KELOMPOK 1
Aisyah 1113102000030
Geraldi 1113102000037
Lulu Annisa 1113102000017
Nurillah Dwi N. 1113102000058
Ramaza Rizka 1113102000076
Rizal Rosyidi 1113102000008
Sagita Praja
1113102000031
Zuha Yuliana 1113102000007
Etiologi, Patofisiologi,
dan Epidemiologi
Sagita Praja
Fase Kritis
Fase Fase
Febris Pemulihan
Manifestasi
Klinis
1. Fase Febris 2. Fase Kritis 3. Fase Pemulihan
Ditandai dengan demam tinggi Fase kritis terjadi pada penderita Pada fase pemulihan akan
sekitar 2 - 7 hari, kemudian DBD pada hari ke 3 - 7 sakit. terjadi pengembalian
disertai dengan muka Pada fase kritis ditandai dengan cairan dari ekstravaskuler
kemerahan, eritema pada kulit, penurunan suhu tubuh disertai ke intravaskuler secara
rasa nyeri pada seluruh tubuh, dengan kenaikan permeabilitas perlahan 48 72 jam
myalgia, arthralgia, dan sakit kapiler dan timbulnya kebocoran setelah fase kritis terlewati.
kepala. plasma yang biasanya Pada fase ini keadaan
berlangsung selama 24 48 jam. penderita DBD akan
Pada beberapa kasus tertentu Kebocoran plasma sering membaik, nafsu makan
ditemukan juga nyeri pada didahului oleh lektopeni akan kembali normal,
tenggorok, infeksi faring dan progresif disertai penurunan hemodinamik stabil dan
konjungtiva, terjadi anoreksia, kadar trombosit. Pada fase ini diuresis membaik.
mual dan disertai muntah. dapat terjadi syok.
Derajat Penyakit Kriteria
DBD derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
DBD derajat IV
tidak dapat diukur.
DIAGNOSIS DBD
- DIAGNOSIS KLINIS
- DIAGNOSIS ETIOLOGIS
Kriteria
Diagnosis Klinis
Diagnosis Klinis Kriteria
DBD Diagnosis Laboris
Etiologi
Diagnosis Klinis
Kriteria
Kriteria Klinis
Laboratoris
Diagnos
a
Etiologis
Serolog
i
virologi hemagl
utinasi
inhibisi
GOLONGAN OBAT DAN MEKANISME KERJA
RIJAL ROSYIDI
TUJUAN & SASARAN TERAPI
Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau
dextrosa, yangtidakmengandung molekul besar. Dalam waktu yang
singkat, kristaloid sebagian besarakankeluar dari intravaskular .
Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan
volume darah yang hilang).
Ekspansi cairan dariruang intravaskuler ke interstitial berlangsung
selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam.
Secaragaris besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume
ekstrasel, tanpa peningkatan volume intraselular
Kristaloid
Secara umum, penggunaan kristaloid dalam tata laksana DBD aman dan efektif. Beberapa efek
samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid adalah edema, asidosis laktat,
instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi
Kristaloid memiliki waktu bertahan yang singkat di dalam pembuluh darah. Pemberian larutan RL secara
bolus (20 ml/kg BB) akan menyebabkan efek penambahan volume vaskular hanya dalam waktu yang
singkat sebelum didistribusikan ke seluruh kompartemen interstisial (ekstravaskular) dengan
perbandingan 1:3,
Keuntungan Kristaloid
beberapa keuntungan penggunaan kristaloid antara lain mudah tersedia dengan harga
terjangkau, komposisi yang menyerupai komposisi plasma, mudah disimpan dalam
temperatur ruang, dan bebas dari kemungkinan reaksi anafilaktik
CAIRAN KOLOID (Albumin, HES (Hidroxy Ethyl Starch) ,Dextran, Gelatin
2. Albumin eksogen Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin
eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang
dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat dari plasma manusia yang dimurnikan.
Albumin ini tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam garam fisiologis. Albumin 25%
bila diberikan intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati 5x jumlah
yang diberikan.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik plasma.
Peningkatan ini menyebabkan translokasi cairan intersisial ke intravaskuler sepanjang
jumlah cairan intersisial mencukupi.
HES (Hidroxy Ethyl Starch)
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang
dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:
1.Modified Fluid Gelatin (MFG)
2. Urea Bridged Gelatin (UBG)
Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek volume
expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah
reaksi anafilaksis
Keuntungan Koloid
cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu: pada jumlah volume yang sama akan
didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk
waktu lebih lama di ruang intravaskular. Dengan kelebihan ini, diharapkan koloid
memberikan oksigenasi jaringan lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil
Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran plasma yang terjadi
serta seberapa jauh proses tersebut masih akan berlangsung
Dosis
Pada kondisi DBD derajat 1 dan 2, cairan diberikan untuk kebutuhan perawatan (maintenance) dan
untuk mengganti cairan akibat kebocoran plasma.
Secara praktis, kebutuhan perawatan pada pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah
sebanyak kurang lebih 2000 ml/24 jam; sedangkan pada kebocoran plasma yang terjadi sebanyak
2,5-5% dari berat badan adalah sebanyak 1500-3000 ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan
cairan pada DBD dengan hemodinamik yang stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam
OUTCOME TERAPI
AISYAH
DEXTROSE
Dosis Diberikan secara infus intravena dengan konsentrasi 5
%, 6ml/kg/jam selama 3 jam, diturunkan 3ml/kg/jam jika
lebih baik dan dihentikan setelah 24 jam
Interaksi Obat Efedrin - efek efedrin dengan reabsorpsi pasif tubulus ginjal sodium
lactate will increase the level Quinidine - efek quinidine dengan
reabsorpsi pasif tubulus renal
Efek Samping Reaksi alergi seperti pruritus dan utikaria, edema periorbital dan laring,
batuk, bersin dan kesulitan bernapas
ALBUMIN
Dosis 5%: Tidak melebihi 2-4 mL/menit pada pasien dengan plasma normal; 5-10
mL/menit pada pasien dengan hypoproteinemia
25%: Tidak melebihi 1 mL/menit pada pasien dengan plasma normal; 2-3
mL/menit pada pasien dengan hypoproteinemia
Efek Samping Edema, hipertensi, hipervolemi, takikardia, kedinginan, demam, sakit kepala,
pruritus, rash utikaria, mual, muntah, bronkospasme, anafilaksis
HYDROXYETHYL CELLULOSE
Dosis 20 mL/kg/hari (maksimum 1500 mL/hari)
Dosis Pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah seban yak kurang lebih 2000
ml/24 jam; sedangkan pada kebocoran plasma yang terjadi sebanyak 2,5-5%
dari berat badan adalah sebanyak 1500-3000 ml/24 jam. Jadi secara rata-rata
kebutuhan cairan pada DBD dengan hemodinamik yang stabil adalah antara
3000-5000 ml/24 jam
Interaksi Obat ACE Inhibitor Menimbulkan hipotensi akut jika digunakan bersamaan
Efek Samping Infus secara cepat dapat menstimulasi pelepasan histamine dan substansi vaso aktif
Pelayanan
Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat
Bagi
Bagi staf farmasis Bagi pasien dokter/parame
dic dll
Bagi staf farmasis: Bagi pasien: Bagi dokter/paramedic
- Citra farmasis - Kesalahan dll
meningkat penggunaan - Meningkatkan
- Kepuasan kerja penggunaan obat
obat menurun
yang rasional
meningkat - Efek obat yang - Menjamin
- Mendukung tidak diinginkan keamanan dan
kegiatan menurun efektivitas
pharmaceutical pengobatan
care - Membantu
pemecahan
masalah
Beberapa informasi yang perlu disampaikan
kepada pasien mengenai penggunaan obat:
Nama obat yang tertulis pada resep/label dan jumlahnya. Beritahukan golongan tersebut, apakah
termasuk obat bebas atau obat keras
Untuk indikasi apa obat tersebut digunakan.
Kapan obat tersebut digunakan. Jelaskan kapan dan frekuensi penggunaan obat sesuai label. Dan jelaskan
apakah obat tersebut digunakan sesudah atau sebelum makan.
Bagaimana cara menggunakan obat. Jelaskan bentuk sediaan obat dan bagaimana cara menggunakannya
(ditelan, disisipkan dibawah lidah, dioles, dimasukkan kelubang anus dan sebagainya, seperti penggunaan
ISDN sublingual; diletakan dibawah lidah, dll).
Informasikan bila tidak terdapat perubahan pada penyakit, pasien dianjurkan untuk kembali ke dokter.
Apa yang harus dilakukan jika lupa menggunakan obat.
Efek samping obat dan bagaimana cara menyikapinya.
Cara menyimpan obat dengan baik. Informasikan bahwa mutu dan keamanan obat juga ditentukan oleh
bagaimana obat itu disimpan. Informasikan agar obat dijauhkan dari jangkauan anak, di tutup
rapatrapat terhindar cahaya matahari dan sebagainya . Informasikan cara mengidentifikasi mutu obat
secara organoleptis, misal perubahan warna bau , rasa dan bentuk.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan selama menggunakan suatu obat. Sampaikan pada pasien untuk
memberitahukan kondisinya kepada dokter termasuk hal-hal seperti alergi obat (misal antibiotik, sedang
hamil terutama trisemester pertama/menyusui keluhan gastritis dan lain-lain).
Grup A
Pasien yang dapat dirawat di rumah. Pasien yang mampu mentoleransi keadekuatan volume cairan oral dan keluaran urine minimal tiap 6 jam,
dan tidak memiliki tanda peringatan terutama saat demam turun. Pasien rawat jalan harus diperiksa perkembangan penyakitnya (menurunnya sel
darah putih, penurunan suhu tubuh, dan adanya tanda bahaya) sampai pasien keluar dari masa kritis. Pasien dengan hematokrit stabil dapat
diperbolehkan pulang setelah disarankan untuk pulang kembali ke rumah sakit segera jika berkembang menjadi tanda-tanda peringatan dan
Mematuhi masukan rehidrasi oral, jus buah dan cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengembalikan kehilangan cairan akibat
demam dan muntah. Masukan cairan oral yang cukup didapatkan untuk mengurangi angka hospitalisasi
Beri paracetamol untuk demam yang tinggi jika pasien tidak merasa nyaman. Interval pemberian paracetamol harus tidak kurang dari 6 jam.
Kompres hangat jika pasien masih demam tinggi, jangan memberikan asetil salisilat dan asam (aspirin), ibuprofen, atau non steroid anti inflasami
agen (NSAIDS) sebab obat tersebut dapat memperparah gastritis atau perdarahan. Asetil salisilat (aspirin) dapat menyebabkan Reyes Syndrom.
Instruksi dari pemberi pelayanan kesehatan agar pasien harus dibawa ke rumah sakit segera jika ada tanda-tanda: tidak ada perbaikan klinis,
kemunduran waktu dari penurunan suhu tubuh, nyeri abdomen yang berat, muntah persisten, ekstremitas dingin dan lembab, latergi atau gelisah,
atau perdarahan (misalnya: hitam dan ada stolselnya atau seperti kopi pada muntahnya), tidak kencing lebih dari 4-6 jam
Pasien yang diperbolehkan pulang harus dimonitor setiap hari oleh penyedia layanan kesehatan untuk grafik suhu, volume intake dan output,
keluaran urine (volume dan frekuensi), tanda peringatan, tanda kebocoran plasma dan perdarahan, hematokrit, sel darah putih dan trombosit
Grup B
Pasien mungkin perlu dirawat di pusat perawatan kesehatan untuk mengobservasi lebih dekat terutama saat mereka mendekati fase kritis. Hal ini termasuk
pasien dengan tanda peringatan, mereka yang dengan kondisi buruk yang dapat membuat DBD atau penanganan lebih komplek (misalnya ibu hamil, bayi,
lansia, obesitas, diabetes miletus, gagal ginjal, dan penyakit hemolitik kronis), dan keadaan sosial tertentu (misalnya : hidup sendiri, atau hidup jauh dari
Jika pasien demam berdarah dengan tanda bahaya, rencana tindakan yang harus dilakukan adalah :
Cek hematokrit sebelum dilakukan terapi cairan. Beri isotonik misalnya NaCl 0,9% saline, RL, atau HartmanS. Mulai dengan 5-7 cc/kg/jam selama 1-2
jam, kemudian kurangi hingga 2-3 mL/ kgBB/jam atau kurang sesuai dengan respon klinis pasien.
Nilai kembali status klinis pasien dan cek ulang hematokrit. Jika hematokrit tetap sama atau hanya mengalami sedikit kenaikan lanjutkan dengan terapi yang
sama (2-3ml/kg/jam) sampai 2-4 jam. Jika tanda-tanda vital memburuk dan hematokrit meningkat dengan cepat naikkan cairan kira-kira 5-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam. Nilai ulang status klinis pasien. Cek ulang hematokrit dan nilai ulang ketepatan tetesan infus.
Beri volume cairan intravena untuk mempertahankan perfusi dan keluaran urine sekitar 0.5 ml/kg/jam. Cairan intravena bisanya dibutuhkan hanya 24-48
jam. Kurangi cairan intravena secara bertahap jika perdarahan plasma menurun menjelang akhir fase kritis.
Pasien dengan tanda bahaya harus diobservasi oleh penyedia layanan kesehatan sampai periode beresiko berakhir. Keseimbangan cairan harus dijaga.
Parameter yang harus dimonitor meliputi tanda-tanda vital dan perfusi jaringan (1-4 jam sampai pasien keluar dari fase kritis), keluaran urine (4-6 jam),
hematokrit (sebelum dan sesudah penggantian cairan sekitar 6-12 jam), glukosa darah, dan fungi organ lain (misalnya: kondisi ginjal, hati, koagulasi darah)
Jika pasien DBD tanpa tanda peringatan, rencana tindakan yang harus
dilakukan sebagai berikut :
Dorong masukan oral. Jika pasien tidak mampu, awali dengan terapi cairan
intravena dengan NaCl 0,9 Saline atau RL dengan atau tidak dengan dextrose di
tingkat maintenance.Untuk pasien obesitas dan kelebihan berat badan gunakan
berat badan ideal untuk mengatur cairan infus.
Pasien Yang Harus Memerlukan Penanganan Gawat Darurat Dan Harus Segera Dirujuk Saat Terjadi Demam Berdarah Berat.
Pasien Memerlukan Tindakan Emergensi Dan Rujuk Segera Saat Mereka Berada Pada Fase Kritis, Yaitu Jika Pasien Mengalami :
Kebocoran plasma berat yang mengarah pada shok dan/ atau akumulasi cairan dengan distress pernafasan
Perdarahan berat
Kerusakan organ yang berat (gangguan fungi hati, kerusakan ginjal, kardiomiopati, enchephalopti atau enchepalitis)
Semua pasien dengan demam berdarah hebat harus dirawat di rumah sakit yang memiliki akses untuk fasilitas perawatan intensif
Protap resusitasi cairan intravena penting dan biasanya satu-satunya hal yang diperlukan.
Larutan kristaloid harus menjadi isotonik dan volume harus cukup untuk mempretahankan sirkulasi sejak terjadi kebocoran
plasma.
Plasma yang rendah harus segera diganti dan segera dengan larutan kritaloid atau jika dalam kasus shok hipotensi,
Zuha Yuliana
(1113102000007)
KIE
Mencega Mengobat
h i
Gejala DBD mirip dengan demam typhosa dan belum ada algoritma
penatalakasanaan yang jelas untuk terapi DBD sehingga pasien harus patuh
terhadap instruksi tenaga medis.
Nyamuk terinfeksi virus DBD akan menggigit pasien di waktu sore hari
(sekitar pukul 5) sehingga pasien diminta untuk mewaspadainya dengan
memberikan lotion antinyamuk pada kulit.
DBD dapat disembuhkan dan pasin dapat melakukan rawat jalan jika
mengalami DBD ringan.
DRP & MESO
GERALDI
Drug Related Proble
m (DRP)
Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat
sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang
dikehendaki (Cipolle et al., 1998).
Klasifikasi DRP
Aktual DRP
Aktual DRP adalah problem yang sedang terjadi
berkaitan dengan terapi obat yang sedang
diberikan pada penderita.
Potensial DRP
Potensial DRP adalah problem yang diperkirakan
akan terjadi yang berkaitan dengan terapi obat
yang sedang digunakan oleh penderita
Klasifikasi DRP sangat
bervariasi.
Pharmaceutical Care
Network Europe (2003)
membuat suatu sistem
klasifikasi DRP volume
keempat yang telah
direvisi. Klasifikasi DRP
berdasarkan masalahnya
dapat dilihat di tabel.
Peran Farmasi dalam
D RP