Anda di halaman 1dari 33

PENGOPERASIAN PLTD

TUJUAN SISTEM OPERASI :


PESERTA MEMAHAMI BAGAIMANA
MENYUSUN POLA OPERASI ATAU
JADWAL PENGOPERASIAN DAN TATA
CARA MENGOPERASIKAN SATUAN
PEMBANGKIT DIESEL AGAR DICAPAI
KINERJA YANG OPTIMAL DAN
EKONOMIS
Operasi optimal dan
ekonomis :
Dilakukan dengan mengoperasikan
seluruh satuan Pembangkit Diesel
yang ada di unit PLTD melalui tahapan
:
I. Rencana Operasi
II. Pelaksanaan Operasi
III.Evaluasi
I. RENCANA OPERASI
Perlu memperhatikan beberapa faktor :
1. Daya Mampu

2. Keandalan

3. Effisiensi

4. Pembebanan
I.1. Daya Mampu
Pembebanan yang disesuaikan dengan daya mampu
akan memperpanjang umur mesin dan keandalan
sistem pembangkitan.
Pemeliharaan yang baik dan tepat waktu akan
memperlambat terjadinya derating daya mampu.
Diusahakan agar pembebanan mencapai 75 s/d 85
% dari daya terpasang atau daya mampu agar
dapat dicapai pemakaian bahan bakar yang paling
efisien.
Pembebanan ini juga mempengaruhi keandalan
sehingga akhirnya dapat dijadikan strategi pola
operasi terutama terhadap variasi beban setiap saat
(grafik beban)
I.2. Keandalan
Keandalan setiap unit SPD yang berbeda-
beda serta memiliki karakteristik tertentu
sangat mempengaruhi strategi
pembagian jam operasi dan pembebanan
Umur mesin juga akan berpengaruh besar
terhadap keandalan dan strategi untuk
pembagian jam operasi setiap SPD-nya.
I.3. Efisiensi
Bagi mesin yang tidak dapat
mencapai efisiensi sesuai hasil uji
misalnya : SFC dan SLC-nya tinggi
akan mempengaruhi pola operasi.
Ketidak efisienan ini harus dicari
penyebabnya dan dicek apakah sudah
mendekati jam pemeliharaan.
I.4. PEMBEBANAN
Rencana operasi dapat dibuat
berdasarkan pembebanan harian dan
mingguan sesuai dengan ramalan
beban
Perencanaan pengoperasian suatu
SPD diperlukan dalam penyusunan
RKAP Rayon sebagai bahan masukan
RKAP Unit Area.
Ramalan Beban
Untuk perencanaan pengusahaan pembangkitan diperlukan:
Daya mampu pembangkit
Beban puncak sistim
Karakteristik beban harian
Pertumbuhan beban
Untuk membuat rencana pengoperasian diperlukan :
Perlu diketahui beban yang dipikul PLTD dari waktu ke waktu
Apakah PLTD bagian dari interkoneksi sistem atau tidak.
Ramalan beban dibutuhkan untuk perencanaan operasi SPD ke
depan sehingga PLTD dapat menampung pertumbuhan beban
sehingga dapat mengatur pembagian beban dan jadwal
pengoperasian yang lebih rasional
Alur Proses Rencana Operasi
Tahunan
Beban Rencana
Harian Produksi
Tahunan Produksi
Produksi
Harian Tahunan

Jadwal Rencana
Pemeliharaan Pemeliharaan

Jadwal Rencana
Operasi Bulanan Operasi Bulanan
Tujuan Disusunnya
Jadwal Operasi Harian
Operator tidak ragu-ragu dalam mengoperasikan
SPD
Petugas pemeliharaan lebih mudah melakukan
pemeliharaan rutin dan menghindari pemeliharaan
periodik yang bersamaan.
Persiapan dan pemeriksaan yang berhubungan
dengan pengoperasian SPD lebih mudah
dilaksanakan oleh operator
Apabila terjadi kelainan data/ kinerja suatu SPD,
operator dapat segera mengganti SPD yang lain (bila
ada) atau melaksanakan penjadwalan pemadaman.
II. PELAKSANAAN
PENGOPERASIAN
Prosedur untuk pengoperasian setiap
SPD tidak selalu sama tergantung
pabrik pembuatnya
Dalam mengoperasikan suatu SPD

harus dipelajari dahulu :


Buku petunjuk pabrik
SOP PLTD
SOP SPD secara umum sbb:
1. Persiapan start
2. Cara-cara start dan waktu idle
3. Cara-cara paralel
4. Cara-cara melepas beban
5. Cara-cara mematikan SPD
6. Cara penanggulangan gangguan (black
out, salah satu SPD gangguan)
7. Pembuatan laporan harian
8. Pembuatan laporan gangguan
Persiapan Start SPD
1. Permukaan minyak pelumas dalam sump tank/ carter, turbo
charger, governor dan peralatan sistim pelumasan lainnya.
2. Permukaan BBM dalam tangki harian
3. Permukaan air pendingin dalam sistim pendinginan mesin
4. Tekanan botol angin, fungsi accu atau motor listrik untuk start
5. Posisi semua kran pada sistim pelumas, sistim BBM dan sistim
air pendingin
6. Sumber arus searah (DC source) termasuk switchnya
7. Lampu-lampu indikator serta alarm mesin
8. Fungsi syncronoscope dengan memberi tegangan dari busbar
9. ..
Persiapan Start SPD (Continue)
9. Jalankan semua alat-alat bantu (pompa minyak pelumas,
pompa air pendingin jacket & valve gear, pompa BBM,
extractor fan & radiator fan)
10. Setelah semua pompa-pompa jalan periksalah apakah
semua sistim bekerja dengan normal (tidak terjadi
kebocoran, vibrasi dsb-nya)
11. Buka kran indikator, dan putar turning gear 2 kali putaran.
12. Tutup kembali kran indikator
13. Bebaskan fly wheel dari alat pemutar (turning gear)
14. Matikan heater pada generator (untuk mesin baru/ mesin
lama tidak dioperasikan)
Menghidupkan Mesin
1. Setelah masa persiapan sudah dilaksanakan maka mesin siap
untuk distart.
2. Tunggu sampai tekanan pelumas mencapai tekanan yang diijinkan
3. Buka kran udara start dari botol angin
4. Tarik/ tekan atau putar handel/ tombol start dari posisi start
sehingga mesin berputar sampai putaran mesin ~ 100 rpm
pindahkan handel ke posisi run up, maka putaran akan naik
mencapai normal, selanjutnya pindahkan handel ke posisi RUN.
5. Untuk mesin yang distart dengan accu cukup hanya memutar
kunci start ke posisi start.
6. Tutup kembali kran udara start
7. Periksa apakah mesin sudah berjalan normal atau tidak. Bila
sudah normal maka mesin siap dibebani/ paralel.
Paralel Mesin
Pengertian paralel :
Mengoperasikan SPD bersama-
sama dengan satu atau beberapa SPD
lainnya untuk memikul beban suatu
sistim yang sama melalui busbar/ rel
Tujuan Paralel :
Supaya dapat mengatur
pengoperasian SPD secara ekonomis
Meningkatkan keandalan sistim
Membantu SPD lainnya yang
bebannya sudah terlalu berat
Penggantian operasi suatu SPD
Meningkatkan efisiensi pemakaian
tenaga operator.
Syarat Paralel :
Tegangan generator harus sama
dengan busbar
Frekwensi generator harus sama
dengan busbar
Urutan phasa harus sama dengan
urutan phasa busbar
Pembebanan SPD
Menaikkan beban :
Beban dinaikkan perlahan-lahan
sesuai kebutuhan
Usahakan mesin dibebani 80 s/d 90
% dari daya terpasang
Atur faktor daya Cos
Pantau kondisi operasi dan kinerja
mesin beserta alat bantunya
Pelepasan Beban :
Prosedur pelepasan merupakan
kebalikan dari pemberian beban
Beban dari SPD yang akan dilepas
diberikan kepada SPD yang lain
Pembebanan mesin yang mau dilepas
jangan terlalu rendah
Mematikan Mesin
Mematikan SPD dalam Keadaan Normal :
1. Turunkan beban perlahan-lahan dengan
memperhatikan beban mesin yang
memikul beban tersebut
2. Perhatikan frekwensi, tegangan, cos ,
dan beban
3. Turunkan beban hingga mendekati ~ nol
(5%)
4. Lepaskan OCB SPD
Prosedur Mematikan Normal
(Continue)
5. Pindahkan excitation change over switch
dari posisi auto control ke posisi hand
control
6. Turunkan tegangan sampai nol
7. Lepas FCB (Field Circuit Breaker)
8. Pindahkan excitation change over switch
dari posisi hand ke posisi of
9. Mesin distop
10. Biarkan alat bantu bekerja beberapa saat
Prosedur Mematikan Normal
(Continue)
11. Hidupkan heater generator
12. Membuat laporan
Prosedur Mematikan SPD bila
terjadi gangguan :
1. Segera lepas beban (dengan cara melepas
OCB feeder)
2. Tekan emergency stop mesin
3. Atur tegangan, cos , dan frekwensi pada
mesin yang masih beroperasi
4. Jalankan SPD cadangan langsung paralel
5. Masukkan kembali OCB feeder
6. Lakukan evaluasi penyebab terjadinya
gangguan
7. Membuat laporan
III. EVALUASI
Digunakan :
Untuk mengukur kinerja operasi PLTD

Untuk menyusun rencana operasi

PLTD
III.1. Pemakaian Bahan Bakar
Spesifik (SFC)
Perbandingan pemakaian bahan bakar
dengan kWh produksi
Pemakaian bahan bakar periode
SFC 1 = --------------------------------------- x 100 % (l/kWh)
KWh produksi bruto periode

Pemakaian bahan bakar periode


SFC 2 = --------------------------------------- x 100 % (l/kWh)
KWh produksi netto periode
III.2. Tarakalor
III.3.Pemakaian Minyak Pelumas
Spesifik (SLC)
Jika variasi beban tidak besar
Pemakaian pelumas periode
SLC 1 = --------------------------------------- x 100 % ( L/ Jam )
Jam operasi periode

Jika variasi beban cukup besar


Pemakaian pelumas periode
SLC 2 = --------------------------------------- x 100 % ( L/ kWh)
KWh produksi bruto periode
III.4.Jumlah Gangguan
Pembangkit per Unit
Dihitung dengan variabel gangguan
dari dalam dan dari luar yang
menyebabkan PMT lepas

Jumlah gangguan pembangkit rata-rata/ unit =

Gangguan pembangkit / periode


= ------------------------------------------ x 100 %
Unit pembangkit terpasang
III.5.Faktor Keluar Rata-Rata Karena
Gangguan per Unit (Force Outage
Factor)
Dipengaruhi oleh jumlah gangguan

dan waktu yang diperlukan untuk


mengatasi gangguan

Jam keluar karena gangguan


FOF = ----------------------------------------------------- x 100 %
Unit pembangkit terpasang x jam periode
III.6.Equivalent Avaibility Factor
(EAF)
AH = AVAILIBILITY HOUR
= J.PERIODE - JAM HAR - JAM GANGGUAN
DM TEST = DAYA MAMPU TEST TERAKHIR
DM REAL = DAYA MAMPU REAL DLM 1 BULAN
JAM DER = LAMA OPERASI DERATING ( < DM.TEST)

Anda mungkin juga menyukai