Anda di halaman 1dari 29

SUHU

Di Susun Oleh :
Kelompok 3
Dhiki Purnama Abdi
Karina ayu suwarni
Maulidina Ragil Saputri
Misbahul Muniroh
Noor Hidayah
PENGERTIAN
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah
panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang kelingkungan luar.
Suhu tubuh diukur dalam derajat. Tempat
pengukuran suhu tubuh yaitu oral, rectal, axilla,
membrane tympany, esophagus, arteri
pulmoner.
TUJUAN

Pengukuran suhu
tubuh dilakukan
untuk mengetahui
suhu badan pasien
untuk menentukan
tindakan perawatan.
Suhu Tubuh Inti Dan Suhu Tubuh
Permukaan

Suhu inti:
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada
jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). Tempat
pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum,
membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel,
kandung kemih, rektal.
Suhu permukaan:
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat
pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai
40C. Tempat pengukuran suhu permukaan yang
paling efektif : kulit, aksila oral.
Suhu Tubuh Normal Sesuai
Tingkatan Umur
Suu
UMUR (Derajat SUHU TUBUH NORMAL
Celcius)
3 Bulan 37,5 NORMAL 36,5C 37,5C

1 Tahun 37,7
HIPOTERMIA < 36C
3 Tahun 37,2
5 Tahun 37,0 FEBRIS/PANAS >37,5 C
7 Tahun 36,8
9 Tahun 36,7
13 Tahun 36,6
Dewasa 36,4
> 70 Tahun 36,0
Perbandingan Suhu Berdasarkan
Jenis Kelamin
Suhu
Proban Mulut Axila Anus Skrotum
dus Sbl m Ssdh Sblm Ssdh Sblm Ssdh Sblm Ssdh

34,1 34,4 35,6 36 31,8 33,95 34,65 36,25


normal
gemuk 34,3 34,9 35,95 35,9 34,3 36,15 34,05 36,05
kurus 35,1 34,35 35,75 35,65 35,55 35,85 34,6 36,25
34,15 33,6 35,65 35,55 36,3 38,3 35,75 36,35
alkoholik
normal 33,4 32,2 35 35,1 34,1 35,1 - -
sakit 33,8 32 35,7 35,5 36,7 37,1 - -
gemuk 34,2 33,8 35 34,1 37,2 37,6 - -
kurus 34,4 32,2 35,2 34,8 35,4 36,6 - -
Perubahan Suhu

Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point


hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas
yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan/dan produksi panas
yang minimal. Pada Sifat perubahan tsb mempengaruhi masalah klinis
yang dialami klien.
1. Demam
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas
tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
Tingkat ketika demam mengancam kesehatan seringkali merupakan sumber
yang diperdebatkan diantara pemberi perawat kesehatan. Demam
biasanyatidak berbahaya jika berada pada suhu dinawah 39 C.
Lanjutan ..
Berikut beberapa pola dem
am :
a. Terus menerus : tingginya
menetap lebih
dari 24 jam bervariasi 1C sa
mpai 2C.
b. Intermiten : demam memun
cak secara
berseling dengan suhu norm
al. Suhu
kembali normal paling sedik
it dalam 24
jam.
c. Remiten : demam memunca
k dan turun
tanpa kembali ke tingkat suh
u normal.
d. Relaps : periode episode de
mam diselingi
dengan tingkat suhu normal
, episode
demam dan normotemia dap
at memanjang
lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan akibat panas

Kelelahan akibat panas terjadi apabila diaphoresis yang banyak


mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang sangat panas. Tanda dan gejala
kurangnya volume cairan adalah hal yang umum selama
kelelahan akibat panas. Tindakan yang pertama yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia

Hipertermia yaitu peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan


ketidak mampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas
atau menurunkan produksi panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke. Klien yang
beresiko termasuk yang masih sangat mudaatau sangat tua
yang memiliki penyakit kaediovaskular, hipotoroidisme,
diabetes, atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah
yang mengkonsumsi orang yang dapat menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (miss :
Fenotiazim, antikolirgenik, diuretic, amfetamin dan antagonis
resptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (miss : atlet, pekerja kontruksi
dam petani)
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hupotalamus. Heatstroke
dengan suhu >40,5C mengakibatkan kerusakan jarungan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas akibat hipotermia.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C klien mengalami
gemetar yang todak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh menurun dibawah
34,4C frekuensi jantung pernafasan dan tekanan dalam turun.
Jika hipotermia terus berlangsung, klien akan mengalami
disritmia jantung, kehilangan kesadaran dan tidak responsif
terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipotermia berat, klien
dapat menunjukan tanda klinis yang mirip dengan orang mati
misalnya tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta
pernafasan sangat lemah.
Klafikasi Hipotermia
Celcius (C) Fahrenheit (F)

Ringan
33 36 91,4 96,8
Sedang
30 33 86,0 91,4
Berat
27 30 80,6 86,0
Sangat berat
<30 <80,6
Produksi Panas
Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme, yang
merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan
merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi
metabolism. Termogulasi membutuhkan fungsi normal
dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler
membutuhkan energi untuk membentuk adenosine
trifosfat (ATP). Jumlah energy yang digunakan untuk
metabolisme adalah laju metabolik. Aktivitas yang
memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju
metabolik. Bila metabolism meningkat, panas tambahan
akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas yang
diproduksi akan lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama
istirahat, gerakan otot polos, getaran dan termogenesis
tanpa menggigil.
1. Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh
saat istirahat. Jumlah rata-rata laju metabolik basal (BMR)
bergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga
mempengaruhi BMR. Dengan cara meningkatkan pemecahan
glukosa dan lemak tubuh, hormone tiroid meningkatkan laju
reaksi kimia pada hamper seluruh sel tubuh. Bila hormone tiroid
direaksi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkatkan 100%
diatas normal. Tidak adanya hormone tiroid dapat mengurangi
setengah jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan produksi
panas. Stimulasi system saraf simpatis oleh neropinefrin dan
epinefrin juga dapat meningkatkan laju metabolic jaringan
tubuh. Mediator kimia ini menyebabkan glukosa darah turun,
yang akan menstimulasi sel untuk menghasilkan glukosa.
Hormone seks pria, testosterone meningkatkan BMR. Pria
memiliki BMR yang lebih tinggi dari pada wanita.
2. Gerakan volunteer seperti aktivitas otot selama
latihan, membutuhkan tambahan energi. Laju
metabolic dapat menigkat diatas 2000 kali
normal. Produksi panas dapat meningkat di atas
50 kali normal.
3. Menggigil merupakan respons tubuh involunter
terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh.
Gerakan otot skelet selama menggigil
membutuhkan energi yang signifikan. Menggigil
dapat meningkatkan produksi panas 5 5 kali
lebih besar dari normal. Panas diproduksi untuk
mempertahankan suhu tubuh.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu
Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda- beda.
Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi
tubuh menjadi berbeda pula.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.
Lanjutan ..
3.Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-
20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin
dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100%
diatas normal.
5. Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena
pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6C di atas suhu basal
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap
peningkatan suhu 10C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak
ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
8. Aktifitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu
tubuh mengalami gangguan.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
Proses Pengeluaran Panas
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam
bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah
yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5
20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang
panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme
kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15%
seluruh mekanisme kehilangan panas.
Lanjutan ..
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan
langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh,
yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan
benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses
perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus
3. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara.
4. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi
perpindahan panas tubuh.
er ug i a n
a n D a n K
e unt un g u bu h
K n Su hu T
u ku r a
Peng
1. Timpani
1. Timpani
Keuntungan :
a. Tempat mudah dicapai.
b. Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
c. Memberi pembacaan inti yang akurat.
d. Waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).
e. Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu klien.
Kerugian :
f. Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran.
g. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau
membran timpani.
h. Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai.
i. Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu.
j. Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3
tahun masih diragukan.
2. Rektal
Keuntungan :
a. Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat
diperoleh
b. Menunjukkan suhu inti
Kerugian :
c. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau
cenderung perdarahan.
d. Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber
rasa malu dan ansietas klien.
e. Risiko terpajan cairan tubuh
f. Memerlukan lubrikasi
g. Dikontradiksikan pada bayi baru lahir
3. Oral
Keuntungan:
a. Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi
b. Nyaman bagi klien
c. Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat
Kerugian:
d. Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut
e. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat
kedinginan.
f. Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang
sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar atau tidak
kooperatif
g. Risiko terpapar cairan tubuh
4. Aksilla
Keuntungan:
a. Aman dan non-invasif
b. Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang
tidak kooperatif.
Kerugian:
c. Waktu pengukuran lama
d. Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi
klien

Anda mungkin juga menyukai