preventif: seleksi donor berdasarkan
anamnesis yang teliti
- Sifilis: Treponema pallidum bertahan
hidup dalam darah suhu 4oC atau
plasma -20oC selama 48-72 jam
Uji saring terhadap infeksi
HIV/AIDS
Pencegahan:
seleksi donor dengan seksama
(pengguna narkoba, sex bebas
(homo/hetero seksual)
tes penyaring HIV (bisa deteksi dini)
Komplikasi Transfusi
Kejadian yg timbul selama /setelah dan
memang ada hubungannya dg transfusi yg
diberikan meliputi:
1.Reaksi transfusi cepat (timbul selama
transfusi sampai 48 jam sesudahnya).
Reaksi ini tdd: panas, alergi, hemolitik,
bakteriemia/sepsis
2.Reaksi transfusi lambat (>48 jam setelah
transfusi)
Komplikasi transfusi
3. Circulatory overload
4. Transmisi infeksi
- hepatitis pasca transfusi
- malaria
- sifilis
- HIV/AIDS
Pemeriksaan Laboratorium
pada Reaksi Transfusi

1. Reaksi Transfusi:
- Reaksi Transfusi Hemolitik
- Reaksi Transfusi Non hemolitik
2. Transimisi Infeksi
3. dll: Hipokalsemia dan toksisitas sitrat
Reaksi Transfusi Hemolitik
Terjadi lisis eritrosit donor oleh antibodi dalam
plasma resipien
Etio: - Inkompatibilitas ABO atau Rh
- Penanganan unit darah yang tdk baik
(misal:pemanasan > suhu tubuh)
- Tercampur cairan infus/transfusi
bersamaan dg lar. Hipotonik)
- Kontaminasi oleh agen infeksi/bakterilisis
- tetesan cepat dg jarum infus yg kecillisis
Lab: Ulang uji kompatibilitas ABO dan Rh
terhadap darah donor dan resipien
Reaksi transfusi
hemolitik
Reaksi transfusi hemolitik lambat:
Reaksi antibodi dg antigen minor/irreguler
eritrosit donor

Harus dicurigai bila:


- Tjd penurunan Hb yang tidak dapat
dijelaskan
- ikterik, gagal ginjal dan perub. Biokimiawi
- Tes antiglobulin langsung (direct antiglobulin
test) (+) atau ditemukan alloantibodi pada
sampel darah resipien
Reaksi Transfusi Non-
Hemolitik
Tidak menyebabkan kerusakan eritrosit
Reaksi Antibodi plasma resipien dengan
antigen yg berasal dari komposisi darah
donor (leukosit/plasma protein)
Sering pada pasien dengan multiple
transfusion
Manifestasi: urtikaria, reaksi febris,
serum sickness, oedem paru dan
anafilaksis
Transmisi Infeksi
HIV, Hepatitis B&C, malaria, sifilis, CMV
Lab: uji saring terhadap infeksi

Hipokalsemia dan toksisitas


sitrat
Lab: - Kalsium <0,8 mmol/L
- Alkalosis (pH >7,45)
- Bikarbonat plasma meningkat
Trombositopenia
sering terjadi pada transfusi tukar
Menggunakan darah simpan
Lab: jumlah trombosit (50-70%) dari
sebelumnya kegagalan hemostasis dan
DIC
2. SEROLOGIC TEST :
- Blood grouping test again (ABO & Rh)
- Patients blood grouping test before and after (ABO & Rh)
- Compatibility test of donors erythrocyte & patients serum
before and after transfusion
3. BIOCHEMISTRY TEST :
- After transfusion serum : free Hb
Bilirubine
- After transfusion urine : Free Hb
Bilirubine
4. BACTERIOLOGIC TEST :
- Donors blood bottle
- Blood residue bacteriologic test
Bakteriemia
kontaminasi bakteri yg mampu hidup pd
suhu 40C (E. coli, Proteus, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella pneumonia)
Endotoksin kuman
Darah keruh, plasma abu-abu/coklat
kehitaman, gumpalan kecil
Diagnosis pasti: biakan darah penderita
dan sisa darah dlm kantung positif dg
kuman yg sama
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai