Anda di halaman 1dari 3

EPIDEMIOLOGI PTERIGIUM

Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak


di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi
di daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering
mempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator
yaitu daerah <370lintang utara dan selatan dari
ekuator. Prevalensi tinggi sampai 22 % di daerah dekat
ekuator dan <2 % pada daerah di atas lintang 40 0.
Di Amerika Serikat, kasus pterygium sangat bervariasi
tergantung pada lokasi geografisnya. Di daratan
AmerikaSerikat,prevalensinya berkisar kurang dari 2%
untuk daerah di atas 40olintang utara sampai 5-15%
untuk daerah garis lintang 28-36o. Sebuah hubungan
terdapat antara peningkatan prevalensi dan daerah
yang terkena paparan ultraviolet lebih tinggi di bawah
garis lintang. Sehingga dapat disimpulkan penurunan
angka kejadian di lintang atas dan peningkatan relatif
angka kejadian di lintang bawah
Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterygium.
Prevalensi pterygium meningkat dengan umur, terutama
dekade ke 2 dan 3 kehidupan. Insiden tinggi pada umur
antara 20-49 tahun. Pterygium rekuren sering terjadi
pada umur muda dibandingkan dengan umur tua. Laki-
laki 4 kali lebih berisiko daripada perempuan dan
berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah dan
riwayat paparan lingkungan di luar rumah.
Prevalensi pterygium tertinggi di Indonesia ditemukan di
Bali (25,2%), diikuti Maluku (18,0%) dan Nusa Tenggara
Barat (17,0%). Provinsi DKI Jakarta mempunyai
prevalensi pterygium terendah, yaitu 3,7 persen, diikuti
oleh Banten 3,9 persen.
Menurut RISKESDAS 2013, angka prevalensi pterigium di
wilayah Sulawesi Utara adalah sekitar 12-13% dimana
Sulut merupakan wilayah dengan prevalensi tertinggi ke
8 di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai