Anda di halaman 1dari 30

INSOMNIA

Ismo Yuwono
(20070310050)
Bagian Ilmu Saraf
FKUMY RSUD Salatiga
FISIOLOGI TIDUR
Makhluk hidup mempunyai irama sirkardian kehidupan yang sesuai
dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.

Fase Tidur susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-


neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan
sinkronisasi

Terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang


disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/
desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center).
FISIOLOGI TIDUR
PEMBAGIAN TIDUR
Tidur Dibagi Menjadi 2 Tipe Yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4
stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara
fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus
semalam.

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur dan
dibagi emnjadi 4 stadium. Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari
keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti
dalm tidur NREM
PEMBAGIAN TIDUR (NREM)
PEMBAGIAN KETERANGAN
Stadium 1 berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap
stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur
yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik,
yang disebut gelombang teta

Stadium 2 berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering
dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal
sebagai kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan
mudah

Stadium 3 berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan


gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik,
yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar
dibangunkan

Stadium 4 berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama
dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta.
Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau
Slow Wave Sleep (SWS)
PEMBAGIAN TIDUR (REM)
POLA SIKLUS BANGUN dan TIDUR

*Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan
menghilang pada jam 9 pagi.
PERUBAHAN TIDUR AKIBAT
PROSES MENUAAN
Orang usia lanjut mengalami waktu tidur yang dalam lebih pendek,
sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih lama.
Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak
ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada
kegiatan dan cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur.5
Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan
temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin
menurun dengan meningkatnya umur.
Cont. . .
DEFINISI INSOMNIA
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-
restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan
menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi
individu.

The International Classification of Diseases mendefinisikan


Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan

Menurut The International Classification of Sleep Disorders,


insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam,
disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.
KLASIFIKASI INSOMNIA
Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
Organik
Non-organik
Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti mimpu buruk,
berjalan sambil tidur, dll)

Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan
tertentu
Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama
sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.)
Gangguan ini menetap dan diderita minimal 1 bulan.
Cont. . .
PENYEBAB INSOMNIA
Cont. . .
Stres : Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau
keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari,
sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres,
seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian
atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.

Kecemasan Dan Depresi : Hal ini mungkin disebabkan


ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekhawatiran
yang menyertai depresi.

Obat-obatan : Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses


tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan
darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
Cont. . .
Kafein, Nikotin Dan Alkohol : Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin
merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol
adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh
tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.

Kondisi Medis : Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis,


kesulitan bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka
untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang
tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat
artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal
reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit
Alzheimer.
Cont. . .
Perubahan Lingkungan Atau Jadwal Kerja : Kelelahan akibat
perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan
terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur.
Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus
tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

Belajar' Insomnia : Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir


berlebihan tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu
keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur
lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang
biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika
mereka menonton TV atau membaca.
FAKTOR RESIKO
Cont. . .
Wanita : Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia.
Perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause
mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat
pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
Usia Lebih Dari 60 Tahun : Karena terjadi perubahan dalam pola
tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia.
Memiliki Gangguan Kesehatan Mental : Banyak gangguan,
termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic
stress disorder, mengganggu tidur.
Stres : Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress
jangka panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau
perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin
atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja : Bekerja
di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.
TANDA DAN GEJALA
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
Sering terbangun pada malam hari
Bangun tidur terlalu awal
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
Ketegangan dan sakit kepala
Gejala gastrointestinal
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
Pola tidur penderita.
Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.
KRITERIA DIAGNOSTIK INSOMNIA NON-
ORGANIK BERDASAR PPDGJ
Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas
tidur yang buruk
Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada
transient insomnia) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan
dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
PENATALAKSANAAN NON-FARMAKO
Trap Tingkah Laku :
Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik,
Teknik Relaksasi
Terapi kognitif
Restriksi Tidur
Kontrol stimulus
Cont. . .
Gaya Hidup Dan Pengobatan Di Rumah
Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari
kebisingan
Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap
hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
Menghindari makan besar sebelum tidur
Cek kesehatan secara rutin
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
PENATALAKSANAAN FARMAKO
1. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
2. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur) Obat yang
dibutuhkan adalah bersifat Sleep inducing anti-insomnia yaitu
golongan benzodiazepine (Short Acting) Misalnya pada
gangguan anxietas
Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit
masuk kembali ke proses tidur selanjutnya) Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat Prolong latent phase Anti-Insomnia, yaitu golongan
heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik) Misalnya pada
gangguan depresi
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep Maintining Anti-
Insomnia, yaitu golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (Long acting).
Cont. . .
Cont. . .
WARNING !!!
Kontraindikasi :
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko


menimbulkan teratogenic effect (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine
dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi
SSP)
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga
terapi pada gangguan lain spt depresi dll. Lebih buruk jika
gangguan ini disertai skizophrenia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai