Anda di halaman 1dari 49

Kepabeanan &

Cukai
By. Klarah Masari Dewi
F 201420086
Pembahasan Kepabeanan
1. Dasar Hukum Kepabeanan
2. Istilah-istilah yang terkait dengan kepabeanan
3. Dokumen-dokumen yang terkait dengan
kepabeanan (Proses Import dan Eksport)
4. Objek Kepabeanan
5. Non Objek Kepabeanan
6. Subjek Kepabeanan
7. Non Subjek Kepabeanan
8. Tarif Kepabeanan
9. Contoh Perhitungan Bea Masuk dan PDRI
Dasar Hukum
UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan UU No 17
Tahun 2006
Peraturan Menteri Keuangan No. 144/
PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang
Impor Untuk Dipakai
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor P-42/BC/2008 tentang Petunjuk
Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai
Istilah-istilah yang terkait dengan
kepabeanan
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta
pemungutan bea masuk dan bea keluar.
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang ini.
Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas tertentu di pelabuhan
laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang
yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang
dikenakan terhadap barang yang diimpor.
Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang
dikenakan terhadap barang ekspor.
Import
Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah
Pabean diperlakukan sebagai barang import
dan terutang bea masuk yaitu pungutan
negara berdasarkan undang-undang
kepabeanan yang dikenakan terhadap barang
yang diimport
Proses Import
1. Importir dalam negeri dan Supplier di Luar Negeri mengadakan
korespondensi dan tawar menawar harga yg akan di import.
2. Jika terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka dibuat
perjanjian jual beli ( sales contract ).
3. Importir membuka LC ke Bank Devisa dalam negeri.
4. Bank Devisa Dalam Negeri memberitahukan kepada Bank
Korespondensi LN tentang pembukaan LC nya.
5. Bank / Koresponden LN menghubungi Exportir LN.
6. Exportir LN pesan tempat (ruangan) ke agen agen pelayaran, dgn
maksud agar dapat dimuat dikirim.
6a. Kapal menuju Pelabuhan Indonesia.
7. Supplier menyerahkan Invoice, Packing List lembar asli kepada
Bank L N dan menarik weselnya sedangkan duplikat dokumen
dokumen diatas dikirim langsung kepada Importir.
8. Bank LN mengirim dokumen kepada Bank Devisa Dalam Negeri.
9. Bank Devisa DN menyerahkan dokumen dokumen asli kepada importir.
10. Importir menyerahkan dokumen dokumen surat kuasa ke EMKL.
11. EMKL menukar konosemen asli dgn D/O kpd agen perkapalan &
membuat PPUD berdasarkan dokumen, serta membayar bea masuk
PPN importir dll.
12. Barang keluar ke peredaran bebas / diserahkan kepada importir.
Note : - Importir harus mempunyai :
- SIUP
- API
Eksport
Barang yang telah dimuat ke sarana
pengangkut yang menuju luar Daerah Pabean
dianggap dan diperlakukan sebagai barang
ekspor
Apabila barang telah dimuat tetapi dapat
dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan
dibongkar di suatu tempat dalam daerah
pabean, maka barang tersebut bukan
merupakan barang ekspor
Proses EKSPOR
1. Eksportir mengirimkan "Shipping Instruction" (SI) kepada pelayaran
[meminta / booking space kapal / container kosong]
2. Shipping memberikan "Booking Confirmation", berisi konfirmasi
ketersediaan container, space kapal yang sesuai tujuan, dan tempat
yang ditunjuk untuk pengambilan container (depo container).
3. Eksportir menghubungi perusahaan angkutan/ trucking (menyewa
truck)
4. Perusahaan / trucking melakukan pengambilan container kosong di
depo dengan berbekal "Booking Confirmation" dari eksportir yang
dibuat oleh shipping
5. Container kosong diangkut ke pabrik untuk pemuatan barang ekspor
(stuffing)
6. Selama stuffing, eksportir membuat "Commercial Invoice", "Packing
list" dan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke Bea Cukai
7. Bea cukai memberikan perstujuan ekspor "Nota Pelayanan Ekspor"
(NPE)
8. Berbekal NPE, barang / container diangkut dan masuk ke pelabuhan
9. Container naik ke kapal dan berangkat ke pelabuhan tujuan luar
negeri
10. Setelah kapal berangkat, Shipping menerbitkan "Bill of Lading"
dokumen angkutan/ beaya kapal
11. Dokumen ekspor yang meliputi a.Commercial Invoice, b.Packing List,
c.B/L dari shipping dikirim oleh eksportir ke pembeli di luar negeri.
12. Dengan dokumen yang diterima dari eksportir, pembeli di luar negeri
dapat mengambil barangnya/ container ke pelabuhan tujuan/ bongkar.
Dokumen import

LC
Pemberitahuan Import BArang
Dokumen eksport
Bil of lading
Packing List
Commercial invoice
Shipping Intruction
Objek kepabeanan
Objek Pajak Kepabeanan meliputi segala
barang impor dan ekspor yang keluar masuk ke
dalam wilayah kepabeanan, barang komersial
maupun barang pribadi sesuai dengan undang-
undang yang diatur.
Non objek kepabeanan
Barang Barang Penumpang dibebaskan dari Kewajiban
Pabean serta Pajak Dalam Rangka Impor Lainnya, jika
nilai barang yang dibawa kurang dari FOB USD 250 untuk
setiap orang atau nilainya kurang dari FOB USD 1.000
untuk setiap keluarga. Jika nilai barang tersebut melebihi
jumlah yang telah disebutkan sebelumnya, penumpang
tersebut di wajibkan membayar Kewajiban Pabean dan
Pungutan Pajak lainnya dari selisihnya. Barang
Penumpang Asing seperti kamera,Video kamera, Radio
kaset, Teropong,laptop atau telepon genggam yang akan
dipergunakan selama mereka tinggal di Indonesia dan
akan dibawa kembali pada saat mereka meninggalkan
Indonesia juga mendapat fasilitas pembebasan.
Subjek kepabeanan
Subjek Kepabeanan adalah orang atau badan
hukum yang bertanggung jawab atas
pungutan pabean
NON SUBJEK KEPABEANAN
Yang dapat mengajukan permohonanan
pembebasan bea masuk adalah Badan atau
Lembaga yang bergerak di bidang ibadah untuk
umum, amal, sosial, atau kebudayaan, yang
memenuhi persyaratan:
a. Badan atau lembaga yang merupakan badan
hukum yang berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pendirian sesuai dengan peraturda perundang-
undangan yang dibuktikan dengan akta notaris;
c. Bersifat non profit.
TARIF KEPABEANAN
Untuk melihat tarif kepabeanan dengan
Terperinci, dapat diakses di link di bawah ini :

http://www.tarif.depkeu.go.id/Tarif/HS9Default.asp
?menu=info
Contoh Soal
PT ABC adalah importir yang memiliki API (Angka
Pengenal Import). PT ABC megimport pakaian
dengan data sbb :
- Quantity 2000 pcs @U$ 10,
Kurs KMK 1U$ = Rp 10.000
- Insurance U$ 800
- Freight 3% dari cost
- BM 10% dari cost
- PPh 22 sebesar 2,5% dari Nilai Import
- PPN Import sebesar 10% dari Nilai Import
- Keuntungan 20% dari Nilai Import
a. Cost = 2000 x 10 x 10.000 = 200.000.000
Insurance = 800 x 10.000 = 8.000.000
Freight = 10% x 200.000.000 = 20.000.000
CIF = 228.000.000
BM = 10% x 228.000.000 = 22.800.000
Nilai Import = 250.800.000
b. PPh 22 Import = 2,5% x 250.800.000 = 6.270.000
c. PPN Import = 10% x 250.800.000 = 25.080.000
d. Total pembayaran = 250.800.000 + 6.270.000 +
25.080.000
= 282.150.000
e. Harga Jual (margin 30% dari Nilai Import )
250.800.000 x 130% = 326.040.000
f. Harga Jual/pcs = 326.040.000 : 2000 = 163.020
Perlakuan terhadap PPh 22 dan PPN
Import
Untuk PPh pasal 22 import merupakan
pembayaran pajak dimuka (prepaid tax)
sebesar 6.270.000 dan pada akhir tahun
dapat dikreditkan terhadap jumlah pajak yang
terutang atas PT ABC
Untuk PPN Import dapat dijadikan sebagai
Pajak Masukan (VAT IN) yang dapat
dikreditkan dengan Pajak keluaran (VAT OUT)
pada akhir bulan.
Jenis Tarif Bea Masuk
Bea Masuk Ad valorum adalah tarif bea
masuk yang dikenakan berdasarkan persentase
tertentu. Besarnya bea masuk terutang dihitung
dengan cara mengalikan persentase dengan
harga barang (nilai pabean).
Bea masuk spesifik adalah tarif bea masuk
yang dikenakan berdasarkan nilai rupiah
tertentu dari satuan jumlah barang. Besarnya
bea masuk terurang dihitung dengan cara
mengalikan tarif Bea Masuk dengan jumlah
barang yang diimport.
Tarif Advalorum
Nilai Pabean U$ 2.000
Tarif BM 5%
Kurs NDPBM U$ 1 = Rp 10.000
Maka :
Nilai Pabean : 2.000 x 10.000 = 20. 000.000
BM : 5% x 20.000.000 = 1.000.000
Nilai Impor = 21.000.000
PPh 22 (API) : 2,5 % x 21.000.000 = 525.000
PPN Impor : 10% x 21.000.000 = 2.100.000
Tarif Spesifik
Nilai Pabean Rp 20.000.000.000
Jumlah barang 5.000 ton ( 1 ton = 1.000 kg )
Tarif Rp 500/kg
Maka :
BM = 5.000 x 1.000 x 500 = 2.500.000.000
Nilai Impor = 20.000.000.000 + 2.500.000.000
= 22.500.000.000
PPh 22 (API) = 2,5 % x 22.500.000.000 =
562.500.000
PPN Import = 10% x 562.500.000 = 56.250.000
Tarif Pungutan Ekspor
Berdasarkan UU No 35 Tahun 2005 tentang
Pungutan Ekspor Atas Barang Ekspor Tertentu
1. Tarif Advalorum
Tarif pungutan ekspor x jumlah satuan barang
x Harga Patokan Ekspor (HPE) x Nilai Kurs
2. Tarif Spesifik
Tarif pungutan ekspor dalam satuan mata uang
tertentu x jumlah satuan barang x nilai kurs
Contoh Tarif Advalorum
Perusahaan ABC ekpsor comoditybarang x
sejumlah 1000 ton dengan tarif pungutan
ekspor sebesar 3%, HPE U$ 160/ton dan kurs
KMK 1 U$ = Rp 12.000
Jumlah pungutan ekspor terutang :
3% x 1000 x 160 x 12.000 = Rp 57.600.000
Contoh Tarif Spesifik
PT ABC ekspor comodity barang Y sejumlah
1000 ton dengn tarif pungutan ekspor sebesar
U$ 5/ton dan kurs KMK 1 U$ = 12.000

Jumlah pungutan ekspor terhutang:


5 x 1000 x 12.000 = 60.000.000
Pembahasan Cukai
1. Dasar Hukum Cukai
2. Istilah-istilah yang terkait dengan Cukai
3. Dokumen-dokumen yang terkait dengan
Cukai
4. Objek Cukai
5. Non Objek Cukai
6. Subjek Cukai
7. Tarif Cukai
8. Contoh Perhitungan Cukai
Dasar Hukum Cukai
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai
Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan Konsentrat Yang
Mengandung Etil Alkohol; Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai
Hasil Tembakau;
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009 tentang Tata
Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau;
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010 tentang Tata
Cara Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan
Konsentrat Mengandung Etil Alkohol.
Istilah-istilah yang terkait dengan
Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam undang-undang ini.
Dokumen cukai adalah dokumen yang
digunakan dalam rangka pelaksanaan
undang-undang ini dalam bentuk formulir
atau melalui media elektronik.
Dokumen cukai
Objek Cukai
Barang kena cukai adalag barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik, yang :

konsumsinya perlu dikendalikan,


peredarannya perlu diawasi,
pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi
masyarakat atau lingkungan hidup,
atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari:


a. etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan
yang digunakan dan proses pembuatannya;
b. minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa
pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan
proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung
etil alkohol;
c. hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun,
tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan
tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti
atau bahan pembantu dalam pembuatannya.
NON OBJEK CUKAI
a. tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang
tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan
eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan,
apabila dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan
tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim
dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dan/atau pada
kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merek dagang,
etiket, atau yang sejenis itu;
b. minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan
yang dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana, semata-mata
untuk mata pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran.
c. Cukai juga tidak dipungut atas barang kena cukai apabila :
a. diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean;
b. diekspor;
c. dimasukkan ke dalam pabrik atau tempat penyimpanan;
d. digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir yang merupakan barang kena cukai;
e. telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat
penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.
Subjek cukai
Subjek cukaiadalah orang atau badan hukum
yang bertanggung jawab atas pungutan cukai,
dalam undang-undang cukai subjek yang dimaksud
adalah;
a) Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai (BKC).
b) Pengusaha Tempat Penyimpanan Etil Alkohol (EA).
c) Importir Barang Kena Cukai (BKC).
d) Penyalur Etil Alkohol/Minuman Mengandung Etil
Alkohol.
e) Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Etil
Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol.
TARIF CUKAI
Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai
berdasarkan tarif paling tinggi:
a. untuk yang dibuat di Indonesia:
1. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar
apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik;
atau
2. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
b. untuk yang diimpor:
1. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar
apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean
ditambah bea masuk; atau
2. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
Barang kena cukai lainnya dikenai cukai
berdasarkan tarif paling tinggi:
a. untuk yang dibuat di Indonesia:
1. 1.150% (seribu seratus lima puluh persen)
dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual pabrik; atau
2. 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar
apabila harga dasar yang digunakan adalah
harga jual eceran.
b. untuk yang diimpor:
1. 1.150% (seribu seratus lima puluh persen)
dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah nilai pabean ditambah bea
masuk; atau
2. 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar
apabila harga dasar yang digunakan adalah
harga jual
Penghitungan Cukai Hasil Tembakau
1. Seri pita cukai untuk pita cukai hasil tembakau
dibedakan menjadi tiga seri:
seri I= 120 keping per lembar,
seri II=56 keping per lembar,
seri III = 150 keping per lembar.
2. Isi per bungkus penghitungan cukai hasil tembakau
menggunakan satuan per batang, yaitu jumlah batang
dalam satu bungkus.
3. Harga Jual Eceran
4. Jumlah lembar
5. pengertiannya adalah jumlah lembar pita cukai yang
dipesan. Hal lain yang harus diperhatikan dalam
perhitungan cukai hasil tembakau adalah kewajiban
pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) hasil tembakau.
Rumus penghitungan Cukai Hasil
Tembakau
Cukai =Tarif Cukai Spesifik x Jumlah Batang

Jumlah Batang=Jumlah Lembar x Jumlah

Keping Seri x Isi per Kemasan


Rumus penghitungan PPN Hasil
Tembakau Dalam Negeri
PPN HT dalam negeri = Tarif Efektif(8,4 %) x
Harga Jual Eceran Total
Harga Jual Eceran Total = HJE per kemasan x
Jumlah Lembar Pita Cukai x Jumlah Keping Seri
PPN HT Impor= 10% X Nilai Impor Khusus PPN
untuk HT Impor PPN Dalam Negeri=8,4% X HJE
Total - PPN HT Impor
Contoh soal
Produsen Sigaret Kretek Mesin PT MZF
telah mengajukan dokumen penyediaan pita
cukai (P3C) Hasil Tembakau untuk kebutuhan
bulan Februari 2012. Pada tanggal 4 Januari
2012, Pengusaha tersebut mengajukan CK-1
dengan total rincian pengajuan, sebagai
berikut :

Tarif cukai berdasarkan PMK


No.181/PMK.011/2009 yang telah
ditetapkan terhadapproduk Hasil
tembakau milik yang bersangkutan, yaitu:
-Merk A, Tarif cukai spesifik adalah Rp.
155/btg -Merk B, Tarif cukai spesifik
adalah Rp. 195/btg -Tarif PPN HT adalah
8,4% Berdasarkan data-data
tersebut, Hitung : a.Total Nilai cukai
yang terhutang ! b.Total PPN Hasil
Tembakau yang terhutang ! Jawab:
JAWABAN
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk A
Jumlah batang= 1.500 lbr x 16 x 150 keping =3.600.000
batang
Cukai terhutang = Rp. 155 x 3.600.000 = Rp. 558.000.000 ,-
PPN terhutang=8,4%x Rp.4.550 x1.500 lbrx150=
Rp.85.995.000
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk B
Jumlah btg = 1.000 lbr x 20 x 120 keping = 2.400.000 btg
Cukai = Rp. 195 x 2.400.000 = Rp. 468.000.000,-
PPN= 8,4% x Rp. 7.625 x 1.000 lbr x 120= Rp.
76.860.000,-
Total Cukai terhutang : Rp. 558.000.000 + Rp.
468.000.000 =
Rp. 1.026.000.000
Total PPN terhutang : Rp. 85.995.000 + Rp. 76.860.000
Penghitungan Cukai Etil Alkohol
Dalam menghitung pungutan cukai etil alkohol,
variabel yang terlibat,yaitu :
1) Jumlah dalam satuan liter
2) Tarif cukai sepesifik, yaitu Rp. 20.000,- per
liter
Rumus penghitungan cukai etil
alkohol :
Pabrik etil alkohol FF di Medan mengajukan
permohonan pengeluaran BKC dengan
pelunasan cukai (dokumen CK-14) kepada
KPPBC Medan,dengan rincian:
40 drum isi @ 300 liter, etil alkohol kadar 96%
Pertanyaan, Berapa nilai cukai yang harus
dibayar Pengusaha sebelum BKC dikeluarkan
dari Pabrik ?
Jawab : Pungutan Cukai yang harus dilunasi =
40 x 300 ltr x Rp. 20.000=Rp. 240.000.000 ,-
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai