Anda di halaman 1dari 99

KEGAWATDARURATAN

DI BIDANG
NEONATOLOGI

Mahesa Suryanagara
Pendahuluan
Seorang bayi dengan tanda
bahaya merupakan masalah
serius
Satu tanda bahaya tidak
terdeteksi akan
berkelanjutan pada
kegawatan yang lain
Nilailah secepat mungkin
BEBERAPA KEGAWATAN NEONATUS

BBLR
Hipotermi
Hipoglikemia
Ikterus
Masalah Pemberian Air Minum
Asfiksia BBL
Gangguan Nafas pada BBL
Kejang pada BBL
Infeksi Neonatal
Rujukan dan Transportasi BBL
Perdarahan
Syok/renjatan
BEBERAPA KEGAWATDARURATAN
NEONATUS
BBLR
Hipotermi
Hipoglikemia
Ikterus
Masalah Pemberian Air Minum
Asfiksia BBL
Gangguan Nafas pada BBL
Kejang pada BBL
Infeksi Neonatal
Rujukan dan Transportasi BBL
Perdarahan
Syok/renjatan
Penilaian TANDA
cepat BAHAYA
Manajemen
segera

Penilaian lanjut
Penilaian cepat

Letakkan bayi pada permukaan yang


hangat & cahaya cukup
PERIKSA TANDA BAHAYA :
Megap megap (merintih) / tidak
bernapas / RR < 20 kali/mnt
Perdarahan
kejang
Syok ( pucat, dingin, HR < 180 x/mnt
penurunan kesadaran
Manajemen segera

Pasang jalur intravena dan


beri cairan kristaloid IV 10
ml/kgbb dam 1 jam
Lakukan manajemen segera
MANAJEMEN SEGERA
Tanda bahaya Manajemen segera
Megap-megap - Resusitasi
perdarahan -Hentikan perdarahan yang
tampak
-Beri vit K1 1 mg im
-Ambil contoh darah dan periksa
golongan darah
-Lakukan manjemen umum
perdarahan
syok -- jika perdarahan sebagai
penyebab: beri cairan kristaloid
10 ml/kgbb selama 10 menit bila
masih berlanjut ulangi
-Beri transfusi darah gol O resus
negatif
-Infus glukosa 10 % dosis
rumatan
-Beri olsigin, hangatkan, bila
MANAJEMEN SEGERA
jika bukan perdarahan
-Naikkan kecepatan infus
cairan 20 ml/kgbb/jam dlm 1
jam pertama
-Hangatkan bayo
-Cari tanda sepsis, terapi bila
positip
-Lengkapi penilaian setelah
stabil
kejang -Atasi kejang dengan fenobarbital
iv 20 mg/kgbb pelan selama 5
menit
-Pasang jalur iv rumatan
-Jaga saluran napas, oksigenasi
-Periksa kadar gula darah
-Bila GDS < 45 mg/l atasi sesuai
hipoglikemia
-Lakukan penilaian lanjut
Resusitasi Neonatus
Algoritma
SKOR APGAR

Penilaian klinis menit 1-5-10


sebagai penilaian klasifikasi
asfiksia
Bernilai prognositik
Menilai keberhasilan
tindakan resusitasi
Tidak digunakan untuk
Skor APGAR
Tanda 0 1 2
Frekuensi 0 < 100 < 100
jantung kali/menit kali/menit
Usaha napas Tidak ada merintih menangis
Warna kulit pucat biru kemerahan
Tonus otot lunglai Fleksi Fleksi penuh
sebagaian
Peka rangsang Tidak ada menyeringai menangis
respon
Asfiksia Ringan 7
Asfiksia Sedang 4-6
Asfiksia Berat 0-3
GANGGUAN NAPAS PADA
BAYI
PRINSIP DASAR
Gangguan Napas
Dampak buruk bagi Bayi Baru Lahir (BBL )
kematian / bila dapat bertahan hidup sekuele
Apnea merupakan salah satu Tanda Bahaya /
Danger Sign harus segera ditangani
dimanapun BBL
Gangguan napas dapat diakibatkan beberapa faktor
penyebab penanganan awal kegawatan sangat
penting
Diagnosis
Anamnesis
Waktu timbulnya gangguan napas
Usia kehamilan
Pengobatan steroid antenatal
Faktor predisposisi: KPD (Ketuban Pecah Dini),
Demam pada ibu sebelum persalinan
Riwayat Asfiksia dan Persalinan dengan tindakan
Riwayat aspirasi
BATASAN
Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit,
mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda
tambahan gangguan napas.
Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit.
Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah
dan bibir).
Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)
Penyebab
Kelainan paru: Pnemonia
Kelainan jantung: Penyakit Jantung Bawaan,
Disfungsi miokardium
Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia,
Perdarahan otak
Kelainan metabolik: Hipoglikemia, Asidosis
metabolik
Kelainan Bedah: Pneumotoraks, Fistel
Trakheoesofageal, Hernia diafragmatika
Kelainan lain: Sindrom Aspirasi Mekonium,
Transient tachypnea of the Newborn, Penyakit
Membran Hialin
Pada Bayi Kurang Bulan:
Penyakit Membran Hialin
Pneumonia
Asfiksia
Kelainan atau Malformasi Kongenital
Pada Bayi Cukup Bulan:
Sindrom Aspirasi Mekonium
Pneumonia
Transient Tachypnea of the Newborn
Asidosis
Kelainan atau Malformasi Kongenital
KLASIFIKASI GANGGUAN NAPAS
NEONATUS
Frekuensi
Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
napas
< 60 DENGAN Sianosis sentral DAN tarikan dinding Gangguan
kali/menit dada atau merintih saat ekspirasi. napas berat
ATAU < 90 DENGAN Sianosis sentral ATAU tarikan dinding
kali/ menit dada ATAU merintih saat ekspirasi.
ATAU < 30 DENGAN Gejala lain dari gangguan napas.
kali/ menit atau
TANPA
60-90 DENGAN Tarikan dinding dada ATAU merintih saat Gangguan
kali/menit ekspirasi napas sedang
tetapi Sianosis sentral
TANPA
ATAU < 90 TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat
kali/ menit ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat Gangguan
kali/menit ekspirasi atau sianosis sentral. napas ringan
60-90 DENGAN Sianosis sentral Kelainan
kali/menit jantung
kongenital
tetapi Tarikan dinding dada atau merintih.
TANPA
Manajemen umum
Berikan Oksigen (2-3 liter/menit
dengan kateter nasal)
Jika bayi mengalami apnea:
Lakukan tindakan resusitasi yang sesuai
Lakukan penilaian lanjut
Evaluasi penyebab
Periksa kadar glukosa darah
Tentukan jenis gangguan napas
Lanjutkan dengan manajemen spesifik
Manajemen spesifik
Gangguan Napas Berat
Lanjutkan pemberian O2 2-3 liter/menit dengan
kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O2
4-5 liter/menit dengan sungkup
Bayi jangan diberikan minum
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (Ampisilin
dan Gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar
sepsis:
Suhu aksiler < 34 C atau < 39 C;
Air ketuban bercampur mekonium;
Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau
ketuban pecah dini (< 18 jam).
Manajemen spesifik
Gangguan Napas Berat
Bila suhu aksiler 34-36.5 C atau 37.5-39 C tangani
masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2
jam:
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan
besar sepsis;
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda kearah sepsis, nilai kembali
bayi setelah 2 jam
Bila bayi tidak menunjukkan perbaikan setelah 2
jam, terapi untuk Kemungkinan besar sepsis, segera
rujuk
Manajemen spesifik
Gangguan Napas Berat
Bila ada perbaikan (frekuensi napas menurun tidak
kurang dari 40 kali/menit, tarikan dinding dada
berkurang atau suara merintih berkurang) disertai
perbaikan tanda klinis, kurangi terapi O2 bertahap
Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2
jam.
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian
antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak
kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari,
minum baik dan tak ada alasan bayi tetap tinggal di
rumah sakit, bayi dapat dipulangkan
Manajemen spesifik
Gangguan Napas Ringan
Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam
berikutnya.
Bila dalam pengamatan gangguan napas
memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi
untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan napas sedang serta segera dirujuk ke
Rumah Sakit Rujukan
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak,
berikan ASI peras dengan mengguna-kan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
Manajemen spesifik
Gangguan Napas Ringan
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada
perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2
jika frekuensi napas antara 4060 kali/menit.
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi
napas menetap antara 40-60 kali/menit, tidak ada
tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan.
Apabila bayi dipuasakan karena mengalami distress
napas berat TPN (Total Parenteral Nutrition)
Total Parenteral Nutrition

Indikasi :
Bayi dengan berat badan < 1800 g yang kebutuhan
nutrisi enteralnya tidak dapat terpenuhi > 3 hari.
Bayi dengan berat badan > 1800 g yang kebutuhan
nutrisi enteralnya tidak terpenuhi > 5 hari.
Gangguan respirasi > 4 hari (termasuk seringnya
serangan apnea)
Malformasi kongenital traktus gastrointestinalis
Enterokolitis netrotikans
Diare berlanjut atau malabsorbsi
Pasca operasi (khusunya operasi abdomen)
Cara Perhitungan TPN
Cara Perhitungan TPM

1. Kebutuhan Cairan Total (KCT)


KCT = BB x Kebutuhan Cairan (Berdasarkan BB)
Minum = Asupan ASI per 24 jam (cc) / 4 atau 8 (pemberian
setiap 3 jam)
Sisa = KCT Minum
2. Penghitungan Kebutuhan NaCl (Natrium
Chloride)
NaCl = BB x Na (Berdasarkan BB) x 2
3. Penghitungan Kebutuhan KCl (Kalium Chloride)
KCl = BB x KCL (Berdasarkan BB ) x 1
4. Penghitungan Kebutuhan CaGlu (Calcium
Gluconase)
Ketentuan CaGlu : 3-4 cc
5. Penghitungan As (Amino Steril)
As x BB / 0.06 (Konsentrasi As 6%) =
Keterangan Pemberian AS

Nilai amino steril : 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4


(kenaikan sebanyak 0.5)
Neonatus dengan BB < 1000 g Pemberian awal
dengan 0,5-1 g/kgBB/hari, kemudian ditingkatkan
lagi 0,25-0,5 g/kgBB/hari sampai mencapai 2,5-
3,5g/kgBB/hari.
Neonatus dengan BB > 1000 g Pemberian awal
dengan dosis 1g/kgBB/hari, kemudian ditingkatkan
1 g/kg
Cara Perhitungan TPM

6. Penghitungan GIR (Glucose Infusion Rate)


D% GIR
= GIRMinggu
x 6 x BB1/ TPM
:
4-6
GIR Minggu 2 :
7-9
GIR Minggu 3 KH
7. Penghitungan : (Karbohidrat)
KCT 10-12
(NaCL + KCL + As + Ca Glu)
8. Penghitungan Dextrose 40% (D40%)
D40% = (KCT x 10) (KH x D%) / 30
9. Penghitungan Dextrose 10% (D10%)
D10% : KH D40%
Ilustrasi Kasus

1. Pasien By. XX, Jenis Kelamin : Perempuan, BB :


2800 gram, UG : 39 minggu, UB : 7 hari, HR :
168 x/menit, RR : 75 x/menit, CR : 2 detik, T :
39,2 oC. Keluhan utama : sesak (+), mengorok,
pernapasan cuping hidung (+), reflex hisap
lemah. Bagaimana TPN untuk pasien ini?
(Perhitungan tanpa D40)
Kasus 1
KCT : 150 x 2,8 = 420 cc 18
gtt/jam
Minum : Puasa
Sisa : -
NaCl : 2,8 x 2 x 2 = 11,2 cc
KCl : 2,8 x 1 x 3 = 8,4 cc
CaGlu : 4 cc
As : 2 x 2,8 /0,06 = 93,3 cc
Kasus 1
D10 : 420 11,2 8,4 4 93,3 =
303,1
KH : -
D% : -
D40 : -
Kasus 1
D10 : 303,1
NaCl : 11,2
KCl : 8,4 18 gtt/24 jam
CaGlu : 4
As : 93,3
Ilustrasi Kasus

2. Pasien By. XY, Jenis Kelamin : Laki-laki, BB : 1200


gram, UG : 32 minggu, UB : 4 hari, HR : 175
x/menit, RR : 82 x/menit, CR : 2 detik, T : 36,8 oC.
Keluhan utama : RDD (+), mengorok (+),
sianosis menetap, pernapasan cuping hidung
(+). Riwayat persalinan : SC, asfiksia (+).
Bagaimana TPN untuk pasien ini?
Kasus 2
KCT : 150 x 1,2 = 180 cc 8 gtt/jam
Minum : Puasa
Sisa : -
NaCl : 1,2 x 2 x 4 = 9,6 cc
KCl : 1,2 x 1 x 3 = 3,6 cc
CaGlu : 4 cc
As : 3 x 21,2 /0,06 = 60 cc
Kasus 2
KH : 180 9,6 3,6 4 60 = 102,8
D% : 11 x 6 x 1,2 / 8 = 9,9
D40 : 1800 1017,72 / 30 = 26,076
cc
D10 : 1028 26,076 = 76,724 cc
Kasus 2
D10 : 76,7
D40 : 26,1
NaCl : 9,6 8 gtt/24 jam
KCl : 3,6
CaGlu : 4
As : 102,8
KEJANG PADA BAYI
BATASAN
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba
fungsi neurologi, baik motorik maupun
autonomik, karena kelebihan pancaran listrik
pada otak
PRINSIP DASAR
Kejang yang berkepanjangan mengakibat-kan
hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi ke
langsungan hidup bayi atau meng-akibatkan
gejala sisa di kemudian hari.
Dapat diakibatkan oleh asfiksia neonato-rum,
hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis
atau masalah susunan saraf.
Kejang adalah salah satu Tanda Bahaya atau
Danger sign pada neonatus
Dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan
promotip atau preventip
Secara klinik kejang pada bayi diklasifikasikan
tonik, klonik, mioklonik dan subtle seizures
Langkah Promotif / Preventif

Mencegah persalinan prematur


Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan
aman
Mencegah asfiksia neonatorum
Melakukan resusitasi dengan benar
Melakukan tindakan pencegahan Infeksi .
Mengendalikan kadar glukosa darah ibu.
Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor predisposisi)
dan masalah dalam proses persalinan.
Langkah Promotif / Preventif

Berikan pengobatan yang rasional dan efektif.


Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap
masalah atau infeksi yang dikenali pada saat
kehamilan ataupun persalinan.
Jangan pulangkan bila masa kritis belum
terlampaui.
Beri instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di
rumah.
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi
bayi baru lahir dari ibu yang infeksi saat persalinan.
Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan
tindakan, penolong persalinan, asfiksia neonatorum.
Riwayat imunisasi tetanus.
Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional.
Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan
abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas .
Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot
mulut dan perut.
Kejang dipicu kebisingan/prosedur/tindakan
pengobatan.
Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum
normal.
Adanya faktor risiko infeksi.
Riwayat ibu mendapat obat mis. heroin, metadon,
propoxypen, sekobarbital, alkohol.
Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
Saat timbul dan lamanya terjadi kejang.
DIAGNOSIS

Kejang:
Gerakan abnormal pada wajah, mata,
mulut, lidah dan ekstrimitas
Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas,
gerakan seperti mengayuh sepeda, mata
berkedip, berputar, juling.
Tangisan melingking dengan nada tinggi,
sukar berhenti.
Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus,
ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh
tidak normal.
DIAGNOSIS

Spasme:
Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
Trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku,
mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu.
Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas,
perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu
oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur
diagnostik.
Infeksi tali pusat.
Pemeriksaan / Kemungkinan
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis lain diagnosis
Timbul saat lahir Kejang, tremor, letargi Kadar glukose Hipoglikemia
sampai dengan hari atau tidak sadar darah kurang
ke 3 Bayi kecil (< 2,500 g dari 45 mg/dL
Riwayat ibu atau umur kehamilan < (2.6 mmol/L)
Diabetes 37 mg)
Bayi sangat besar
(berat lahir < 4,000 g)

Ibu tidak imunisasi Spasme Infeksi tali Tetanus


tetanus toksoid pusat neonatorum
Malas minum sebe-
lumnya normal
Timbul hari ke 3-14
Lahir di rumah
dengan lingkungan
kurang higienis
Olesan bahan tidak
steril pada tali pusat
Pemeriksaa
n/ Kemungkina
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis n diagnosis
lain
Timbul pada Kejang atau tidak Sepsis Curiga
hari ke 2 atau sadar meningitis
lebih Ubun-ubun besar (tangani
membonjol meningitis
Letargi dan obati
kejang)
Riwayat Kejang atau tidak Asfiksia
resusitasi pada sadar neonatorum
saat lahir atau Layuh atau letargi dan/atau
bayi tidak Gangguan napas Trauma
bernapas Suhu tidak normal (obati kejang,
minimal satu Mengantuk atau dan tangani
menit sesudah aktivitas menurun asfiksia
lahir Iritabel atau rewel neonatorum)
Timbul pada
hari ke 1 sampai
ke 4
Persalinan
dengan penyulit
Pemeriksaa
n/ Kemungkina
Anamnesis Pemeriksaan
diagnosis n diagnosis
lain
Timbul pada Kejang atau tidak VKDB
hari ke 1 sampai sadar (Vitamin K
7 Bayi kecil (berat Deficiency
Kondisi bayi lahir < 2500 g atau Bleeding)
mendadak umur kehamilan < 37
memburuk minggu)
Mendadak pucat Gangguan napas
berat
Ikterus hebat Kejang Hasil tes Ensefalopati
timbul pada hari Opistotonus Coombs bilirubin
ke 2 positif (Kern-
Ensefalopati ikterus)
timbul pada hari (obati kejang
ke 3 - 7 dan tangani
Ikterus hebat Ensefalopati
yang tidak atau bilirubin)
terlambat diobati
MANAJEMEN UMUM
Medikamentosa
Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena
dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti
dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan
sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika
tidak tersedia jalur intravena dan atau tidak
tersedia sediaan obat intravena, maka dapat
diberikan intramuskuler
Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg
berat badan intravena dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan /
menit.
MANAJEMEN UMUM
Pengobatan rumatan
Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal atau
terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral.
Sampai bebas kejang 7 hari.
Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral.
dosis terbagi dua atau tiga
Pada kecurigaan infeksi (meningitis)
Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (lebih
25,000/ mm3) atau lekopeni (kurang 5,000/mm3 dan
trombositopenia (< 150,000/mm3)
Gangguan metabolik
Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl),
Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala
Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk
memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat
perdarahan pada cairan serebrospinal.
Pemeriksaan kadar bilirubin total/ direk dan indirek meningkat,
pemeriksaan kadar bilirubin bebas (bila tersedia)
Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin,
bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi
tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam,
Antibiotik Cara Dosis dlm mg
ganti Ampisilin
Pemberian
dan beri Sefotaksim disamping
tetap beri Gentamisin. Antibiotika diberikan sampai
14 hari setelah ada perbaikan
Hari 1-7 (dosis lihatHari
tabel).
8+

Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 100 mg/kg setiap


jam 8jam

Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 12 50 mg/kg setiap 6


jam jam

Gentamisin IV, IM < 2 kg

4 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali


sehari

2 kg

5 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali


sehari
Gangguan metabolik
Diagnosis karena gangguan metabolisme
sangat sulit ditegakkan karena keterbatasan
fasilitas dan kemampuan pemeriksaan
penunjang di Puskesmas.
Tidak ada gejala klinis yang khas untuk
beberapa kejang metabolik, mis.
hiponatremia, hipernatremia dan
hipomagnesimia.
Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar
glukosa darah, lakukan manajemen
hipoglikemia
Gangguan metabolik

Dugaan diagnosis kejang


disebabkan oleh
hipokalsemia dapat
ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis berupa
karpopedal spasme dan
riwayat hipoksia atau
Spasme/ tetanus

Berikan Diazepam 10mg/kg


BB/ hari dengan drip selama
24 jam atau bolus IV tiap 3
jam, maksimum 40 mg/
kg/hari
Bila frekuensi napas kurang
30 kali per menit, hentikan
pemberian obat meskipun
Spasme/ tetanus
Beri bayi:
Human Tetanus Immunoglobin 500 IU IM, bila
tersedia, atau beri sepadanannya, antitoksin
tetanus 5,000 IU IM
Toksoid Tetanus IM pada tempat yg berbeda dg
tempat pemberian antitoksin
Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau IM dua
kali sehari selama tujuh hari
Anjurkan ibunya untuk mendapat Toksoid
Tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan
bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali
bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.
Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP
dan hidrosefalus diperlukan tindakan
TERAPI SUPORTIF

Menjaga patensi jalan napas dan


pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia otak yang berlanjut.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan
dosis rumat serta tunjangan nutrisi
adekuat
Mengurangi rangsang suara, cahaya
maupun tindakan invasif untuk
menghindari bangkitan kejang pada
penderita tetanus, pasang pipa
nasogastrik dan beri ASI peras diantara
spasme. Mulai dengan jumlah setengah
kebutuhan per hari dan pelan-pelan
dinaikkan jumlah ASI yang diberikan
HIPOGLIKEMIA & SKRINING

Hipoglikemia adalah penyakit yang sering dijumpai pada


neonates, belum ada definisi universal untuk hipoglikemia.
Hipoglikemia berhubungan dengan berbagai kondisi, contoh:
prematuritas, perkembangan janin terhambat intra uterin, ibu
hamil dengan diabetes.
Skrining hipoglikemia direkomendasikan pada bayi resiko tinggi.
Pemberian ASI merupakan terapi inisial pada bayi dengan
hipoglikemia tanpa gejala.
Sebaliknya hipoglikemia dengan gejala harus dengan infus
dekstrosa parental yang kontiniu
Normal kadar gula dipertahankan dengan glikogenolisis dan
gluconeogenesis dari berbagai sumber energi yang non
karbohidrat.
ALUR DAN BAGAN TATA LAKSANA
HIPOGLIKEMIA
WAKTU SKRINING

Dari kepustakaan belum ada kejelasan kapan waktu dan


interval yang optimal dalam memonitor kadar gula
darah.
Kadar gula darah terendah terlihat pada saat usia 2 jam,
bayi dengan ibu diabetes biasanya mengalami
hipoglikemia asimtomatik lebih awal yaitu 1-2 jam.
Waktu skrining dan frekuensi pemantauan kadar gula darah
INFEKSI NEONATAL
BATASAN
Merupakan sindroma klinis
dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan.
Bakteri, virus, jamur dan
protozoa dapat
menyebabkan sepsis pada
PRINSIP DASAR
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga
skrining sepsis dan pengelolaan terhadap faktor risiko perlu
dilakukan.
Mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur sehingga
memudahkan invasi mikroorganisme, sehingga infeksi mudah
menjadi berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu
beberapa jam atau beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan
yang tepat.
Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada
waktu persalinan (intranatal), atau setelah lahir dan selama periode
neonatal (pasca natal).
Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh janin. Infeksi yang didapat saat
persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau
dari cairan vagina, tinja, urin ibu. Semua infeksi yang terjadi setelah
lahir disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum:
Ibu demam sebelum dan selama persalinan
Ketuban Pecah Dini
Persalinan dengan tindakan
Timbul asfiksia pada saat lahir
BBLR
Terapi awal pada neonatus yang mengalami infeksi harus segera
MASALAH
Angka kematian sepsis
neonatorum cukup tinggi
(13-50% )
Masalah yang sering timbul
sebagai komplikasi sepsis
neonatorum: Meningitis,
kejang, hipotermia,
hiperbilirubinemia,
Langkah Promotif / Preventif

Mencegah dan mengobati ibu demam


dengan kecurigaan infeksi berat atau infeksi
intrauterin.
Mencegah dan pengobatan ibu dengan
ketuban pecah dini.
Perawatan antenatal yang baik dan
berkualitas
Mencegah persalinan prematur
Melakukan pertolongan persalinan yang
bersih dan aman
Mencegah asfiksia neonatorum
Melakukan resusitasi dengan benar
Melakukan tindakan pencegahan Infeksi
Melakukan identifikasi awal terhadap faktor
risiko sepsis dan pengelolaan yang efektif.
Anamnesis

Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam


dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban
pecah dini.
Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan,
lingkungan persalinan yang kurang higienis
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan,
berat lahir rendah.
Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur
mekonium
Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat
memberat
Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau
aktivitas berkurang atau iritabel /rewel, bayi malas
minum, demam tinggi atau hipotermi, gangguan
napas, kulit ikterus, sklerema atau skleredema,
kejang
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
Suhu tubuh tidak normal (hipotermi atau
hipertermi), letargi atau lunglai, mengantuk atau
aktivitas berkurang
Malas minum sebelumnya minum dengan baik.
Iritabel atau rewel,
Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
Gastrointestinal: Muntah, diare, perut kembung,
hepatomegali Tanda mulai muncul sesudah hari ke
empat.
Kulit: Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat, petekie,
ruam, sklerem, ikterik
Kardiopulmoner: Takipnu, gangguan napas,
takikardi, hipotensi
Neurologis: Iritabilitas, penurunan kesadaran,
kejang, ubun-ubun membonjol, kaku kuduk sesuai
INFEKSI NEONATORUM
KATEGORI A KATEGORI B
Kesulitan bernapas (mis. apnea, napas Tremor
lebih dari 60 kali per menit, retraksi Letargi atau lunglai
dinding dada, grunting pada waktu Mengantuk atau aktivitas
ekspirasi, sianosis sentral) berkurang
Kejang Iritabel atau rewel
Tidak sadar Muntah (menyokong ke arah
Suhu tubuh tidak normal, (tidak normal sepsis)
sejak lahir & tidak memberi respons Perut kembung (menyokong ke
terhadap terapi atau suhu tidak stabil arah sepsis)
sesudah pengukuran suhu normal
Tanda tanda mulai muncul sesudah
selama tiga kali atau lebih, menyokong
hari ke empat (menyokong ke arah
ke arah sepsis)
sepsis)
Persalinan di lingkungan yang kurang
Air ketuban bercampur mekonium
higienis (menyokong ke arah sepsis)
Malas minum sebelumnya minum
Kondisi memburuk secara cepat dan
dengan baik (menyokong ke arah
dramatis (menyokong kearah sepsis)
sepsis)
Pemeriksaan penunjang

Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya


jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau
penajaman klinis sangat diutamakan. Bila tersedia
fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
Pemeriksaan jumlah lekosit dan hitung jenis secara
serial untuk menilai perubahan akibat infeksi,
adanya lekositosis atau lekopeni, trombositopenia
Ditemukan kuman pada pemeriksaan pengecatan
Gram dari darah.
Gangguan metabolik
Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik.
Peningkatan kadar bilirubin
Dugaan sepsis
Jika tidak ditemukan riwayat infeksi intra
uteri, ditemukan satu kategori A dan satu
atau dua kategori B maka kelola untuk tanda
khususnya (mis. kejang). Lakukan
pemantauan.
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis,
maka dikelola sebagai kecurigaan besar
sepsis.
Kecurigaan besar sepsis
Pada bayi umur sampai dengan 3 hari
Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim,
demam dengan kecurigaan infeksi berat
atau (ketuban pecah dini) atau bayi
mempunyai 2 atau lebih Kategori A ,atau 3
atau lebih Kategori B
Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan
Kategori A atau tiga atau lebih temuan
Kategori B.
PENATALAKSANAAN
A. Antibiotik
Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin,
bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi
tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam,
ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap
beri Gentamisin.
Jika ditemukan organisme penyebab infeksi,
digunakan antibiotik sesuai uji kepekaan kuman.
Antibiotika diberikan sampai 7 hari setelah ada
perbaikan (dosis lihat tabel).
Pada sepsis dengan meningitis, pemberian
antibiotik sesuai pengobatan meningitis
B. Respirasi
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian
oksigen untuk mencegah hipoksia. Pada
kasus tertentu membutuhkan ventilator
mekanik.
C. Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan
dosis rumat serta pemantauan tensi dan
perfusi jaringan untuk cegah syok.
Antibiotik Cara Dosis dalam mg
Pemberia
n
Hari 1-7 Hari 8+
Ampisilin IV, IM 50 mg/kg setiap 50mg/kg setiap
12 jam 8jam
Ampisilin IV 100mg/kg setiap 100 mg/kg setiap
untuk 12 jam 8jam
meningitis
Sefotaksim IV, IM 50mg/kg setiap 50 mg/kg setiap 8
12 jam jam
Sefotaksim IV 50mg/kg setiap 6 50 mg/kg setiap 6
untuk jam jam
meningitis
Gentamisin IV, IM < 2 kg
4mg/kg sekali 3.5mg/kg setiap
sehari 12 jam
2 kg
5mg/kg sekali 3.5mg/kg setiap
sehari 12 jam
RUJUKAN
Persiapkan untuk merujuk bayi yang
menderita infeksi neonatal dengan
komplikasi, setelah keadaan stabil.
Pengelolan bersama dengan sub bagian
neurologi anak, pediatri sosial, bagian
mata, bedah syaraf dan rehabilitasi
medik.
RUJUKAN
PRINSIP DASAR
Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah
Rujukan Antepartum
(rujukan pada saat janin masih ada dalam kandungan ibu).
Tidak semua keadaan dapat terdiagnosis secara dini, sehingga
rujukan dini dapat dilakukan.
Bila terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan
harus segera di terminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas
yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu
maupun bayi
Perubahan keadaan dan penyakit pada bayi baru lahir
demikian cepatnya, untuk itu dibutuhkan tata laksana
segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan
terdekat (sistem regionalisasi Rujukan Perinatal).
PRINSIP DASAR
Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap,
yakinkan bahwa bayi akan mendapatkan
keuntungan atau nilai positip dibanding bila hanya
tetap dirawat di tempat asalnya.
Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus
dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya
sudah dikelola lebih dulu
Perlu melibatkan orang tua atau keluarga dalam
mengambil keputusan untuk merujuk dan jelaskan
kenapa bayi harus dirujuk
Keadaan yang memerlukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap:

Gangguan napas sedang dan berat, apapun


penyebabnya
Asfiksia yang tidak memberi respons pada
tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10 menit
pertama
Kasus bedah neonatus
BBLR < 1,750 g
BBLR 1,750-2,000 g dengan kejang, gangguan
napas, gangguan pemberian minum
Bayi hipotermi berat
Keadaan yang memerlukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap:

Ikterus yang tidak memberikan respons dengan


fototerapi
Kemungkinan penyakit jantung bawaan
Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia
simtomatik
Kejang yang tidak teratasi
Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat /
dengan komplikasi
Penyakit hemolisis
Tersangka renjatan yang tidak memberi respons
baik
Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
SISTEM RUJUKAN & TRANSPORTASI

Perhatikan regionalisasi Rujukan Perinatal dalam


menentukan tujuan rujukan, sehingga dapat
merujuk dengan cepat, aman dan benar
Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang
perlu dirujuk sesuai dengan besaran risiko, jarak
dan faktor lainnya
Memberi informasi kesehatan dan prognosis
bayinya dan melibatkan orangtua atau keluarga
dalam mengambil keputusan untuk merujuk
SISTEM RUJUKAN & TRANSPORTASI

Melengkapi syarat- syarat rujukan (persetujuan


tindakan, surat rujukan, catatan medis).
Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu.
Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga
kehangatan bayi dan ruangan dalam kendaraan
yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan
napas tetap bersih dan terbuka selama transportasi.
Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.
Harus disertai dengan tenaga yang terampil
melakukan Resusitasi
Data dasar yang harus
diinformasikan:
Identitas bayi dan tanggal lahir
Identitas orang tua
Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya,
tindakan resusitasi yang dilakukan.
Obat yang dikonsumsi oleh ibu
Nilai Apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila
tidak tersedia waktu karena melakukan tindakan
resusitasi aktif)
Masa Gestasi dan berat lahir.
Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernapasan,
warna kulit dan aktif/tidak nya bayi)
Tindakan/prosedur klinik dan terapi lain yang
sudah diberikan
Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang
ada (glukosa, elektrolit, dan lain-lain)
Syarat untuk melakukan
transportasi
Bayi dalam keadaan stabil
Bayi harus dalam keadaan hangat
Kendaraan pengangkut juga harus dalam
keadaan hangat
Didampingi oleh tenaga kesehatan yang
terampil melakukan tindakan resusitasi,
minimal ventilasi
Tersedia peralatan dan obat yang
dibutuhkan
Bayi dalam keadaan stabil,
bila:
Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat.
Kulit dan bibir kemerahan
Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
Suhu aksiler 36.5-37 C (97.7-98.6 F)
Masalah metabolik terkoreksi
Masalah spesifik penderita sudah dilakukan
manajemen awal
Pemantauan (Monitoring)

Tumbuh Kembang
Komplikasi yang sering
terjadi pada penderita
dengan kegawatan dapat
akibatkan gangguan
tumbuh kembang, mis.
gejala sisa neurologis
berupa retardasi mental,
BAYI RISIKO TINGGI

Semua bayi dengan riwayat


kegawatan perinatal adalah
bayi berisiko tinggi untuk
mengalami gangguan
tumbuh kembang
Ilustrasi Kasus

By. Laki-laki, BB : 2600 gram. UG : 40. UB : 6 hari.


Datang dengan KU sesak napas.
Anamnesis : Bayi lahir dari ibu G2P2A0. Diketahui
memiliki riwayat KPD, febris, dan hipertensi,
dirujuk ke RS dan disarankan untuk SC.
Pemeriksaan Fisik : Keluhan utama letargi, tampak
sesak, HR : 160 x/menit, RR : 80 x/menit, Suhu :
36,7 oC, retraksi suprasternal (+), retraksi
substernal (+), saturasi O2 : 85% tanpa oksigen,
saturasi O2 : 95% dengan oksigen.
Ilustrasi Kasus

Terapi :
O2 lembab L/m/nasal
Pasang OGT
Antibiotik IV :
Cefotaxime
Gentamisin
Puasa (direncanakan)
Menentukan TPN
Perhitungan TPN
KCT : 150 x 2,6 = 390 cc 16
gtt/jam
Minum : Puasa
Sisa : -
NaCl : 2,6 x 2 x 1 = 10,4 cc
KCl : 2,6 x 1 x 3 = 7,8 cc
CaGlu : 4 cc
As : 3 x 2,6 / 0,06 = 130 cc
Perhitugan TPN
KH : 390 10,4 7,8 4 130 =
237,8
D% : 10 x 6 x 2,6 / 16 = 9,75
D40 : 3900 2318,5 / 30 = 52,7 cc
D10 : 237,8 52,7= 185,1 cc

As : 3
GIR : 10
D% : 9,75
Perhitungan TPN
D10 : 185,1
D40 : 52,7
NaCl : 10,4 16 gtt/24 jam
KCl : 7,8
CaGlu : 4
As : 130
Ilustrasi Kasus

Pemantauan ke-1 :
Keluhan utama tampak letargi, HR : 180 x/menit
kecil dan lemah, T : 36,4 oC, RR : 78 x/menit,
saturasi O2 : 90%, akral teraba dingin, kesan syok.
Terapi :
O2 lembab L/m/nasal
Bolus NaCl 0,9% 2,6 cc (10 cc/kgBB) dalam jam
Observasi TTV
Pemantauan ke-2 :
Masih syok Dopamin 30xBB/sediaan (20 atau 40
mg)
Pemantauan selanjutnya : syok teratasi.
Ilustrasi Kasus

Pemantauan ke-3 :
KU : Kejang. HR :154 x/menit, RR : 70 x/menit, T :
36,6 oC, saturasi O2 : 93%. Cek GDS dengan
dextrose stick : 40 mg/dL (hipoglikemik).
Terapi :
Bolus D10 2cc/kgBB
Phenobarbital loading dose 20 mg/kgBB Lanjut
maintenance 2 x 3 gram/kgBB
Cek GDS 1 jam setelahnya
Ilustrasi Kasus

Pemantauan ke-4 :
KU : letargis, HR : 152 x/menit, RR : 70 x/menit, T :
36,5 oC, satrasi O2 : 95%, GDS : 65 mg/dL.
Terapi : Dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai