Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI KASUS

PNEUMONIA
PEMBIMBING:
dr. Tjatur Kuat Sagoro, SpA

DISUSUN OLEH:
Mohamad Ali Hardityan Febrianto
1420221171

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUP PERSAHABATAN
Identitas Pasien
Nama : An. MFJ
Tgl Lahir/Usia : 13 November 2002 ,13
tahun 11 bulan
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Cipinang Jagal Jakarta Timur
No RM : 02-27-19-71
Masuk bangsal : 27 Oktober 2016, pukul
02:17
Ruang rawat : Bougenville Atas
Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 27 Oktober 2016
pukul 07.00 dengan Ibu pasien di Bougenville
Atas

Keluhan Utama
Batuk Berdahak sejak 7 hari yang lalu

Keluhan Tambahan
Demam , mual muntah, nyeri dada saat batuk,
badan terasa lemas
Riwayat Penyakit Sekarang

1. Pasien mengaku awalnya mengalami batuk


dimulai sekitar 2 minggu yang lalu.
2. Batuk pada awalnya masih kering, pasien
belum mengalami demam, tidak diikuti oleh
sesak nafas.
3. Semakin hari batuk mengalami progresitas,
dalam 1 minggu terakhir batuk nya menjadi
berdahak ,dahak dikatakan pasien berwarna
bening kekuningan, frekuensi batuk menjadi
lebih sering.
4. Seiring dengan progresifitas perkembangan
batuk nya, pasien mulai mengalami sesak,
sesak dirasakan mengganggu bagi pasien,
dada juga terasa nyeri apabila pasien batuk,
pasien juga mengeluh mual dan muntah, serta
badan pasien terasa lemas.

5. Pasien akhirnya dibawa ke IGD RSUP


Persahabatan akibat batuk dan sesak yang
dialami nya, pasien diberikan Uap, obat
penurun panas, dan obat batuk, setelah
kondisi pasien cukup membaik, pasien
diperbolehkan pulang, dan diberikan instruksi
untuk datang kembali ke IGD jika perburukan
gejala kembali terjadi.
6. Esoknya pasien kembali mengalami batuk
berdarahak yang disertai oleh rasa sesak yang
mengganggu, akhirnya pasien dibawa kembali
ke IGD RSUP Persahabatan, dan pasien
akhirnya di rawat inapkan di bangsal
Bougenville Bawah RSUP Persahabatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Asma : Disangkal
TB : Disangkal
Campak : Disangkal
Kejang : Disangkal
Kejang tanpa Demam : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Paman pasien yang tinggal serumah dengan pasien
pernah didiagnosis Tuberkulosis seingat ibu pasien
sekitar setahun yang lalu, dan telah menjalani
pengobatan rutin selama 6 bulan dan telah
dinyatakan sembuh oleh dokter Puskemas tempat
dia berobat berdasarkan pemeriksan dahak terakhir.
Selain itu tidak ada keluarga pasien yang memiliki
gejala berkaitan dengan pasien.

Riwayat Sosial dan Lingkungan


Pasien tinggal di rumah dengan sanitasi dan
kebersihan yang cukup baik, ventilasi pada rumah
nya juga dikatakan baik sehingga pencahayaan
matahari di rumah pasien juga dikatakan baik.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Kehamilan : Ibu pasien (P4A0) rutin kontrol ANC.
Vitamin (+), TT (+), muntah berlebihan (-), Riwayat
hipertensi (-), perdarahan (-)
Persalinan : Lahir spontan ditolong bidan. Usia
Kehamilan 38 minggu, langsung menangis, gerak aktif,
Berat Lahir = 3600 gram, Panjang Badan = 51 cm

Riwayat Makanan
0 6 Bulan : ASI
6 9 Bulan : ASI + makanan lunak
9 12 Bulan : ASI + makanan lunak seperti nasi tim
3x sehari , telur, ayam
Kesan: nutrisi cukup
Umur Vaksin

Hepatitis B Saat Lahir, 1 Bulan, 6 Bulan

Polio Ibu pasien lupa bulan2 nya, namun


dikatakan sudah mendapatkan imunisasi
polio lengkap 5x

BCG Ibu pasien lupa bulan pemberiannya,


namun dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi BCG
DTP Ibu pasien lupa bulan pemberiannya,
namun dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi DTP
Campak Ibu pasien lupa bulan pemberiannya,
namun dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi BCG
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :Tenang, Tampak sakit sedang

Kesadaran
:compos mentis
Nadi:90 kali/menit, reguler, kuat, isi cukup

Respirasi :36 kali/menit

Suhu :38,1 C

Berat badan :39 kg

Tinggi Badan :150 cm

Status gizi (berdasarkan kurva NCHS)

BB/U :39/45 x 100% = 86%

TB/U :150/155 x 100% = 96% = gizi baik

BB/TB:39/41x100% = 95% = gizi baik

Kesimpulan :gizi baik

Kepala : normocephal, deformitas (-), ubun-


ubun besar menutup
Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikteris -/-,
palpebra cekung -/-, pupil isokor 2 mm/2 mm,
refleks cahaya +/+
Hidung : sekret -/-, pernafasan cuping
hidung (+)
Mulut : mukosa bibir tidak kering, sianosis (-)
Telinga : sekret -/-
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks: normochest, retraksi intercostalis
(+/+), retraksi suprasternal (+/+)
Cor : S1 tunggal, S2 split tidak konstan,
reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : simetris saat pernafasan statis dan
dinamis, sonor redup, suara nafas vesikuler
+/+, ronkhi basah halus +/+, wheezing -/-
Abdomen : datar, distensi (-), BU (+) normal,
supel, turgor baik
Hepar dan lien : pembesaran (-)
Genitalia : laki - laki, hiperemis (-), laserasi
(-)
Ekstremitas : akral hangat (+), CRT <3
detik, edema (-), sianosis (-)
Pemeriksaan laboratorium darah perifer
lengkap tanggal 27 Oktober 2016 pukul 03.43
Hb : 12,3 gr/dL
Ht : 35.5%
Leukosit : 15,56 ribu/mm3
Trombosit : 222 ribu/mm

Hitung Jenis:
Basofil: 0.1
Eosinofil : 0.0 L
Neutrofil: 80.1 H
Limfosit: 11.2 L
Monosit: 8.6 H
Analisa Gas Darah:
pH : 7.459 H
Pco2: 21.70 L
HC03: 15.60 L
Total CO2: 15.20 L
Base Excess : -8.50 L
O2 Saturation : 97.7%
Standard HCO3: 19.5 L
Kesan:
PH= Alkalosis
PCO2 = alkalosis
HCO3=asidosis
Alkalosis Respiratorik Terkompensasi
Pemeriksaan Foto Thoraks AP Lateral tgl
27/10/2016

Cor Normal
Pulmo Konsolidasi heterogen diparu
kanan kiri bawah
Hilus normal
Sinus diapraghma dan tulang2 normal
Kesan: Pneumonia
RESUME
Pasien seorang anak laki - laki, usia 13
tahun, mengalami batuk-batuk sejak kurang
lebih 2 minggu lalu, batuk awalnya kering,
tidak disertai demam dan sesak,

Semenjak 1 minggu terakhir batuk menjadi


berdahak, diikuti demam tinggi, dan pasien
menjadi sesak. Pasien juga mengeluhkan
mual, muntah, mengeluhkan nyeri dada
saat batuk, badan terasa lemas.
KU: Tenang, Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 90 kali/menit, reguler, kuat, isi cukup
Respirasi : 36 kali/menit
Suhu : 38,1 derajat celcius
BB : 39 cm
TB: 150 cm
Kepala : normocephal
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+)
Mata : Palpebra cekung (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa kering (-)
Thoraks : retraksi intercostalis (+/+), suprasternal (+/+)
Pulmo : suara nafas vesikuler +/+, ronkhi basah halus
+/+ ,wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, turgor kulit baik
DIAGNOSA KERJA
Pneumonia

DIAGNOSA BANDING
Suspek TB

ANJURAN PEMERIKSAAN
Kultur Darah
Cek Sputum BTA 3X
Uji Tuberkulin
Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN
1. Cairan Maintenance IVFD KAEN 1 B :
100 CC X 10 + 50 CC X 10 + 25 CC X 19 =
1975 CC/HARI : 72 = 27 tpm makro
2. Oksigen 2 lpm nk
3. Ampicilin 4x500 mg iv 4 kali sehari
4. Chlorampenicol 4x500 mg iv 4 kali sehari
5. Inhalasi Ventolin bila perlu
PROGNOSIS
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru
yang meliputi alveoulus dan jaringan
interstritial yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
WHO (World Health Organization)
mendefinisikan pneumonia hanya
berdasarkan penemuan klinis yang didapat
pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi
pernapasan. (PPM IDAI 2010)
Epidemiologi
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak
balita meningal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan
nasional 2001, 27% kematian bayi, 22,8%
kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit respiratori, terutama pneumonia
Etiologi
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi
kecil meliputi Streptococcus gurp B dan
bakteri Gram negatif seperti E.colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. P

Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,


pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan
remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae
Klasifikasi menurut WHO
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan 5
tahun
Pneumonia Kesadaran turun, Kesadaran turun,
Sangat letargis letargis
Berat Tidak mau menetek / Tidak mau minum
minum Kejang
Kejang Sianosis
Demam atau Malnutrisi
hipotermia
Bradipnea atau
pernapasan ireguler
Pneumonia Napas cepat Retraksi (+)
Berat Retraksi yang berat Masih dapat minum
Sianosis (-)
Pneumonia Takipnea
Diagnosis Klinis Klasifikasi (MTBS)

Pneumonia berat
(rawat inap) :
- tanpa gejala
hipoksemia Penyakit sangat berat
- dengan gejala (Pneumonia berat)
hipoksemia
- dengan
komplikasi
Pneumonia ringan
Pneumonia
(rawat jalan)
Infeksi respiratorik
Batuk : bukan pneumonis
akut atas
PATOFISIOLOGI
Gejala Klinis
Gejala infeksi umum : demam, sakit
kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti :
mual, muntah atau diare ; kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori : batuk,


sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, merintih, dan
sianosis.
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita
pneumonia ditemukan hal-hal sebagai
berikut :

Pada nafas terdapat retraksi otot


epigastrik, interkostal, suprasternal,
dan pernapasan cuping hidung.
Biasanya ditemukan pernapasan
yang cepat, suhu meningkat.
Pada palpasi dapat ditemukan
vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang
terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih
terbuka, namun bila terjadi perluasan
infeksi paru (kolaps paru/atelektasis)
maka transmisi energi vibrasi akan
berkurang.

Pada perkusi biasanya tidak terdapat


kelainan dan pada auskultasi ditemukan
crackles / ronkhi, biasanya berupa ronkhi
basah halus.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran foto rongen toraks pneumonia pada anak
meliputi infiltrat ringan pada satu paru hingga
konsolidasi luas pada kedua paru. pada suatu
penelitian ditemukan bahwa lesi pneumonia pada
anak terbanyak berada di paru kanan, terutama
lobus atas.

Bila ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus


bawah, maka hal itu merupakan prediktor perjalanan
penyakit yang lebih berat dengan resiko terjadinya
pleuritis lebih meningkat.
Gambaran foto rontgen toraks dapat
membantu mengarahkan kecenderungan
etiologi.

Penebalan peribronkial, infiltrat interstitial


merata dan hiperinflasi cenderung terlihat
pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa
konsolidasi segmen atau lobar,
bronkopneumonia dan air bronchogram sangat
mungkin disebabkan oleh bakteri
C-Reactive Protein (CRP)
Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi
virus dan infeksi bakteri superfisialis daripada
infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan
untuk evaluasi respons terhadap terapi
antibiotik.

MIKROBIOLOGIS
PEMERIKSAAN

Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen


dapat berasal dari usap tenggorok, sekret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru
DIAGNOSIS
Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya
terdapat napas cepat saja. Dan dipastikan anak
tidak memiliki tanda tanda pneumonia berat.

Kriteria napas cepat :


pada anak umur 2 bulan 11 bulan : > 50
kali/menit
pada anak umur 1 tahun 5 tahun : > 40
kali/menit
Pneumonia Berat
Terdapat batuk dan/atau kesulitan bernapas
ditambah minimal salah satu hal berikut :
Kepala terangguk angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto rontgen dada menunjukan gambaran
pneumonia (infilrat luas, konsolidasi, dll)
Selain itu dapat ditemukan pula hal berikut ini :
Napas cepat :
Anak umur < 2 bulan : > 60 kali /menit

Anak umur 2 11 bulan : > 50 kali/menit

Anak umur 1 5 tahun : > 40 kali/menit

Anak umur > 5 tahun : > 30 kali/menit


Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar :
Crackles (ronki)
Suara pernapasan menurun

Suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat


dijumpai :
Tidak dapat menyusu atau minum/makan,
atau memuntahkan semuanya
Kejang, letargis atau tidak sadar
Sianosis
Distres pernapasan berat
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak umur < 2
tahun
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
- gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
kurang atau tidak ada respon dengan
bronkodilator
Tuberkulosis - riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
- uji tuberculin positif (10 mm, pada keadaan
(TB)
imunosupresi 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan
menurun
- demam ( 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
- batuk kronis ( 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal
yang spesifik. Pembengkakan tulang/sendi
punggung, panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak
berhubungan dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada
Penatalaksanaan
Bayi Anak

Saturasi oksigen < 92%, Saturasi oksigen <92%,


sianosis sianosis
Frekuensi napas > 60 Frekuensi napas > 50
kali/menit kali/menit
Distres pernapasan, apnea Distres pernapasan
intermiten, atau
grunting
Tidak mau minum/menetek Grunting

Keluarga tidak bisa Terdapat tanda dehidrasi


merawat di rumah
Keluarga tidak bisa merawat
di rumah
Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat
bernapas dengan udara kamar, harus diberikan terapi
oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%

Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang,


diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan
ketat
Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak
direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia
Anitipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk
menjaga kenyaman pasien (Paracetamol 10-15
mg/kgBB/kali)
Nebulisasi dengan 2 agonis dan/atau NaCl dapat
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus
diobservasi setidaknya setiap 4 jam sekali, termasuk
pemerikaan saturasi oksigen
Pneumonia Rawat Jalan

Pada pneumonia rawat jalan dapat


diberikan antibiotik lini pertama secara oral,
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.
Pada pneumonia ringan berobat jalan,
dapat diberikan antibiotik tunggal oral
dengan efektifitas yang mencapai 90%.

Dosis yang digunakan adalah Kotrimoksazol


(4mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3
hari atau Amoksisilin (25mg/kgBB/kali) 2
kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV
diberikan selama 5 hari.
Pneumonia Rawat Inap

Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali


IV atau IM setiap 6 jam), harus dipantau 24
jam selama 72 jam pertama. Bila anak
memberikan respons yang baik maka
diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit
dengan amoksisilin oral (15mg/kgBB/kali
diberikan 3 kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya.
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48
jam atau terdapat keadaan yang berat (tidak
dapat menyusu atau minum/makan, ata
memuntahkan semuanya, kejang, letargis
atau tidak sadar, sianosis, distress
pernapasan berat) maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV
setiap 8 jam).

Bila pasien datang dengan keadaan klinis


berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol
atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif,
beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV
sekali sehari).
KOMPLIKASI
Atelektasis adalah pengembangan paru-
paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.

Empiema adalah suatu keadaan dimana


terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau
seluruh rongga pleura.

Abses paru,Infeksi
Sistemik,Endokarditis,Meningitis
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak dengan keadaan malnutrisi energi-
protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Pencegahan
Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan.
Pada umur 17-12 bulan diberikan 2 kali dengan
interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di
berikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis
ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal
2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur
di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali.
PEMBAHASAN KASUS
Diagnosis pada kasus ini ditegakan karena
adanya gejala sesak nafas disertai pernafasan
cuping hidung dan tarikan dinding dada,
panas badan, ronki basah halus pada kedua
paru. Dari kasus ini dapatkan peningkatan
leukosit dan neutrofil yang perdominan
sehingga mengarahkan kecurigaan
penyebabnya adalah bakteri.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan
sesuai protokol terapi pneumonia berat yakni
diberikan kombinasi antibiotik Ampisilin-
Kloramfenikol.
Ampisilin (50 mg/kgBB) / 500 mg/x untuk
dewasa dan anak dengan berat badan >20
kg, diberikan 4 kali sehari (Ampisilin 4 x 500
mg IV) dan Kloramfenikol (50 mg/kgBB) dalam
dosis terbagi 3-4x /hari (Kloramfenikol 4 x 500
mg IV).
Dapat pula diberikan B2 agonis berupa
inhalasi ventolin yang berguna untuk
meningkatkan fungsi mukosilier saluran
pernapasan. Serta diberikan obat simtomatis
antipiretik-analgetik paracetamol tab 500 mg,
3x1 ,diminum hanya jika demam saja.
DAFTAR PUSTAKA
Garna, Herry, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : UNPAD
Hegar, Badriul. 2010. Pedoman Pelayanan Medis.

Jakarta : IDAI.
Latief, Abdul, dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan anak

di rumah sakit standar WHO. Jakarta : Depkes


Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE.

Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Edisi ke-6.


Singapura: Elsevier; 2014
Rahajoe N, Supriyanto B, setyanto D. Respirologi

anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2013


Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2009. Panduan

pelayanan medis dept. IKA. Jakarta : RSCM

Anda mungkin juga menyukai