HIV/AIDS
Rabu, 22 Des 12
RSUD BANGIL
Oleh :
I Putu Yupindra P
Alifia Rifki Rimanda
Amalia Puri Handayani
Annisa Zahra Mufida
Jofan Viradella S.P
Latar Belakang
Kasus AIDS menunjukkan trend
peningkatan yang terus-menerus
Tingginya stigma masyarakat terhadap
penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak
perlakuan diskriminatif
Perlu deteksi dini untuk mengetahui status
seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum
melalui konseling dan testing HIV/AIDS
suka rela, bukan dipaksa atau diwajibkan
Tujuan
Mengetahui situasi HIV/ AIDS di
Indonesia
Mengetahui layanan konseling dan
tes HIV (VCT)
Mengetahui aspek etika dan hukum
pengelolaan informasi HIV/ AIDS
HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah virus yang menyerang
kekebalan tubuh manusia.
Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang
disertai oleh infeksi HIV.
Cara Penularan HIV/AIDS
1. Hubungan seks tidak aman
2. Melalui Darah yang Tercemar HIV
3. Melalui Ibu kepada Anaknya
Kelompok berisiko tinggi
hubungan seks yang tidak aman
di dalam dan di luar nikah dengan
pasangan yang berganti-ganti
menerima transfusi darah yang
terinfeksi
memakai jarum suntik secara
bersama-sama secara bergiliran dan
bergantian.
Klinis HIV/AIDS
Global Programme on AIDS dari WHO tahun 2000 :
Tingkat klinik I (Asimptomatik)
Pembesaran kgb, aktivitas normal
Tingkat klinik II (Dini)
Penurunan berat badan kurang dari 10%, kelainan
mulut dan kulit yang ringan dan infeksi saluran
pernafasan tetapi aktivitas tetap normal.
Tingkat klinis III (Menengah)
Diare kronik dan panas lebih dari 1 bulan,
candidiasis kronis, dll.
Tingkat klinik IV (Lanjutan)
disertai penyakit kronis lain
Psikologis pasien HIV/AIDS
1. Denial
2. Anger
3. Bargaining
4. Depression
5. Acceptance
Definisi VCT
Konseling yang menyediakan dukungan
psikologis, informasi dan pengetahuan
HIV/AIDS, mencegah penularan HIV,
mempromosikan perubahan perilaku
yang bertanggungjawab, pengobatan
antiretroviral (ARV) dan memastikan
pemecahan berbagai masalah terkait
dengan HIV/AIDS yang bertujuan untuk
perubahan perilaku ke arah perilaku lebih
sehat dan lebih aman.
Prinsip VCT
Sukarela dalam melaksanakan
testing HIV
Saling mempercayai dan terjaminnya
konfidensialitas
Mempertahankan hubungan relasi
konselor dan klien yang efektif.
Testing merupakan salah satu
komponen dari VCT
Model layanan VCT
Mobile VCT (Penjangkauan dan
keliling)
Statis VCT (Klinik VCT tetap)
Tahapan layanan VCT
Pre test counseling
HIV testing
Post test counseling
Pre test counseling
Di masyarakat
Klien menerima informasi dan memutuskan
untuk pergi ke klinik VCT
Di klinik VCT
Klien diberi informasi mengenai prosedur termasuk
pilihan untuk menunggu selama 2 jam dan menerima
hasil tes pada hari yang sama
Klien diajak berdiskusi mengenai keyakinan menjalani
tes
Klien menerima informasi tentang HIV/AIDS
Adanya biaya yang dikeluarkan
Klien terdaftar tanpa nama/rahasia
Pre test counseling
Pada beberapa setting (misalnya
penyuluhan kesehatan)
Konselor memberikan penyuluhan
informasi umum tentang HIV/AIDS,
VCT dan Mother to child transmission
(MTCT)
Pre test counseling
Jika klien banyak :
Konselor melakukan pre tes secara berkelompok
bagi yang membutuhkan VCT. Syarat untuk pre-
tes kelompok :
Pernyataan kesediaan untuk menjalani tes
kelompok.
Kerahasiaan terjaga.
Tidak lebih dari 6 orang per kelompok.
Bila mungkin, anggota kelompok pada usia dan jenis
kelamin yang sama.
Diberikan informasi pre-tes yang sama seperti
konseling pada individu
Lengkapi data VCT pada setiap anggota kelompok.
Pre test counseling
Jika klien sedikit :
Konselor melakukan pre tes secara individu
bagi yang membutuhkan VCT
Syarat untuk pre-tes :
Informasi dasar mengenai infeksi HIV dan AIDS.
Arti tes HIV termasuk window period
Prosedur tes dan kebijakan dalam menyampaikan
hasil tes.
Pre-test counseling termasuk penilaian resiko
individu dan rencana pengurangan resiko.
Formulir VCT
Pre test counseling
Mendapatkan inform consent jika klien memutuskan
untuk melakukan tes HIV
Pengambilan sampel