Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK VII

LUTVI DWI PUTRA E10015136


CHANDRA OKTO E10015124
SITI FATIMAH E10015156
ENVO KAVID M E10015177
DEFFRY ALDO ANUGRAH E10015139
MUSTAKIM E10015104
MILK LET DOWN
(PROSES PENURUNAN SUSU)
Proses pengeluaran susu diawali oleh proses laktogenesis
atau sekresi susu berawal dari konsentrasi hormon ekstrogen
dan progesteron yang dipertahankan terutama oleh ovari dan
plasenta selama kebuntingan merangsang perkembangan
kelenjar mammae terutama ketika mendekati akhir
kebuntingan secara bersamaan menghambat
laktogenesis.setelah proses laktogenesis mulailah proses
pemerahan susu
Proses pengeluaran susu merupakan suatu refleks sistematik
Menurut Frandson (1992), proses pengeluaran susu diawali
oleh proses laktogenesis (sekresi susu). Bermula dari
konsentrasi hormon estrogen dan progesteron, yang
dipertahankan terutama oleh ovari dan plasenta selama
kebuntingan, merangsan perkembangan kelenjar mammae,
terutama ketika mendekati akhir masa kebuntingan,
sementara pada saat yang bersamaan menghambat
laktogenesis. Namun, ketika konsentrasi tersebut berubah
pada waktu kelahiran (atau setelah ovariectomi atau
pembuangan uterus bunting, yang kemudian menyebabkan
involusi corpus luteum), terjadilah Laktogenesis. Setelah
peritiwa laktogenesis, mulailah proses penurunan susu

Pengeluaran susu merupakan suatu refleks sistematik dimana sisi


averen terdiri dari saraf-saraf sensoris dari kelenjar mammae
terutama nipel atau putting. Saraf-saraf ini menghantarkan impuls
yang mencapai hipotalamus dan memulai pelepasan hormon
nurofypoviseal melalui tractus hipotalamicopiyuitary. Penghisapan
putting oleh calv (pedet) merupakan stimulus yang umum untuk
refleks pengeluaran susu. Respons tersebut relatif lambat
dibandingkan dengan refleks saraf yang biasa karena waktu yang
diperlukan bagi hormon untuk bergerak dari neurohipofisis ke
kelenjar mammae, adalah melalu aliran darah
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PRODUKSI
FAKTOR AIR SUSU
DALAM (INTERNAL)

1. BANGSA (BREEDS).
Pada bangsa ternak digolongkan kedalam dua bagian yakni
ternak bangsa besar dan bangsa kecil.
a). Bangsa besar (large breeds)
Pada bangsa ternak besar peroduksi susu dan produksi
lemak meningkat dan lain halnya dengan kadar lemak
umumnya menurun.
Contoh ternak besar antara lain :
Friesien Holstein
-Brown Swiss
b). Bangsa kecil (small breeds)
Pada bangsa ternak kecil produksi susu dan produksi lemak
menurun dan lain halnya dengan kadar lemak umumnya
meningkat.
2. FAKTOR INDIVIDU.
Bila bangsa sama seperti sapi FH,kelompok sama
pada saat sapi berumur 2 tahun dan berat badan
berbeda, cenderung akan memperoduksi susu
yang berbeda.
. GENETIK
3.

Tiap bangsa sapi mempunyai sifat tertentu yang
menyebabkan produksi dan komposisi susu.. Lemak
susu adalah bagian yang paling sering berbeda
namun kandungan mineral dan laktosa jarang
berbeda. prekuensi gena mengakibatkan perbedaan
genetic bangsa-bangsa sapi. Gen mengatur kualitas
dan kuantitas produksi susu. Akan tetapi perbedaan
genetic antarindividu sapi dalam satu bangsa lebih
besar daripada perbedaan antarbangsa sapi.
Sebagai contoh, ada sapi FH yang menghasilkansusu
4. FAKTOR UMUR

Produksi susu pada sapi perah terus


meningkat pada umur 8 tahun dengan
rata-rata peningkatan semakin
berkurang sesuai dg bangsanya.Setelah
umur 8 hari produksi susu menurun
lebih dari peningkatannya sebelum
umur tersebut. Sapi dewasa
memproduksi susu 25% saat sapi
mencapai umur 2 tahun.Setelah umur 6
tahun, kadar lemak susu juga menurun
secara perlahan-lahan dalam
persentase produksi susu tertinggi,
yaitu 100 yang dicapai pada waktu sapi
5. FAKTOR LAMA LAKTASI/MASA LAKTASI.
Produksi susu maksimal akan tercapai pada minggu ke 3 6
setelah beranak. Penurunan produksi susu pada akhir ke 4
sesudah beranak lebih cepat dari pada sebelumnya. Ada
sapi yg mempunyai kemampuan/kesanggupan
mempertahankan produksi tertinggi dalam 1 masa laktasi
relatif lama, dsb sapi yang persistensinya tinggi.
6. KEBUNTINGAN (GESTATION)
Kebuntingan sedikit pengaruhnya terhadap produksi susu
sampai dengan kebuntingan pada bulan ke 5. Mulai bl ke 5
.
produksi susu mulai menurun lebih cepat dari pada sapi yang
tidak bunting dikarenakan keseimbangan hormonnya berubah
oleh energi yang dibutuhkan oleh fetus/janin pada saat itu
kurang lebih sama dengan pembentukan susu sebanyak 400
600 lb. Agar sapi mengorbankan berat badanya untuk
mempertahankan produksi susu, maka kebutuhan
pokok/maintenance pakan sapi perah laktasi yang sedang
bunting lebih dari 2 bulan harus ditambah (NRC, 1978)
7. FAKTOR SIKLUS EXTRUS.
Siklus estrus mempunyai pengaruh kecil terhadap produksi
susu, kecuali pada saat berlangsungnya birahi (heat).
Selama birahi, produksi susu dan persentase lemak susu
menurunan cukup berarti, karena erat hubungannya dengan
menurunnya nafsu makan, konsumsi pakan menurun,
mempengaruhi produksi susu dan lemak susunya. Produksi
susu akan normal kembali setelah masa birahi berakhir.
8. HORMONAL

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap produksi


susu :

a. Hormon Lactogen (kelenjar pituitaria


b. Hormon Adrenalin (kelenjar Adrenalis)
c. Hormon Tiroksin (kelenjar thyroid)
d. Hormon Oxytocin (kljr pituitaria bag belakang)

.
9. TINGKAT LAKTASI
Variasi terbesar komposisi susu terjadi pada kadar lemak.
Kolostrum mengandung kadar lemak tertinggi. Perubahan
komposisi berlangsung setelah 5 hari. Kandungan lemak
susu terus menurunsampai 3 4 bulan laktasi kemudian
relative konstan setealah itu. Kadar lemak susu sedikit
meningkat pada akhir laktasi. Produksi susu dimulai
dengan jumlah relative tinggi dan terus meningkat hingga
2 3 bulan laktasi. Setelah itu,produksi susu menurun
perlahan. Lemak susu dan bahan kering tanpa lemak
menurun sebanyak 0,2 0,4 % antara laktasi kesatu dan
kelima. Ilustrasi 3 memperlihatkan keadaan produksi susu
sapi setelah beranak hingga dikeringkan. Estrus
mengakibatkan produksi susudan lemak berfluktuasi
terutama pada hari ovulasi. Estrus sering menyebabkan
10. UKURAN
hasil susu TUBUH tinggi menurun. Sapi yang
sapiproduksi
Bangsa sapi tinggisering
berproduksi besar menghasilkan susu lebih
pula menunda banyak
estrusnya.
dibandingkan bangsa sapi kecil. Pertambahan berat badan
meningkatkan produksi susu secara proporsional sebesar
70% dari jumlah pertambahan berat badan .
11. PERSISTENSI PRODUKSI
Produksi susu merupakan perkembangan dari laktasi. Produksi
susu tiap bulan sekitar 90 persen dari bulan sebelumnya.
Peneliti lain menyatakan persistensi berkisar 94 96%. Sapi
tidak bunting terus menghasilkan susu dengan jumlah
terbatas.
FAKTOR LUAR (EKSTERNAL)
1. MUSIM (SUHU + RH)
Sapi yang beranak pada musim gugur/dingin produksi susu
dan kadar lemak susunya meningkat pada sapi yang
beranak pada musim panas.sapi yang beranak pada musim
rontok/gugur produksinya lebih banyak. Sapi yang beranak
pd musim musim semi /panas produksi susu lebih sedikit
dan kadar lemak susu rendah.
2. FAKTOR FREKUENSI PEMERAHAN
sapi perah yang berproduksi tinggi bila diperah 3/4 x/hr
produksi susunya lebih dari 20% dibandingkan dengan
pemerahan 2x/hr. sapi perah yang produksi rendah, kenaikkan
produksi susu sebagai akibat dari peningkatan frekuensi
pemerahan sangatlah kecil.
Umumnya sapi diperah 3 x/hr pada saat produksi susunya
tertinggi yaitu 60 90 hari setelah beranak.Pada periode
berikutnya sapi diperah 2 kali saja dalam sehari. Peningkatan
frekuensi pemerahan menjadi 3 x/hr produksi susu naik 10
3. FAKTOR KECEPATAN PEMERAHAN
25% ,Pemerahan 4x/hr akan memberikan tambahan lagi 5
Pemancaran susu (milk let down) dikontrol oleh hormon
15%.
oxytosinyang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria. Penggunaan
hormone ini sangat singkat dan hanya bersifat sementara yaitu
5 8 menit.
Oxtosin dalam darah akan menyebabkan kontraksi sel-sel
miyoepithel yang menyusun dinding alveoli.
.
4. PERGANTIAN PEMERAH
.
Faktor Pergantian pemerah.
.
Pada sapi perah lebih suka diperah secara teratur oleh
pemerah yang sama. Kalau terjadi pergantian pemerah dapat
menyebabkan stress, karena setiap pemerah mempunyai
perabaan yang berbeda.
Selanjutnya jika pemerah dilakukan dengan mesin, maka
pemerah dapat dilakukan dengan bekerja tanpa
menyebabkan
5. PAKAN sapi menjadi takut yang menyebabkan ternak
stress.
6. OBAT OBATAN
7. PENYAKIT
Faktor penyakit.
Penyakit pada ternak mempunyai pengaruh yang sangat nmerugikan.
pada sapi perah, penyakit seperti mastitis, ketosis, milk fever, dan
ganguan pencernaan mempengaruhi produksi susu dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Bahwa untuk melalukan hal ini maka kita harus
melakukan pencegahan.
Penyakit mempengaruhi komposisi dan jumlah produksi susu. Penyakit
mastitis menyebabkan jumlah produksi susu maupun komposisi susu
menurun.California Mastitis Test (CMT) membandingkan salah satu
quarter ambing yang menghasilkan air susu yang tidak normal dengan
quarter yang berlawanan pada sapi yang sama yang mempunyai hasil
CMT yang negatif. Susu sapi yang terkena infeksi mastitis mempunyai
kandungan lactose dan potassium yang lebih rendah dan sodium; chlor
yang lebih tinggi dari sapi yang sehat. Selama sapi terinfeksi mastitis,
kandungan globulin susu, kandungan serum albumin dan protease juga
ada peningkatan. Sedangkan kandungan kaseinnya menurun.
8. FAKTOR INTERVAL
Waite dan Blakcburn (74) susu yang mempunya bakteri lebih dari
1000.000/ml akan menyebabkan produksi dan komposisi susunya
menurun.
9. FAKTOR PEMBERIAN AIR

Jumlah air minum yang diberikan juga dapat mempengaruhi


jumlah produksi susu. Oleh karena itu pemberian air minum
penting dalam peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan lebih
dari 85% bagian dari susu terdiri dari air dan 50% dari badan sapi
perah juga terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung
pada produksi susu, suhu lingkungan dan bentuk makanan yang
diberikan (seperti hijauan segar dengan hijauan kering).
Kebutuhan air minum untuk seekor sapi sebesar 3,6 4,0 liter per
hari untuk setiap liter susu yang dihasilkannya. Oleh karena itu
setiap hari seekor sapi perah membutuhkan air minum minimal
sebanyak 37-45 liter. Jumlah ini akan bertambah bila suhu udara
diatas 280C.
10. FAKTOR LAMA PENGERINGAN
Lama kering merupakan suatu periode ketika sel-sel ambing
tidak mensekresikan air susu diantara dua periode laktasi .
Periode tersebut esensial untuk memberi kesempatan sel-sel
ephitel ambing beregresi, proliferasi dan diferensiasi yang
memungkinkan stimulasi produksi susu secara maksimal
(CMuco et al., JARAK
11. FAKTOR 1997) BERANAK (CALVING INTERVAL PADA SAPI )
Days Open/Calving Interval/Jarak Beranak adalah jumlah
hari/bulan antara kelahiran yang satu dengan kelahiran
berikutnya. Panjang pendeknya selang beranak merupakan
pencerminan dari fertilitas ternak, selang beranak dapat diukur
dengan masa laktasi ditambah masa kering atau waktu kosong
ditambah masa kebuntingan. Selang beranak yang lebih
pendek menyebabkan produksi susu perhari menjadi lebih
tinggi dan jumlah anak yang dilahirkan pada periode produktif
menjadi lebih banyak, selang beranak yang ideal pada sapi
perah adalah 12 bulan termasuk selang antara beranak dengan
perkawinan pertama setelah beranak (Sudono, 1983).
12. FAKTOR KONDISI SAAT BERANAK /KEADAAN SAAT BERANAK
Sapi kurus pada saat beranak akanmenghasilkan susu lebih
sedikit daripada sapi gemuk. Sapi terlalu gemukpun dapat
menuruknan produksi susu saat beranak. Sapi dengan kondisi
tubuh baik memproduksi susu 25% lebih banyak dibanding sapi
kurus saat beranak.

13. FAKTOR PERAWATAN & PERLAKUAN

Perlakuan yang diberikan pada pengkajian ini berupa


perbaikan tatalaksana pemeliharaan yang berkaitan dengan
kesehatan dan hygienes susu. Hasilnya di-bandingkan dengan
peternak lainnya (sebagai kontrol) yang tidak diberikan
perbaikan/ perlakuan. Komponen perlakuan/perbaikan
tatalaksana pemeliharaan ini meliputi; kebersihan kandang,
kebersihan sapi selama pemeliharaan, penanganan kebersihan
ambing sebelum dan sesudah pemerahan, kebersihan alat-alat
pemerahan (termasuk untuk penanganan dan penampungan
susu), kontrol parasit (cacing, kutu) dan kontrol (pencegahan)
terhadap kejadian mastitis dengan menggunakan teknik celup
puting setiap setelah pemerahan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai