Anda di halaman 1dari 29

KESEIMBANGAN EKONOMI

DUA SEKTOR
Pertemuan 5
Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E.

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


1 Universitas Panca Marga Probolinggo
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
Yang dimaksud dengan perekonomian dua
sektor adalah:

Ini berarti dalam perekonomian itu


dimisalkan tidak terdapat kegiatan
pemerintah
Ahmad danS.E.perdagangan
Iskandar Rahmansyah, - luar negeri.
2 Universitas Panca Marga Probolinggo
Ciri-ciri aliran pendapatan ekonomi
modern, sebagai berikut:

3 4

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


3 Universitas Panca Marga Probolinggo
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
DAN PENDAPATAN
Bentuk Umum : Yd = C + S
Pendapatan Pengeluaran
Tabungan
disposibel Konsumsi
(Yd) (C) (S)
0 125 -125 Pendapata
100 200 -100 n yang
200 275 -75 rendah,
Peningkata Rumah
n 300 350 -50
400 425 -25 Tangga
Pendapata mengorek
n 500 500 0
600 575 25 tabungan
menaikkan Pendapata
pengeluara 700 650 50
n yang
n konsumsi 800 725 75
tinggi,
900 800 100
Rumah
1000 875 125
Tangga
menabung

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


4 Universitas Panca Marga Probolinggo
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI
DAN PENDAPATAN
Ciri-ciri khas dari hubungan antara
pengeluaran
Pada konsumsi dan pengeluaran
disposabel adalah:

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


5 Universitas Panca Marga Probolinggo
Definisi Kecondongan Mengkonsumsi

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


6 Universitas Panca Marga Probolinggo
Definisi Kecondongan Menabung

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


7 Universitas Panca Marga Probolinggo
Contoh perhitungan

Kecondongan Kecondongan Kecondongan Kecondongan


Pendapatan Pengeluaran
Tabungan Mengkonsumsi Mengkonsumsi Menabung Menabung
disposibel Konsumsi
Marjinal Rata-rata Marjinal Rata-rata

(Yd) (C) (S) (MPC) (APC) (MPS) (APS)

CONTOH 1: MPC TETAP


Rp 200.000 Rp 300.000 Rp -100.000 - 1,50 - -0,50
400.000 450.000 -50.000 0,75 1,13 0,25 -0,13
600.000 600.000 - 0,75 1,00 0,25 -
800.000 750.000 50.000 0,75 0,94 0,25 0,06

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL


Rp 200.000 Rp 300.000 Rp -100.000 - 1,50 - -0,50
400.000 460.000 -60.000 0,80 1,15 0,20 -0,15
600.000 610.000 -10.000 0,75 1,02 0,25 -0,02
800.000 750.000 50.000 0,70 0,94 0,30 0,06

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


8 Universitas Panca Marga Probolinggo
HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN
KONSUMSI (C) DAN MENABUNG (S)
Pendapatan
MPC APC MPS APS MPS + MPC APS + APC
disposibel

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

CONTOH 1: MPC TETAP


Rp 200.000 - 1,50 - -50 -
400.000 0,75 1,13 0,25 -0,13 1 1
600.000 0,75 1,00 0,25 - 1 1
800.000 0,75 0,94 0,25 0,06 1 1

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL


Rp 200.000 - 1,50 - -0,50 -
400.000 0,80 1,15 0,20 -0,15 1 1
600.000 0,75 1,02 0,25 -0,02 1 1
800.000 0,70 0,94 0,30 0,06 1 1

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


9 Universitas Panca Marga Probolinggo
PEMBUKTIAN RUMUS

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


10 Universitas Panca Marga Probolinggo
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva
yang menggambarkan sifat hubungan
diantara tingkat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional (atau pendapatan
disposibel) perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva
yang menggambarkan sifat hubungan
diantara tingkat tabungan rumah tangga
dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional
Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -
(atau pendapatan
11
disposibel)
Universitas perekonomian tersebut.
Panca Marga Probolinggo
GAMBAR 1 FUNGSI KONSUMSI DAN
FUNGSI TABUNGAN

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


12 Universitas Panca Marga Probolinggo
PERSAMAAN FUNGSI KONSUMSI
DAN TABUNGAN
FUNGSI KONSUMSI

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


13 Universitas Panca Marga Probolinggo
PENENTU-PENENTU KONSUMSI DAN
TABUNGAN
Selain tingkat pendapatan, berikut ini
beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat konsumsi dan tabungan rumah
tangga:
1. Kekayaan telah terkumpul
2. Tingkat bunga
3. Sikap berhemat
4. Keadaan perekonomian
5. Distribusi pendapatan
6. Tersedia tidaknya dana pensiun yang
mencukupi
Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -
14 Universitas Panca Marga Probolinggo
INVESTASI (PENANAMAN
MODAL)
Pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa dalam
perekonomian
Pengeluaran/perbalanjaan yang digolongkan sebagai
investasi sebagai berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin
dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai
jenis industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah atau tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan
lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual,
bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi
pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


15 Universitas Panca Marga Probolinggo
Penentu Tingkat Investasi

Ramalan

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


16 Universitas Panca Marga Probolinggo
Tingkat Pengembalian Modal
Investasi memperoleh keuntungan apabila
nilai sekarang pendapatan pendapatan di
masa depan lebih besar daripada nilai
sekarang modal yang diinvestasikan.
Menghitung nilai sekarang:
Y1 Y2 Yn
NS ...
1 r 1 r 2
1 r n

Y Y Y
M
Menghitung
1

tingkat
pengembalian
2
... modal:
n
1 R 2
1 R
n
1 R

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


17 Universitas Panca Marga Probolinggo
Efisiensi Investasi Marajinal (Marginal
Efficiency of Investment/MOI)

Tingkat Pengembalian Modal

R0 A

R1 B

I = MEI

I0 I1
Investasi (yang diperlukan)

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


18 Universitas Panca Marga Probolinggo
Suku Bunga dan Tingkat Investasi

r0 A
Suku Bunga

r1 B

I = MEI

I0 I1
Investasi (yang diperlukan)

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


19 Universitas Panca Marga Probolinggo
Bentuk dan Kedudukan Fungsi Investasi

I2
Investasi

Akibat suku bunga turun (dari r0 ke r2)

I0 (r0)

Akibat suku bunga turun (dari r0 ke r1)

I1

Pendapatan Nasional

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


20 Universitas Panca Marga Probolinggo
Hubungan Kurva Mei dengan Fungsi
Investasi
r I

I2

I0

I1

MEI

I Y
a. Kurva MEI b. Fungsi investasi

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


21 Universitas Panca Marga Probolinggo
PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN
EKONOMI
Pendapatan
Konsumsi Tabungan Investasi Pengeluaran
Nasional
(C) (S) (I) Agregat (AE)
(Y)
0 90 -90 120 210
120 180 -60 120 300
240 270 -30 120 390
360 360 0 120 480 ekspansi
480 450 30 120 570
600 540 60 120 660
720 630 90 120 750
840 720 120 120 840 seimbang
960 810 150 120 930
1080 900 180 120 1020 kontraksi
1200 990 210 120 1110

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


22 Universitas Panca Marga Probolinggo
Grafik Keseimbangan Perekonomian Negara

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


23 Universitas Panca Marga Probolinggo
MODEL PENGGANDA (multiplier
model)
Pengganda (multiplier) menjelaskan bagaimana
shocks yang terjadi pada investasi, pajak dan
pengeluaran pemerintah, dan perdagangan luar
negeri berpengaruh terhadap output dan kesempatan
kerja dalam perekonomian, dengan asumsi:
Upah dan harga tidak berubah
perekonomian terdapat pengangguran
sumberdaya
Tidak ada perubahan dalam pasar uang

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


24 Universitas Panca Marga Probolinggo
Proses Multiplier pada grafik

Y = AE
AE1 = C +
I1
Eb AE0 = C +
E2
A
2
I0
A1
(AE)
Pengeluaran
Agregat (AE)
Pengeluaran

E1
A
Agregat

Ea
I

45
0 NI
Ya Y 0 Y1 Y 2 Y b
Contoh Menentukan Multiplier

Pada mulanya dimisalkan pada sebuah perekonomian terjadi


penambahan Investasi sebesar 20 dan MPC adalah sebesar 0,75.
adanya tambahan investasi ini akan menimbulkan penambahan
rumah tangga sebesar MPC x I 0,75 x 20 = 15 dan tabungan
sebesar MPS x I 0,25 x 20 = 5 dan seterusnya.
Secara lengkap maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tambahan Tambahan
Tahap Proses Tambahan NI Konsumsi Tabungan
Multiplier
(Y) (C) (S)
1 I = Y1= 20 15 5
2 15 11,25 3,75
3 11,25 8,4375 2,8125
4 8,4375 6,3281 2,1094
5 6,3281 4,7461 1,582
... ... ... ...
Jumlah 80 60 20
Rumus Multiplier
Berdasarkan contoh diatas maka dapat di buat
sebuah rumusan metematis dalam menghitung
multiplier.

Atau
Perubahan Keseimbangan Pendapatan
Nasional
Dengan memanfaatkan contoh pada bagian sebelumnya:
C = 90 + 0,75 Y dan I = 120 maka akan menghasilkan Pengeluaran
Agregat (AE) sebesar 840.
Kenaikan investasi sebesar 20 menyebabkan perubahan dalam tingkat
investasi I = 120 + 20 = 140, maka
Y=C+I
Y = 90 + 0,75 Y + 140
Y- 0,75Y = 90 + 140
0,25 Y = 230 Y = 920

Atau dengan cara lain:

Y = 1 / (1-0,75) 20
Y = 1 / (0,25) 20
Y = 80 Y1 = Y + Y
Y1 = 840 + 80 920.
PARADOKS BERHEMAT
Paradox berhemat adalah suatu keadaan
perekonomian dimana pngeluaran agregat
adalh penentu utama keseimbangan
pendapatan nasional, kenaikan dalam
tabungan yang seterusnya mewujudkan
pengurangan dalam konsumsidan
pengeluaran atau pembelanjaan agregat,
akan merendahkan tingkat pendapatan
nasional yang dicapai.

Ahmad Iskandar Rahmansyah, S.E. -


29 Universitas Panca Marga Probolinggo

Anda mungkin juga menyukai