CBDBST Hendrik 1115115 Guillain Barre Syndrome
CBDBST Hendrik 1115115 Guillain Barre Syndrome
Pemeriksaan Neurologik
1. Penampilan
Kepala : Bentuk dan ukuran
normal
Collumna vertebra : Deformitas (-)
2. Rangsang Meningen/ Iritasi
Radiks
Kaku kuduk :-
Tes Brudzinky I : -
Tes Brudzinky II : -
Tes Brudzinky III : -
Tes Kernig : -
Tes Laseque : -
3. Saraf Otak
N. I :
Penciuman : Normosmia
N. II :
Ketajaman Penglihatan : dalam batas normal
Kampus : dalam batas normal
Fundus Okuli : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. III/IV/VI :
Ptosis : -/-
Pupil : Bulat, isokor, 2mm
Refleks Cahaya : Direk +/+, Indirek +/+
Posisi Mata : Sentral
Gerakan Bola Mata : Normal
N. V :
Sensorik :
Oftalmikus : /
Maksilaris : /
Mandibularis : /
Motorik : Baik
N. VII :
Angkat Alis Mata : normal
Memejamkan Mata : normal
Plika Nasolabialis : normal
Gerakan Wajah : gerakan pipi kanan kiri tertinggal
Rasa kecap 2/3 bagian muka lidah :
N. VIII :
Pendengaran : Baik
Keseimbangan : Baik
N. IX/X :
Suara : Disphoni (-)
Menelan : Disphagia (-)
Arkus Faring : Simetris
Uvula : Sentral
Refleks Faring : TAK
Rasa Kecap 1/3 Belakang : baik
N. XI :
Angkat Bahu : Simetris
Menengok Kanan/Kiri : Baik
N. XII :
Gerakan Lidah : normal
Atrof :-
Tremor/Fasikulasi : -
4. Motorik
Anggota Badan Atas : 4/4 Normotonus, atrofi (-), fasikulasi
(-)
Anggota Badan Bawah : 3/3 Normotonus, atrofi (-), fasikulasi (-)
Cara Berjalan/Gait : tidak dilakukan
Badan : ger. involunter -/-, ref. dinding perut +/+
Lain-lain :-
5. Sensorik
Lengan Kiri :
Lengan Kanan :
Tungkai Kiri :
Tungkai Kanan :
6. Koordinasi
Cara Bicara : Baik
Tremor :-
Tes Telunjuk Hidung : tidak dilakukan
Diadochokinesis : tidak dilakukan
Heel to Toe : tidak dilakukan
7. Refleks
Fisiologis: Klonus :-
Biceps: / Refleks Primitif :
Triceps : /
Radius: / Glabella :-
KPR : / Snout Reflex : -
APR : / Palmo Mental :
Patologis: -
Babinski : -/-
Chaddok:-/-
Hoffman
Tromer:-/-
8. Pemeriksaan Fungsi Luhur
Hubungan psikis : Baik
Afasia Motorik :-
Afasia Sensorik : -
Ingatan jangka Pendek : Baik
Ingatan jangka Panjang : Baik
Kemampuan Berhitung : Baik
Resume
seorang perempuan Nn.A 22 tahun,
masuk Rumah sakit dengan keluhan
utama ujung jari-jari kedua tangan dan
kaki terasa kebas. Kebas diikuti
dengan rasa lemas yang menjalar
sampai ke kedua tungkai bawah dan
lengan bawah pasien. mual +, muntah
+, nyeri kepala +, nyeri punggung +.
wajah terasa sakit dan lidah depan
terasa kebas. Riwayat demam, batuk,
Anamnesa tambahan:
RPD :-
RPK :-
Usaha berobat : -
Kebiasaan :-
Riwayat alergi : -
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis, E4M6V5
Tekanan darah: 110/70mmHg
Pernafasan : 21x/menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,7 C
Status Interne : Dalam batas normal
Rangsang Meningen : (-)
Nn. Cranialis : Hipestesi N.V central kiri dan kanan
Hipestesi N.VII 1/3 depan lidah
Motorik : ekstremitas superior 4/4, ekstremitas inferior 3/3
Diagnosis Banding
Hipokalemia
Miastenia Gravis
PROGNOSIS
Quo ad vitam :ad bonam
Quo ad functionam :dubia ad bonam
Quo ad sanationam :dubia ad bonam
USUL PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hematologi rutin (Hb, Ht, leukosit,
trombosit, eritrosit)
Pemeriksaan Lumbal Pungsi
EMG
USUL TERAPI
Non medikamentosa :
Rawat inap
Observasi TTV
Fisioterapi
Plasma Exchange Therapy
Medikamentosa :
Inj. Meticobal 2 x 1 amp
paracetamol 3 x 500 mg
saran : imunoglobulin intravena (IVIG)
CBD
Memasuki sel
schwann &
replikasi Teori 3
Aktivasi limfosit T Respon imun
menyerang antigen
Aktivasi pematangan limfosit B yang sama strukturnya
& pembentukan autoantibodi spt mielin
Teori 1 Teori 2
virus & bakteri mengubah susunan infeksi kemampuan sistem imun
sel sel saraf sistem imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri
mengenalinya sebagai benda asing berkurang
Destruksi mielin
MEDIKAMENTOSA
Steroid masih dipertimbangkan penggunaannya
Intravenous inffusion of human Immunoglobulin ( IVIg )
menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto antibodi tersebut.
Hambat T cells patologis tidak terbentuk.
Diberikan dalam 2 minggu setelah gejala muncul dosis 0,4 g / kg BB / hari selama 5 hari.
Heparin dosis rendah dapat diberikan untuk mencegah terjadinya trombosis .
Pasien dengan progresivitas yang lambat dapat hanya diobservasi tanpa diberikan medikamentosa.
Komplikasi
gagal napas
aspirasi makanan atau cairan ke dalam
paru
Pneumonia
risiko infeksi meningkat
trombosis vena dalam
paralisa permanen pada bagian tubuh
tertentu
kontraktur pada sendi.
Daftar Pustaka
Greenberg, David et al. 2012. Clinical
Neurology, page 354-360. United
States: Mc Graw Hill.
http://repository.usu.ac.id/bitstre
am/123456789/1958/1/bedah-iskandar%
20japardi46.pdf
, diakses tanggal 18 Oktober 2016.