Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KOTAKU

2017
DASAR PEMIKIRAN PROGRAM
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28H Ayat 1 menyatakan bahwa: Setiap
orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Ayat tersebut menunjukkan bahwa tinggal di sebuah
hunian dengan lingkungan yang layak merupakan hak dasar yang harus dijamin
pemenuhannya oleh Pemerintah sebagai penyelenggara negara.

Berdasarkan data Susenas BPS, proporsi rumah tangga kumuh di perkotaan telah
menurun sebesar 8,18 % dari20,75 % pada tahun 1993 menjadi 12,57 % pada
tahun 2011.
Hal tersebut memberikan indikasi bahwa laju rata-rata penurunan proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan sebesar0,50 % per tahun. Tanpa suatu terobosan yang
inovatif dan tepat sasaran, upaya mewujudkan kota bebas ku
Sebagai perwujudan komitmen untuk mengentaskan kawasan permukiman kumuh
di perkotaan, dalamRPJMN 2015-2019 telah ditetapkan sasaran penyelenggaraan
permukiman di kota/kawasan perkotaanyaitu dicanangkan Program KOta TAnpa
permukiman KUmuh(KOTAKU) melalui penanganan kawasan permukimankumuh
nasional seluas 38.431 Ha.muh pada tahun 2020 akan sulit dicapai.
PENGERTIAN PROGRAM KOTAKU
Program KOTAKU merupakan upaya strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia,dalam rangka meningkatkan peran masyarakat
dan memperkuat peran Pemerintah Daerah dalam percepatan penanganan kawasan
kumuh dan mendukung gerakan 100-0-100 di perkotaan pada tahun 2016-2020.
Program KOTAKU ini menggunakan sinergi platform kolaborasi antara Pemerintah
Daerah dan pemangku kepentingan lainnya serta Pembangunan Infrastruktur Berbasis
Masyarakat untuk mempercepat penanganankumuh perkotaan dangerakan 100-0-100
dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
Sebagai implementasi percepatan penanganan kumuh, KOTAKU akan melakukan
peningkatan kualitas, pengelolaan serta pencegahan timbulnya permukiman kumuh
baru, dengan kegiatan-kegiatan pada entitas desa/kelurahan, kawasan dan
kabupaten/kota. Kegiatan penanganan kumuh ini meliputi pembangunan infrastruktur
serta pendampingan sosial dan ekonomi untuk keberlanjutan penghidupan masyarakat
yang lebih baik di lokasi permukiman kumuh.
TUJUAN PROGRAM:
Mendukung menurunnya luas kawasan permukiman kumuh menjadi 0 Ha
Terbentuknya Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) di
tingkat kabupaten/kota dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh yang berfungsi dengan baik
Tersusunnya rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
tingkat kota/kabupaten dan tingkat masyarakat yang terlembagakan melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Meningkatnya penghasilan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui
penyediaan infrastruktur dan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat untuk
mendukung pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Terlaksananya aturan bersama sebagai upaya perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat dan pencegahan kumuh
MANFAAT DAN TARGET PROGRAM:

Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan


perkotaan pada kawasan kumuh (a.l drainase; air bersih/minum;
pengelolaan persampahan; pengelolaan air limbah; pengamanan
kebakaran; Ruang Terbuka Hijau/Publik)
Menurunnya luasan kawasan kumuh karena akses infrastruktur dan
pelayanan perkotaan yang lebih baik
Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan yaitu Pokja PKP di tingkat
kota/kabupaten untuk mendukung program KOTAKU
Penerima manfaat terpenuhi
TAHAPAN KOTAKU
Tahapan pelaksanaan KOTAKU meliputi tahapan pendataan, dimana lembaga
masyarakat di desa/kelurahan yang bernama Badan/Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(BKM/LKM), sudah melakukan pendataan kondisi awal (baseline) 7 indikator kumuh di
desa/kelurahan masing-masing. Setelah itu, disusun dokumen perencanaan yang
terintegrasi antara dokumen perencanaan masyarakat dengan dokumen perencanaan
kabupaten/kota. Hasil perencanaan ini menentukan kegiatan prioritas untuk mengurangi
permukiman kumuh dan mencegah timbulnya permukiman kumuh baru, yang akan
dilaksanakan, baik oleh masyarakat atau oleh pihak lain yang memiliki keahlian dalam
pembangunan infrastruktur pada entitas kawasan dan kota.
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkala guna memastikan ketepatan
kualitas dan sasaran kegiatan, sehingga dapat membantu percepatan penanganan
permukiman kumuh. Kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas untuk pemerintah
daerah dan masyarakat akan dilakukan bersama tahapan kegiatan. Termasuk
mendorong perubahan perilaku dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
prasarana dasar permukiman.
GARIS BESAR KEBIJAKAN PROGRAM
KOTAKU SEBAGAI BERIKUT.
KOTAKU adalah salah satu program untuk membangun permukiman yang layak
huni dan berkelanjutan, dengan fokus tahun 2016-2020 adalah penanganan
kawasan kumuh. Kawasan kumuh yang menjadi prioritas adalah target RPJMN ,
seluas 38.431 hektare yang didapatkan dari SK kumuh bupati/wali kota yang
direkap tahun 2014.
Arah gerak RPJMN adalah gerakan '100-0-100'. Dalam hal ini, 0 berarti
memastikan tidak ada kawasan kumuh lagi di Indonesia. Caranya dengan
peningkatan kualitas untuk kumuh, pencegahan untuk non kumuh, dan
pengelolaan untuk lokasi kumuh yang sudah ditingkatkan kualitasnya. Alasan
kenapa KOTAKU membuat Baseline, RPLP, RKPKP/RP2KPKP/SIAP, RPJM(Desa) yang
terintegrasi dengan RPJMD, memastikan program ini masuk RKP, dan sebagainya,
adalah untuk memastikan apa yang dikerjakan tepat sasaran, tepat manfaat, dan
benar-benar mendukung pencapaian target RPJMN, mendukung gerakan '100-0-
100'.
INDIKATOR OUTCOME
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan
perkotaan pada kawasan kumuh sesuai dengan kriteria kumuh yang
ditetapkan (a.l drainase; air bersih/minum; pengelolaan persampahan;
pengelolaan air limbah; pengamanan kebakaran; Ruang Terbuka Publik);
2. Menurunnya luasan kawasan kumuh karena akses infrastruktur dan
pelayanan perkotaan yang lebih baik;
3. Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan yaitu Pokja PKP di tingkat
kota/kabupaten untuk mendukung program KOTAKU; dan
4. Penerima manfaat puas dengan kualitas infrastruktur dan pelayanan
perkotaan di kawasan kumuh.
STRATEGI OPERASIONAL
1. Menyelenggarakan penanganan kumuh melalui pencegahan kumuh dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh;
2. Meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kelembagaan yang mampu berkolaborasi dan
membangun jejaring penanganan kumuh mulai dari tingkat pusat s.d. tingkat masyarakat;
3. Menerapkan perencanaan partisipatif dan penganggaran yang terintegrasi dengan multi-sektor
dan multi-aktor;
4. Memastikan rencana penanganan kumuh dimasukkan dalam agenda RPJM Daerah dan
perencanaan formal lainnya;
5. Memfasilitasi kolaborasi dalam pemanfaatan produk data dan rencana yang sudah ada, termasuk
dalam penyepakatan data dasar (baseline) permukiman yang akan dijadikan pegangan bersama
dalam perencanaan dan pengendalian;
6. Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar lingkungan yang terpadu dengan sistem kota;
Mengembangkan perekonomian lokal sebagai sarana peningkatan penghidupan berkelanjutan;
7. Advokasi kepastian bermukim bagi masyarakat berpenghasilan rendah kepada semua pelaku
kunci; dan
8. Memfasilitasi perubahan sikap dan perilaku pemangku kepentingan dalam menjaga lingkungan
permukiman agar layak huni dan berkelanjutan.
PRINSIP
1. Pemerintah daerah sebagai Nakhoda, Pemerintah daerah dan pemerintah desa/kelurahan
memimpin kegiatan penanganan permukiman kumuh
2. Perencanaan komprehensif dan berorientasi outcome (pencapaian tujuan program),
Penataan permukiman diselenggarakan dengan pola pikir yang komprehensif dan
berorientasi pencapaian tujuan terciptanya permukiman layak huni sesuai visi kabupaten/
kota
3. Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran, rencana penanganan kumuh merupakan
produk Pemda sehingga mengacu pada visi kabupaten/ kota dalam RPJMD.
4. Partisipatif, pembangunan partisipatif dengan memadukan perencanaan dari atas (top-
down) dan dari bawah (bottom-up)
5. Kreatif dan Inovatif, Prinsip kreatif dalam penanganan permukiman kumuh adalah upaya
untuk selalu mengembangkan ide-ide dan cara-cara baru dalam melihat masalah dan
peluang yang sangat dibutuhkan dalam penanganan kumuh
6. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (good governance), pemerintah daerah pemerintah
desa/kelurahan dan masyarakat mampu melaksanakan dan mengelola pembangunan
wilayahnya secara mandiri, dengan menerapkan tata kelola yang baik (good governance).
7. Investasi penanganan kumuh disamping harus mendukung perkembangan kota juga harus
mampu meningkatkan kapasitas dan daya dukung lingkungan.
PROGRAM KOTAKU BERTUMPU
PADA TIGA PENDEKATAN.
Pertama, Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai Nakhoda, dengan segala
otoritas yang dimilikinya, harus mampu memimpin kegiatan penanganan
kumuh di wilayahnya, dan salah satu bentuk komitmen adalah adanya
APBD untuk penanganan kumuh.
Kedua, kolaborasi sebagai platform menunjukkan bahwa penanganan
kumuh harus dilaksanakan secara kolaboratif dengan berbagai pihak,
agar berdampak secara signifikan dalam mengurangi kumuh dari waktu
ke waktu.
Ketiga, masyarakat, dengan BKM sebagai "Dewan Amanah", hendaknya
mendorong seluruh elemen masyarakatrelawan, MBR, dan juga aparat
kelurahansebagai pelaku utama penanganan kumuh.

Pemda sebagai nakhoda dan tetap menjadikan masyarakat sebagai subyek


pembangunan.
ROAD MAPS KOTAKU
Program KOTAKU didesain dan disepakati serta diputuskan saat BELUM ADA
Baseline kumuh, apalagi RPLP. Satu-satunya dokumen yang menjadi acuan
desain Program KOTAKU adalah SK Kumuh. Dari SK Kumuh maka ditetapkan
dari 38.341 hektar kumuh, terdapat 23.656 hektar kumuh di perkotaan yang
berada di 2.594 kelurahan kumuh dan 8.473 kelurahan pencegahan. Angka
ini yang menjadi landasan penetapan loan size, TA, dan lain-lain, termasuk
kategori BDI dan belanja modal, dan lain-lain. Inilah cakupan Program KOTAKU
Setelah ada Baseline dan RPLP terdapat lokasi-lokasi lain di luar yang
ditetapkan PAD, tentu perlu difasilitasi Pemda untuk pendanaannya. Demikian
pula Program KOTAKU hanya intervensi penanganan kelurahan kumuh dan
kelurahan pencegahan kumuh. Bahwa ada pemeliharaan kumuh atau
penanganan kumuh di lokasi pencegahan atau penanganan pencegahan di
lokasi kumuh, tentu perlu difasilitasi Pemda dan masyarakat sendiri.
KOLABORASI
platform kolaborasi mengisyaratkan adanya kesadaran struktural dan
kultural untuk menangani kumuh peningkatan dan penanganan kumuh).
Kesadaran struktural adalah imperatif alokasi sumber dana dan daya.
Untuk tingkat pusat alokasi sumber dana melalui BDI, sementara untuk
Pemda (kabupaten/kota) melalui APBD. Kesadaran kultural dibangun
melalui advokasi, pemberdayaan para pihak termasuk masyakarakat
untuk membangun kolaborasi dlm kerangka penanganan kumuhsekali
lagi dibaca peningkatan dan pencegahan.
EMPAT PELUANG UNTUK MENGARUSUTAMAKAN
(MAINSTREAMING) ISU KUMUH MELALUI PLATFORM
KOLABORASI STRATEGIS
Pertama, melakukan pendekatan dan advokasi kepada tim perencana dan perumus draft Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai penjabaran visi dan misi bupati/wali kota
terpilih dalam Pilkada serentak angkatan pertama. Advokasi dengan melakukan "insert" substansi
yang terdapat pada RP2KP-KP dan RPLP.
Kedua, mengarusutamakan isu kumuh yang terdapat dalam RP2KP-KP pada rumusan visi dan misi
gubernur, bupati/wali kota yang berlaga pada Pilkada serentak angkatan kedua dan angkatan
berikut. Membangun jejaring profesional dengan para tim sukses merupakan cara yang baik untuk
dibangun.
Ketiga, melakukan pengawalan terhadap siklus perencanaan pada semua tingkatan melalui
komunikasi fungsional pada para pelaku utama yang terlibat dalam forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Memastikan subtansi kumuh yang tertuang dalam RP2KP-KP dan RPLP
sampai pada para pengambil keputusan merupakan upaya yang harus dioptimalkan.
Keempat, terdapat regulasi yang relatif baru terkait dengan pembagian urusan antara pusat dan
daerah.Regulasi yang terkait penataan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), salah satunya dinas
yang memiliki mandat mengurusi perumahan dan permukiman. Terkait dengan itu, merujuk pada
ketentuan setiap OPD harus memiliki Rencana Strategis (Renstra). Dalam hubungan ini, peluang
untuk mengarus-utama isu penanganan kumuh dalam Renstra OPD baru menjadi terbuka, dengan
memahamkan para pimpinan OPD tersebut tentang subtansi RP2KP-KP dan RPLP yang dapat diracik
sebagai bahan Renstra.
TIGA ASPEK PENTING UNTUK
MENINGKATKAN KAPASITAS

Pertama, kepada pelaku program, adalah untuk


peningkatan pemahaman, sikap dan keterampilan pelaku
agar mampu menjalankan tugas yang diembannya.
Kedua, kepada organisasi, untuk peningkatan kerangka
kerja yang menunjang pelaku program mencapai tujuan
secara tim.
Ketiga, memperkuat sistem untuk peningkatan
lingkungan kerja (kebijakan/aturan) yang menunjang
kinerja pelaku program dan organisasi.
Danny Sutjiono
PERAN PEMERINTAH
KOTA/KABUPATEN
1. Pemerintah kabupaten/kota berperan sebagai regulator yang mengakomodasi
berbagai aspirasi pelaku pembangunanpermukiman dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Memfasilitasi masyarakat untuk berperan aktif dalam melaksanakan
penanganan permukimankumuh skala lingkungan di wilayahnya
3. Membangun kolaborasi antar pelaku, program dan pendanaan dalam upaya
percepatan penanganan kumuh perkotaanyang dilakukan sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pemanfaatan,
pemeliharaan sertakeberlanjutan
4. Membangun atau menguatkan peran kelembagaan daerah dalam penanganan
kumuh, yaitu Kelompok KerjaPerumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP)
LESSON LEARNING
Wali kota batam dalam elaksanakan
kebijakan penanganan permukiman
kumuh,
A. ASPEK PERENCANAAN
1. Memasukkan muatan Penataan Permukiman dalam Rancangan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) sebagai
turunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam
2. Sinergi penyusunan perencanaan penanganan kumuh, dengan mengusulkan Rencana
pencegahan dan PeningkatanKualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) melalui
sumber pendanaan APBN
3. Sinergi penyusunan pengaturan kumuh berupa Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Peningkatan Kualitas PerumahanKumuh dan Permukiman Kumuh
4. Sinkronisasi Program Prioritas Keterpaduan Penanganan Permukiman Kumuh, melalui
penyusunan RencanaPembangunan Investasi Jangka Menengah Bidang Perumahan dan
Permukiman
5. Validasi kawasan permukiman kumuh dengan melakukan updating data sebagai baseline
acuan penetapan prioritaspenanganan.
B. ASPEK PELAKSANAAN
1. Berperan aktif dalam Program National Slum Upgrading Program (NSUP) KOTAKU bersama
269 Kab/Kota Indonesia melalui pendanaan Pinjaman LuarNegeri (World Bank, danIslamic
Development Bank), APBN, APBD dan Masyarakat,yang sudah dimulai tahun 2008. Program
NSUP-KOTAKU ini merupakan keberlanjutan dari Program PNPM-P2KP
2. Neighborhood Upgrading and Shelter Project 2 (NUSP-2) bersama 20 Kab/Kota Indonesia,
melalui pendanaanPinjaman Luar Negeri (World Bank, Islamic Development Bank dan Asian
Development Bank), APBN, APBD danMasyarakat, yang sudah dimulai tahun 2015
3. Kegiatan Penanganan/Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya melalui dana Satkerdan Dana
Alokasi Khususyang sudah dimulai tahun 2015
4. Kegiatan Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) pada Perumahan Formal
Menengah-Sederhana yangsudah dimulai tahun 2012
5. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Percepatan Infrastruktur Sarana dan Prasarana
Dasar (PSD) LingkunganPermukiman Wilayah Kecamatan-Kelurahan (PM-PIK), yang sudah
dimulai tahun 2011
6. Fasilitasi Program Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah(MBR)
7. Program Pembangunan/Peningkatan/Pemeliharaan Infratruktur Sarana dan Prasarana
Permukiman Wilayah Perkotaandan Hinterland.
C. ASPEK PENGENDALIAN
Membentuk Pokja Peningkatan Kualitas Permukiman berupa Local
Coordinating Office yang melakukan evaluasipencapaian kinerja program
PKP.

Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan Program Peningkatan


Kualitas Permukiman perkotaan ini adalahmelibatkan peranaktif/partisipasi
masyarakat untuk lebih bersinergi dalam penanganan permukiman
kumuh,baik skala kota/kawasan dan skala lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai