DR PEMBIMBING
Dr Imelda, SpkJ
Disusun oleh :
Angeline Bongelia
Friska
Ayu Lestri Mauwu
Nico Stefan
Hary Tri Admaja
DSM IV AND ICD 10
Membedakan Gangguan Anxietas berdasarkan :
Perkembangan sejak kemunculannya,
Klas stimuli, yang memunculkannya, pervasivitas
dan topografi respon anxietas,
Peran faktor yang jelas dikenali dalam etiologi
anxietas.
F40. Gangguan Anxietas Fobik
F41. Gangguan Anxietas Lainnya
F42. Gangguan Obsesif Kompulsif
F43. Reaksi terhadap stres berat dan Gangguan Penyesuaian
F44. Gangguan Disosiatif
F45. Gangguan Somatoform
F48. Gangguan Neurotik Lainnya
F40. Gangguan Anxietas Fobik
F40.0 Agorafobia
F40.1 Fobia Sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan Anxietas Fobik Lainnya
F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT
F41. Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan Panik
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
DEFINISI ANSIETAS
(GANGGUAN CEMAS)
Gejalanya mencakup:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti diujung tanduk,
sulit berkonsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
Adanya gejala gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari)
TERAPI
Farmakoterapi
Golongan Benzodiazepin Psikoterapi
FX. PSIKOSOSIAL
ETIOLOGI
FX.
BIOLOGIS
Gejala gangguan panik terkait dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak.
Neurotransmiter mengalami gangguan : serotonin,
GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin.
ETIOLOGI
FX.
GENETIK
Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4-8 kali
mengalami serangan yang sama.
Studi kembar yang telah dilakukan saat ini
umumnya melaporkan bahwa kedua kembar
monozigot lebih mudah terkena bersamaan
daripada kembar dizigot
ETIOLOGI
FX.
PSIKOSOSIAL
Peristiwa psikologis yang menyebabkan stres menghasilkan
perubahan neurofisiologis pada gangguan panik dan
berhubungan kuat dengan perpisahan parental dan kematian
parental sebelum usia 17 tahun.
Pola kecemasan akan sosialisasi saat masa kanak-kanak,
hubungan dengan orang tua yang tidak mendukung serta
perasaan terperangkap atau terjebak dapat menyebabkan
terjadinya gangguan panik.
TANDA DAN GEJALA
Serangan panik yang berulang, spontan , tidak
terduga, disertai dengan gejala otonomik, terutama
sistem kardiovaskular dan pernapasan)
Serangan selama 10 menit, meningkat dengan
cepat. Disertai dengan gejala-gejala mirip
gangguan jantung, (rasa nyeri di dada, berdebar-
debar, keringat dingin, hingga merasa seperti
tercekik)
TANDA DAN GEJALA
Gejala mental : rasa takut yang hebat, ancaman
kematian atau bencana, merasa bingung dan sulit
berkonsentrasi.
Tanda fisik : takikardia, palpitasi, dispnoe, dan
berkeringat. (berlangsung 20-30 menit)
TANDA DAN GEJALA
Pada pemeriksaan status mental saat serangan dijumpai
ruminasi, kesulitan bicara (gagap), dan gangguan memori.
Depresi, derealisasi, dan depersonalisasi dapat dialami saat
serangan.
Fokus perhatian somatik pasien : perasaan takut mati ( masalah
jantung atau pernapasan) Pasien sering merasa hampir-hampir
menjadi gila.
Apabila disertai dengan agorafobia, maka pasien akan menolak
untuk meninggalkan rumah ke tempat ramai yang sulit untuk
keluar. Gejala penyerta lainnya adalah depresi, obsesi kompulsif,
dan pemeriksa harus waspada terhadap tendensi bunuh diri.
PPDGJ III F41.0
Gangguan Panik
PPDGJ III F41.0 Gangguan
(AnxietasPanik
Paroksismal
Episodik)
(Anxietas Paroksismal Episodik)
Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang
terjadi dalam periode kira-kira satu bulan.
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi
berikut: banyak orang/keramaian, bepergian keluar rumah, bepergian
sendiri;
b. Situasi tersebut dihindari, atau dijalani dengan penderitaan yang jelas dengan
ansietas akan mengalami serangan panik atau gejala mirip panik, atau
membutuhkan adanya teman;
4. Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan kardiopulmoner dan
memastikan kalau pasien memang sedang mengalami serangan panik.
5. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya dapat berkurang
jika dia menenangkan diri.
6. Memberikan injeksi lorazepam 0.5 mg IV untuk menenangkan dan mengurangi impuls tak terkontrol
pasien.
Fluoksetin
Paroksetin
Setralin
SSRI Fluvoksamin
Citalopram
Escitalopram
Imipramin (tofranil, tofranil-PM)
Trisiklik Desipramin (Norpramin)
Clomipramine (Anafranil)
Phenelzine (Nardil)
MAO Inhibitor Tranylcypromine (Parnate)
Lorazepam (Ativan)
Clonazepam (Klonopin)
Benzodiazpine Alprazolam (Xanax, Xanax XR)
Diazepam (Valium, Diastat, Diazepam Intensol)
Serotonin-
Norepinephrine Venlafaxine (Effexor, Effexor XR)
Reuptake Inhibitors
TATALAKSANA GANGGUAN PANIK
CBT
Terapi Relaksasi
Pelatihan pernapasan
Pajanan in vivo
Psikoterapi Dinamik
Terapi Keluarga
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
TERIMA KASIH