Anda di halaman 1dari 22

Journal Reading

Kriteria Memasukan Pasien Ke


Intensive Care Unit (ICU) dan Tingkat
Kematian Terkait
Dipaparkan Oleh: Theofilio Leunufna (112015267)

Pembimbing: dr. Agustinus Juhardi, Sp. An, MSc


Latar Belakang
Kriteria masuknya pasien ke ICU
dibutuhkan karena banyaknya kebutuhan
pasien dan terbatasnya tempat yang
tersedia. Oleh karena itu SCCM
mengembangkan kriteria untuk masuk
ICU, dengan mempertimbangkan proses
triase dan pasien mana yang lebih
mendapatkan keuntungan dari Intensive
Care.
Abstrak
Tujuan
Mengevaluasi kriteria yang digunakan
dalam praktek klinis untuk triase pasien
yang akan masuk ICU.
Metode
Studi kohort prospektif di RS tersier di
Brazil.
Kriteria Inklusi
Pasien usia > 18 tahun yang memerlukan
tempat di ICU
Pasien berasal dari kasus klinis (emergensi),
kasus bedah, kasus bedah dengan komplikasi
klinik.
Pasien dibagi menjadi 4 prioritas;
Grup 1:
Pasien yang tidak stabil dan memerlukan
pengobatan intensif dan monitoring yang
dapat pulih dengan signifikan.
Grup 2
Pasien yang stabil dan memerlukan
monitoring intensif karena kemungkinan
terjadi dekompensasi
Grup 3
Pasien yang tidak stabil dan memiliki
kemungkinan untuk pulih yang kecil
karena keparahan dari penyakit akut
atau karena komorbiditasnya.
Grup 4
Pasien yang tidak memiliki keuntungan
sama sekali dari perawatan di ICU.
Hasil Penelitian
359 pasien pada penelitian ini. Usia rata-rata adalah 66 (53,2-
75) tahun, dan 52,6% adalah perempuan.
Syok septik, diagnosis paling umum di prioritas 3 dan 4
kelompok (25,9% dan 21,2%).
Usia, asal pasien (merujuk darimana) serta prioritas 1, 3
dan 4 adalah faktor-faktor yang menentukan apakah
akan dimasukkan ke ICU atau tidak (p 0,05).
Kematian di rumah sakit lebih banyak pada pasien yang
ditolak dirawat di ICU.
Perbandingan
antara pasien
prioritas 1 dan 2
yang menerima
manfaat lebih besar
saat masuk ICU
daripada prioritas 3
dan 4 pasien.
Kurva Kaplan Meier;
kelangsungan hidup
pasien prioritas 1
dan 2 lebih besar
dari kelangsungan
hidup pasien
prioritas 3 dan 4.
Pembahasan
Berdasarkan kriteria untuk indikasi pasien,
dokter yang bertugas saat jadwal jaga memilih
prioritas 1 dan 2 karena mereka (pasien)
mendapatkan manfaat yang lebih dari
perawatan di ICU.
Pada studi kasus ini, pasien yang
diklasifikasikan dalam prioritas 3 dan 4 adalah
pasien dengan usia tua mempunyai penyakit
komorbiditas yang lain serta prognosis dan
fungsi organ yang buruk.
Lanjutan
Nevertheless, Brett et al mengatakan pasien
tanpa kriteria klinis tertentu yang beresiko tinggi
tidak akan memerlukan perawatan ICU,
meskipun demikian 70% dari mereka dirawat di
ICU untuk observasi.
Kriteria spesifik yang disebut subtantial
benefit.
Nilai prognostik (APACHE II dan MODS) tidak
selalu merupakan metode yang tepat untuk
menentukan outcome pasien
Lanjutan
Goldhill et al lamanya waktu di RS sebelum
masuk ke ICU merupakan prediktor mortalitas
yang independen.
Penelitian pada 5 RS di Israel, didapatkan
outcome yang lebih baik pada pasien yang
dirawat di ICU 3 hari pertama setelah
memburuknya status klinis.
Selain usia, status klinis dan beratnya penyakit
akut juga baik digunakan untuk memprediksi
mortalitas.
Kesimpulan

Usia, adanya penyakit komorbiditas, prognostik


dan skor disfungsi organ pada prioritas 3 dan 4
terkait dengan penolakan masuk ICU. Pasien
menolak masuk ke ICU memiliki tingkat
kematian yang lebih tinggi dan mortalitas tetap
tinggi di antara prioritas 3 dan 4 bahkan ketika
mereka dirawat di ICU.
Oleh karena itu, kriteria objektif berdasarkan
tingkat prioritas tampaknya efektif untuk triase
pasien sebelum masuk ICU.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai