R1
R3 R2
Cara Thiessen
Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang
dibentuk dengan menggambarkan garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghubung antara dua pos penakar.
Ri =(A1.R1 + A2. R2 + ........+Ax.Rx)/(A1 + A2 + ....... + Ax)
R3
A3
R1 A1
A2
R2
Dimana :
Ri = curah hujan daerah (mm)
R1, R2, ..Rx = curah hujan ditiap titik pengamatan dan x adalah jumlah titik
pengamatan
A1, A2, Ax = luas daerah yang mewakili tiap titik pengamatan, km 2
Cara Isohiet
Dimana :
Ri = curah hujan daerah (mm)
A1, A2, Ax = luas bagian-bagian antara garis Isohiet (km2)
R1, R2, Rx = Curah hujan pada Isohyet 0,1,2,,x (mm)
R2
R1 garis Isohiet
A2 A3
A1
R3
EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan-badan air
(abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman (boitik)
akibat proses respirasi dan fotosistesis.
Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah
melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi
disebut sebagai evapotranspirasi (ET).
Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
a. Radiasi surya (Rd): Komponen sumber energi dalam memanaskan badan-badan air, tanah
dan tanaman. Radiasi potensial sangat ditentukan oleh posisi geografis lokasi,
b. Kecepatan angin (v): Angin merupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya
air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga proses penguapan dapat berlangsung terus
sebelum terjadinya keejenuhan kandungan uap di udara,
c. Kelembaban relatif (RH): Parameter iklim ini memegang peranan karena udara
memiliki kemampuan untuk menyerap air sesuai kondisinya termasuk temperatur
udara dan tekanan udara atmosfit
d. Temperatur: Suhu merupakan komponen tak terpisah dari RH dan Radiasi. Suhu ini dapat
berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu atmosfir. Proses
terjadinya evaporasi dan transpirasi pada dasarnya akibat adanya energi yang
disuplai oleh matahari baik yang diterima oleh air, tanah dan tanaman
PENGUKURAN EVAPORASI DAN
EVAPOTRANSPIRASI
Atmometer : alat untuk mengukur evaporasi dari permukaan
basah yang dibakukan (standardized wet surface).
Macam-macam atmometer :
Atmometer Piche : terdiri atas gelas yang diberi skala, bagian
bawahnya diisi dengan air. Diantara gelas berskala dan bagian
bawahnya diberi sehelai kertas filter yang ditekan terhadap suatu
piringan (disk)
- Atmometer Livingstone
Merupakan bola porselin berpori diisi dengan air untuk
memberikan muka evaporasi.
Panci
Evaporasi
Dibuat untuk meniru (stimulate) kondisi evaporasi permukaan air bebas
Panci evaporasi dapat dipasang :
Di atas permukaan tanah - Ditanam dalam tanah
Mengambang di air
Prinsip Pengukuran
Penguapan
Penguapan diukur dengan panci penguapan Type A yang
merupakan standar pengukuran yang disarankan untuk
digunakan oleh World Meteriological Organization.
Penguapan netto diperoleh dengan cara menambah dan
mengambil air dari panci penguapan yang berbentuk silinder
dengan tujuan agar muka air didalam tabung penenang tetap
sama tinggi dengan titik tinggi pedoman (fixed point).
Alat-Alat dan Bahan
Tangki penguapan Type A merupakan suatu wadah yang
berbentuk silinder yang memiliki tinggi 25 cm, diameter dalam
120.7 cm.
Terbuat dari besi yang digalvanisir atau baja monel yang
dilengkapi dengan tabung penenang yang terbuat dari pipa besi
diameter 3 inci dengan tinggi 20 cm .
Didalamnya diisi besi runcing untuk menentukan titik tinggi
pedoman dalam mengukur posisi air didalam panci penguapan.
Dalam panci penguapan diisi air hingga mencapai ketinggian 5
cm di bawah bibir panci (rim) dan diharuskan tidak boleh lebih
dari 7,5 cm di bawah bibir panci (rim).
Panci penguapan ini diletakkan di atas punggung kayu dengan
ketinggian 15 cm dari dasar tanah dengan tujuan untuk
memberikan sirkulasi udara di bawah panci.
Gambar Panci
Evaporasi
1
Mengukur radiasi
Matahari
Pada stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan
radiometer untuk mengukur gelombang pendek radiasi
yang masuk dari matahari/angkasa dan radiasi netto yang
dipantulkan.
Radiasi yang dipantulkan merupakan penjumlahan dari
radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi (cm/bulan)
T = Temperatur udara (0C/bulan)
I = Indeks panas tahunan
a dan c = Koefisisien yang tergantung pada lokasi studi
Metode Blaney-
Criddle
Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah
1. Dari data temperatur rata-rata (0C/bulan)
2. Hitung nilai (p) dengan persamaan :
P = j / J . 100
dimana :
j = rata-rata lamanya waktu siang hari untuk bulan tertentu
J = jumlah waktu lamanya siang dalam setahun
T = temperatur rata-rata (0C/bulan)
P = koefisien
Metode Penman
Modifikasi
Prosedur perhitungan metode Penman-modifikasi :
1. Data yang dibutuhkan :
a) Temperatur udara (oC)
b)Kelembaban udara relatif. (%).
c)Kecepatan angin (m/dt)
d)Durasi matahari
e) Menentukan elevasi daerah dan tekanan atmosfir.
2. Menentukan fungsi kecepatan angin, F(u) = 0,27 (1 + U/100)
Bentuk DAS
DAS yang mempunyai bentuk lebar akan menunjukkan ciri debit aliran puncak
lebih besar daripada debit aliran puncak pada DAS yang memanjang. Pada DAS
yang berbentuk memanjang, waktu untuk terjadinya akumulasi aliran penuh
akibat curah hujan akan lebih lama, sehingga bentuk hidrograf cenderung akan
lebih landai dengan waktu terjadinya debit puncak lebih besar.
Pengaruh bentuk DAS terhadap bentuk
hidrograf
Hubungan antara Hujan, Parameter DAS dan Aliran
Luas DAS
Debit puncak untuk setiap satuan
DAS akan lebih besar pada DAS
dengan luas kecil. Hal ini dapat
disebabkan faktor losses dan reduksi
yang umumnya lebih besar pada DAS
yang luas. Misal akibat adanya danau
atau rawa.
Hubungan antara Hujan, Parameter DAS dan Aliran
Topograf
Tataguna lahan
Faktor tataguna lahan pada DAS memberikan
pengaruh cukup dominan. Macam penggunaan
lahan akan sangat menentukan besarnya losses
akibat infiltrasi dan besarnya koefisien limpasan
permukaan.
Perubahan tataguna lahan dapat menyebabkan
perubahan nilai koefisien limpasan permukaan
(koefisien aliran) dan kerapatan jaringan kuras.
Sebagai contoh pada DAS yang semula sebagian
besar berupa hutan dan persawahan, kemudian
berubah menjadi lahan pemukiman, akan
menunjukkan ciri perubahan debit puncak aliran
banjir menjadi meningkat.
Curah Hujan
Rancangan
Curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dengan kala
ulang tertentu.
Kala ulang/periode ulang/return period : interval waktu rata-
rata suatu peristiwa akan disamai atau dilampaui satu kali.
Curah hujan rancangan dihitung dengan analisis frekwensi
dengan memperhatikan persyaratannya :
Dihitung parameter statistiknya (Cs, Cv, Ck). Syarat untuk E.J.
Gumbell Ck = 5,40 dan Cs = 1,14. Sedangkan Log Pearson III
harga Cs dan Cv nya bebas.
Uji sebaran dengan Chi Square Test dan Smirnov Kolmogorov
Test
(x i xo )
Sx = i 1
n 1
(n 1) (n 2) Sx 3
Ck =
n 2
x i xo 4
(n 1) (n 2) (n 3) Sx 3
Sx
Cv =
xo
4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan distribusi
frekuensi mana yang akan digunakan.
DEBIT BANJIR
RANCANGAN
Metode Rasional
Asumsi-asumsi :
1. Debit pengaliran Q yang diakibatkan oleh curah hujan dengan intensitas
tersebut berlangsung selama waktu tiba banjir.
2. Debit aliran maksimum (Qmak) yang diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas I, dan berlangsung selama waktu tiba banjir, mempunyai hubungan
linier dengan intensitas hujan I.
3. Peluang terjadinya debit maksimum sama dengan peluang terjadinya intensitas
hujan untuk waktu tiba banjir.
4. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada curah hujan untuk setiap
peluang.
5. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada semua curah hujan
yang terjadi di suatu daerah aliran.
Rumus
Rasional
Q = 0,278. C.i.A
Dimana :
Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m 3/dt
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km 2
Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan Metode
Rasional digunakan beberapa komponen yaitu : waktu tiba
banjir (Tc), intensitas curah hujan (i) dan koefisien limpasan
(C)
Waktu tiba banjir
Waktu tiba banjir adalah selang waktu antara permulaan
hujan dan saat pada seluruh daerah aliran ikut berperan
pada pengaliran sungai atau waktu yang diperlukan oleh
hujan yang jatuh di titik terjauh dari daerah pengaliran
untuk mencapai titik yang ditinjau.
Intensitas
Hujan
Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi
persatuan waktu dimana air tersebut terkonsentransi.
Intensitas hujan berdasarkan persamaan Dr. Mononobe :
2/3
R 24 24
i = 24 x t
Dimana :
i = intensitas hujan ( mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = lama hujan (jam)
Disini hujan harian maksimum dipakai hujan rancangan
berdasarkan kala ulang tertentu, dengan demikian intensitas hujan
yang didapat juga berdasarkan kala ulang tertentu.
Koefisien
Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu besaran yang didasarkan
pada keadaan daerah pengaliran dan karakteristik hujan
di daerah tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien
pengaliran :
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar
sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kebasahan tanah
Suhu dan angin
Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Metode Weduwen
Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100 km2
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Taksir harga tc
2. Menghitung koefisien reduksi (), dengan persamaan :
120 A t 1 / t 9
120 A
11. Mengontrol nilai R1 = RT , jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai R1
12. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang dengan
menggunakan persamaan :
xRxR T xA
QT =
200
Lanjutan
Dimana :
QT = debit banjir rancangan (m3/detik)
= koefisien pengaliran Melchior berkisar 0.42 0.62 dianjurkan menggunakan 0.52
= koefisien reduksi
R = curah hujan rancangan (m3/detik)
R1 = hujan maksimum sehari (m3/detik/km2)
A = luas daerah pengaliran (km2)
nF = luas elips (km2)
L1 = panjang sumbu besar ellips (km)
L2 = panjang sumbu kecil ellips (km)
L = panjang alur sungai utama (km)
Tc = waktu tiba banjir (jam)
V = kecepatan aliran (m/detik)
I = kemiringan rata-rata dasar sungai ( I = H/0,9 L)
H = beda elepasi antara titik yang dimaksud dan titik pada 0,9 L.
Tabel Presentasi 2 untuk hujan kurang dari 24 jam pada
luas ellips (nF) terhadap hujan makssimum sehari
NF Hujan selama beberapa jam
(km2) 1 2 3 4 5 6 8 10 12 16 20 24
0 44 64 80 89 92 92 93 94 95 96 98 100
10 37 57 70 80 82 84 87 90 91 95 97 100
50 29 45 57 66 70 74 79 83 88 94 96 100
300 20 33 43 52 57 61 69 77 85 93 95 100
? 12 23 32 42 50 54 66 74 83 92 94 100
Metode Haspers
Prosedur perhitungannya adalah :
1. Menentukan besarnya koefisien pengaliran :
1 0,012 A 0,7
1 0,075 A 0,7
Tc . R
b). r ; bila ; 2 jam < Tc < 19 jam
Tc 1
c). r = 0,707 R (Tc + 1)0,50 ; bila ; 19 jam < Tc < 30 hari
5. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan persamaan Haspers :
Q = . .RT . A
HIDROGRAF SATUAN
Hidrograf adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara tinggi
permukaan air atau debit terhadap waktu (Linsley, 1982). Sherman (1932)
telah memperkenalkan hidrograf satuan sebagai cara untuk memperkirakan
bentuk hidrograf . Hidrograf satuan ialah hidrograf aliran langsung (direct
runoff) yang dihasilkan dari hujan efektif setinggi rata-rata 1 mm tersebar
merata di daerah aliranya dengan suatu laju seragam selama suatu periode
atau waktu tertentu.
Menurut bernard (1932), cara hidrograf satuan beserta cara grafik distribusi
adalah cara yang sangat baik dan berguna untuk perhitungan debit banjir
rancangan. Analisis terinci tentang hidrograf banjir umumnya penting di dalam
usaha mengurangi kerusakan akibat banjir, perkiraan banjir, atau penetapan
debit rancangan bagi berbagai bangunan yang harus melayani air banjir. Untuk
membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak tersedia atau sedikit
sekali data observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau
parameter daerah pengalirannya, misalnya waktu untuk mencapai puncak
hidrograf, lebar dasar, luas, panjang alur terpanjang, koefisien limpasan, dan
sebagainya.
Hidrograf satuan sintetik dipergunakan apabila tidak tersedia atau sedikit sekali
data suatu daerah pengaliran sungai. Data yang dimaksud adalah data
pengukuran debit, data hujan jam-jaman, data AWLR, dan sebagainya.
HIDROGRAF SATUAN SINTETIK