Anda di halaman 1dari 13

Foetor Nasi

Putra Pramudia Akbar


201520401011113
Definisi

Foetor ex Nasi (Hidung Berbau) adalah bau


busuk dari dalam hidung yang merupakan
suatu gejala dari sebuah penyakit, biasanya
disertai dengan gejala hidung lain seperti
hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung
(darah, pus, dll)

Nama lain : Offensive Odor, stinkende afscheiding, a stench


PATOGENESIS
Menurut BOIES
Foetor ex Nasi terjadi akibat adanya
nekrosis dari mukosa dan terdapat
organisme saprofit didalamnya, selain
Secara Umum dapat disimpulkan
itu juga bias disebabkan pus yang kronis bahwa penyebab Foetor ex Nasi
dan berbau dalam sinus maksilaris yang adalah :
berasal dari gigi. 1.Pembusukan sel-sel mati atau
Corpus Alienum oleh kuman saprofit
2.Pembusukan jaringan Nekrotik
Menurut BOYD akibat trauma, radang karena iritasi
Nekrosis sebagai penyebab foetor ex fisik atau kimiawi, toksin bakteri,
neoplasma maligna
nasi dapat disebabkan oleh :
1. Suplai darah <<<
2. Toksin Bakteri
3. Iritasi Fisik maupun Kimiawi
Sehingga jaringan yang nekrosis tsb akan
mengalami pembusukan oleh organisme
saprofit
DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS
Keluhan Pasien : Bau busuk dari hidung yang disadari pasien
dan atau orang lain, disertai discharge atau tidak, bau busuk
pada kedua lubang hidung atau salah satu.
2. Pemeriksaan Fisik
Jika terdapat discharge perlu ditentukan apakah
purulent/sanguinous dan banyak/sedikit, bau discharge
seperti apa, warna discharge, dan lain-lain sesuai etiologi.
Diagnosa Banding
Corpus alienum

Rhinoliths

Nasal diphtheria

Sinusitis

Ozaena

Rhinitis caseosa

Nasopharyngitis kronis
DIAGNOSIS BANDING
1. Korpus Alienum
2. Rhinolit
Sering terjadi pada anak-anak, Benda asing berasal dari
biasanya unilateral
garam yang tidak larut
Rute : Anterior hidung biasanya dalam sekret hidung dan
ditemukan di anterior vestibulum
atau meatus inferior sepanjang
membentuk massa berkapur
dasar hidung sebesar benda asing yang
Benda Logam (Kancing, dll) dan
tertahan lama atau bekuan
Non Logam (Biji buah, manik- darah.
manik, kelereng, batu, kacang- Sering terjadi pada orang
kacangan,dll)
dewasa, unilateral
Gejala : Halitosis, Rhinitis
unilateral dengan kausa tidak
Warna massa : abu-abu,
jelas, Obstruksi hidung, Tanda- coklat, hitam kehijauan
tanda infeksi, Tanda iritasi,
Konsistensi massa : lunak
Edema, Luka bakar (jika corpal =
baterai) keras, rapuh atau porus
Tatalaksana : Ekstraksi Corpus Terapi : Ekstraksi Rhinolit
Alienum
3. Difteri Hidung 3. Sinusitis
Ada 2 tipe difteri hidung yaitu: Bisa terjadi pada anak-anak
dan dewasa, bersifat unilateral
1. Primer : terbatas dalam atau bilateral
hidung, benigna Pada anak-anak
2. Sekunder : berasal atau Discharge banyak (bilateral >>) ,
infeksi adenoid, alergi
bersama-sama dengan difteri
Gejala : obstruksi nasal, persistent
faring, maligna mucopurulent discharge, frequent
colds
Gejala klinis :
Pada Dewasa
Demam, Discharge bilateral = anak-anak tetapi penderita
(sanguinous), ekskoriasi dewasa menyadari bahwa terdapat
bau tidak enak pada hidungnya
vestibulum nasi, Toksemia ,
Bisa terjadi hiposmia jika ada
Limfadenitis, Paralisis otot obstruksi dan bersifat temporer
pernapasan Terapi
Terapi : Membersihkan discharge,
memperbaiki ventilasi dan drainase
Antibiotika, ADS, salep Antibiotika yg sesuai
antibiotika untuk cegah Tindakan operatif
dermatitis akibat nasal discharge
5. Ozaena 6. Nasofaringitis Kronis
Ozaena = rhinitis chronica Pada nasofaring terdapat
atrophicans cum foetida jaringan limpoid, adenoid
Karakteristik yang dapat ditempati oleh
bakteri-bakteri dalam kripte.
Atropi mukosa dan jaringan
pengikat submucosa Infeksi virus (+) bakteri yg
struktur fossa nasalis menetap pada limpoid dan
Krusta kuning kehijauan adenoid menjadi virulen
dan discharge berbau meluas ke semua arah.
Bilateral Sifat : Self Limiting atau
Pasien Anosmia, Orang lain Kronis tergantung daya
tidak tahan bau hidung tahan tubuh
pasien
Kronis : discharge purulent
Penderita wanita > Pria, (+) bilateral, berbau
usia pubertas >>
Terapi : menghilangkan
Terapi Konservatif dan discharge yang lengket di
atau dikombinasi dengan nasofaring, antibiotika, dan
terapi operatif
tetes hidung
7. Rhinitis Kaseosa
Adalah perubahan kronis
inflamatoar dalam hidung
dengan adanya pembentukan
jaringan granulasi dan
9. Neoplasma Maligna
akumulasi massa seperti keju Gejala tersering :
yang menyerupai
kolesteatoma. obstruksi nasal unilateral
Terapi dan perdarahan nasal.
Membersihkan discharge, memperbaiki
ventilasi dan drainase
Diagnosis dengan Biopsi
Antibiotika yg sesuai pada bagian jaringan
Tindakan operatif tidak nekrotik
Perlu tindakan sedini
8. Radang Kronis Spesifik mungkin
Sifilis tertier gumma pada
septum bagian tulang (vomer) Terapi : Operatif,
s/d palatum durum, bisa Radioterapi atau
nekrosis perforasi septum.
Foetor bilateral Kemoterapi, dan atau
TB Tuberkuloma mengenai Kombinasi
septum bagian kartilago, bias
nekrosis perforasi septum.
Foetor bilateral

Sifilis vs TB CBC dan Biopsi,


Nasal swab, Foto Thorax
Terapi spesifik sesuai kausa
Pedoman DIAGNOSTIk

Pada Anak Anak

Korpus
Unilateral Alienum

Discharge
Difteri
Sanguinous Hidung

Bilateral

Profuse Sinusitis
Pada Dewasa

DISCHARGE PERSEPSI BAU


NAMA
PENYAKIT
UNILATERAL BILATERAL PASIEN ORANG LAIN

Rhinolit + - + +

Sinusitis - + + +

Ozaena - + - +

Nasofaringitis +
- + -
Kronis Postnasal

Rhinitis
+ - + +
Kaseosa
Sifilis Tertier
(Septum - + + +
Tulang)
Tuberkulosis
(Septum - + + +
Kartilago)
Neoplasma
+ + + +
Maligna
Prognosis

corpus alienum dan rhinoliths baik


untuk radangbaik.
Adanya bermacam-macam antibiotika dapat
memperkecil insidens, komplikasi.
Ozaena:
Ozaena ringan, dengan terapi konservatif atau
kombinasi konservatif dan operatif, prognosis
baikdapat sembuh 100%.
Ozaena sedang, dengan terapi kombinasi
konservatif dan operatif hanya 75% - 83%
berhasil baikdapat residif
Ozaena berat, dengan terapi konservatif
maupun operatif tidak berhasil, atau hasil 0%
Daftar Pustaka

BOYD W :Textbook of pathology, 7-ed. Philadelphia. Lea


Febiger, 1961,pp 25--33.
SOEDARJATNI : Foetor ex Nasi.Majalah Cermin Dunia
Kedokteran, 9/1977.
BOIES LR :Fundamentals of otolaryngology. A textbook of ear,
nose and throat diseases,4ed. Philadelphia. WB Saunders
10.Co:, 1964, pp246-480.

Anda mungkin juga menyukai