Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Fungsi

Jantung
RAHMAT GUSTI TAUFIK N.I
1201056
Fungsi Jantung
Menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida).
Hal ini berarti karena jantung bekerja secara terus
menerus selama manusia hidup dan akan berpengaruh
terhadap kemampuan fungsi jantung yang secara
berangsur akan mengalami penurunan
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat
berpengaruh terhadap fungsionalitas jantung itu
sendiri
Perubahan farmakokinetik tidak selalu dapat
diprediksi pada pasien gagal jantung efek dari
penurunan volume distribusi dan penurunan clearance
menyebabkan konsentrasi obat dalam plasma
menjadi lebih tinggi dibandingkan pasien normal. (Dr
F. V. Shammas,1988)
Hal ini membutuhkan penurunan dosis baik loading
dose dan maintanance dose. Perpanjangan waktu
paruh eliminasi menyebabkan keterlambatan dalam
mencapai steady-state(kadar tunak) oleh karena itu
diperlukan kenaikan dosis secara bertahap.
Pengukuran konsentrasi obat dalam plasma dari
obat yang bersangkutan adalah panduan yang baik
untuk terapi dan membantu untuk menghindari
toksisitas. (Dr F. V. Shammas,1988)
Perubahan Farmakokinetik tidak terlalu penting
dalam kasus obat dengan respon klinis langsung,
seperti golongan diuretik dan vasodilator intravena
seperti nitrat dan phosphodiesterase inhibitor. Dosis
kedua kelompok obat tersebut dapat ditingkatkan
kadarnya untuk mencapai efek yang diinginkan. (Dr
F. V. Shammas,1988)
Gagal Jantung
Adalah Suatu sindroma klinik yang kompleks
akibat kelainan struktural fungsional jantung yang
mengganggu kemampuan ventrikel untuk di isi
dengan darah atau untuk mengeluarkan darah
Gagal jantung berkaitan dengan hipoperfusi ke
berbagai organ termasuk lokasi clearance obat, yaitu
hati dan ginjal. Hal ini juga menyebabkan kemacetan
pada organ seperti yang terlihat di hati dan usus.
Perubahan utama dalam farmakokinetik obat pada
pasien gagal jantung adalah terjadi penurunan volume
distribusi dan penurunan clearance obat.akibat
nya,terjadi Perubahan waktu paruh eliminasi obat.
(Bauer,2008)
Penyebab
Obat obat penyekat dan antagonis kalsium dapat
menyebabkan kerusakan miokard
Alkohol bersifat kardiotoksik
Aritmia mengurangi efisiensi jantung
Penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah
( aterosklerosis )
Tekanan darah tinggi ( hipertensi )
Kurang olahraga
Makan makanan yang tidak sehat.
Parameter
Parameter laboratorium yang sensitif dan spesifik untuk
gagal jantung adalah brain natriuretic peptic ( BNP). BNP
adalah hormon yang dihasilkan dari pemecahan pro BNP
yang dihasilkan terutama karena peningkatan tekanan
pengisian dan rangsangan oleh regangan dinding
jantung. Selain BNP pada pemecahan pro BNP juga
dihasilkan amino terminal yang disebut NT proBNP.
Merupakan fragmen yang tidak aktif. NT proBNP
dihasilkan dalam jumlah sama banyak dengan BNP,
sehingga digunakan sebagai pertanda disfungsi jantung.
Patofisiologi Gagal Jantung
Suatu kelainan fungsi jantung aliran darah ke
jaringan tubuh tidak cukup retensi natrium dan
air ekspansi volume darah dan kenaikan tek.
Pembuluh darah vena paru dan vena sistemik
masa otot jantung membesar dan sistem saraf
simpatis memacu kontraktilitas otot jantung. jika
sistem kompensasi ini tidak memadai maka curah
jantung berhenti. adanya jvasokontriksi lokal dan
akan mengurangi perfusi organ menyebabkan
hipoksia.
Perubahan
farmakokinetik
Menurunkan absorpsi
Menurunkan atau mengubah distribusi obat
Menurunkan klirens metabolit obat
Menurunkan klirens ginjal
Mengurangi klirens obat-obat rasio ekstraksi hepatik
tinggi (Eh tinggi)

Kecepatan curah jantung:


Qc = 180 x W-0,19
Penurunan bioavailability obat yang juga terjadi pada
pasien gagal jantung. Hal ini disebabkan karena
adanya edema pada saluran GI sehingga proses
absorpsi molekul obat menjadi sulit serta penurunan
aliran darah pada saluran GI
Volume distribusi dari beberapa obat juga
menurunpada pasien gagal jantung. Karena klirens
dan volume distribusi tidak berubah secara
bersamaan, yang disebabkan karena perubahan waktu
paruh yang sulit diprediksi pada pasien gagal jantung
Perlambatan motilitas usus akan menunda obat
masuk ke dalam sistem sirkulasi sehingga terjadi
penundaan obat mencapai puncak di dalam darah.
Namun perlambatan aliran darah diusus halus akan
mengurangi klirens obat-obat rasio hepatik yang
tinggi (Eh tinggi) yang seharusnya mengalami first -
pass metabolisme di usus.
Misalnya pada kenaikan bioavailability dari
prazosin dan hidralazin per oral, dan tidak berubah
pada digoksin atau eratik pada prokainamid yang
memiliki Eh rendah.
Ketika terjadi penurunan fungsi jantung, timbul
autoregulasi aliran darah (aliran darah ke otak dan
otot jantung lebih besar), sehingga sebagian besar
obat didalam darah dialirkan ke otak dan otot jantung,
dan sisanya dalam porsi kecil menuju ke ginjal, otot
dan organ splanchnik, karena aliran darah ke organ-
organ ini berkurang.
Di dalam ginjal, aliran darah juga menyebabkan
pengurangan kecepatan dan mungkin jumlah obat yang
diambil oleh jaringan otot skelet.
Untuk obat yang hidrofilik, karena terjadi ekspansi
volume cairan ekstraselular, obat akan terdistribusi lebih
banyak dari normal, sehingga memperbesar Vd obat.
Gagal jantung dapat mengurangi kapasitas
metabolisme hati melalui dua cara:
Kerusakan sel hati (karena kongesti atau hipoperfusi)
Hipoksemia sehingga mengganggu proses oksidasi
oleh enzim CYP.
Karena perubahan kecepatan aliran darah ke tempat-
tempat eliminas utama (hati dan ginjal), maka klirens
hepatik dan renal obat juga akan berubah.
Perlambatan aliran darah karena gagal jantung akan
memperlambat klirens hepatik, obat-obat dengan Eh
tinggi akan menyebabkan perlambatan aliran darah
hepatik sehingga meningkatkan kadarnya di dalam
darah jika dosis maintenance obat tidak dikurangi
Contoh
Klirens lidokain (Eh tinggi) dilaporkan melambat
ketika obat tersebut diberikan melalui infus (1,4
mg/menit) pada pasien infark myocard dengan gagal
jantung, menyebabkan kenaikan kadar lidokain darah
sekitar 2 kali, jika dibandingkan pada pasien tanpa gagal
jantung.
Begitu pula setelah infus dihentikan, terjadi
perpanjangan T eliminasi lidokain dari 4,3 0,8 jam
(tanpa gagal jantung) menjadi 10,2 2,0 jam (dengan
gagal jantung) dan 1,4 0,1 jam pada pasien sehat.
Pengaruh usia dan gagal jantung
dalam distribusi obat
Efek gagal jantung pada ginjal

Penurunan RBF
Penurunan ukuran ginjal
Penurunan fungsi nefron
Penurunan sekresi GFR
Penurunan klirens obat: allopurinol, atenolol,
digoxin, gabapentin, H2 blocker, kuinolon
Interaksi obat
Tidak semua reaksi negatif terhadap obat terjadi
akibat perubahan farmakokinetik pada gagal jantung,
melainkan beberapa obat berkemungkinan mengalami
interaksi obat . Interaksi obat dapat terjadi secara
langsung misalnya sebagai akiabat dari penurunan
klirens ginjal digoxin oleh kaptopril dan quinidine,
atau secara tidak langsung, misalnya oleh diuretik-
induced hipokalemia, yang memperburuk aritmia
terkait dengan digoxin dan antiaritmia seperti
quinidine dan procainamide.(Dr F. V. Shammas,1988)

Anda mungkin juga menyukai