OTONOMI DAERAH
Desentralisasi:
Desentralisasi penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI.
Dekonsentrasi:
Dekonsentrasi pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.
Otonomi Daerah vs Daerah Otonom
Otonomi Daerah:
Daerah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Daerah Otonom:
Otonom kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem NKRI.
Daerah Otonom vs Wil. Administratif
Daerah Otonom:
Otonom implikasi asas Desentralisasi
hak / wewenang mengatur dan mengurus
sendiri urusan RT-nya.
Wilayah Administratif:
Administratif implikasi asas
Dekonsentrasi hak / wewenang mengatur dan
mengurus urusan Pemerintah Pusat di daerah;
oleh aparat Pusat di daerah; dengan sumber
daya Pusat di daerah.
Pemerintah Daerah vs
Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah:
Daerah unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang terdiri dari Gubernur,
Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah.
Pemerintahan Daerah:
Daerah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI.
Pemerintahan Daerah vs
Pemerintahan di Daerah
Pemerintahan Daerah:
Daerah UU No. 22 / 1999 dan UU
No. 32 / 2004
Propinsi Daerah Otonom dan Wakil Pemerintah
Kab/Kota Daerah Otonom saja.
Kecamatan & Kelurahan adalah perangkat Daerah.
Pemerintahan di Daerah:
Daerah UU No. 5 / 1974
Propinsi dan Kab/Kodya memiliki 2 (dua) kedudukan
sebagai Daerah Otonom sekaligus Wilayah Administratif.
Kecamatan & Kelurahan adalah instansi vertikal /
perangkat Pusat di daerah.
Sumber: Data diolah dari berbagai media massa (2005 2007)
MASALAH 2 OTDA
Pemekaran Wilayah
Kelembagaan Perangkat Daerah
SDM (pegawai)
Keuangan (kapasitas fiskal)
Akselerasi Pembangunan Daerah
(pendidikan, kesehatan, pengentasan
kemiskinan, pelayanan publik, dll)
(Sumber : Karhi Nisjar, Orasi Ilmiah pada Dies Natalis XIX
Universitas Dr. Soetomo, Surabaya)
UNDP (2000: 60-61)
Decentralized governance, when carefully planned, effectively
implemented, and appropriately managed, can lead to significant
improvement in the welfare of people at the local level, the
cumulative effect of which can lead to enhanced human
development. In addition, if decentralization involves real
devolution of power to local levels, the enabling environment for
poverty reduction is likely to be stronger. On the contrary,
badly planned decentralization can worsen regional
inequalities. Left to their own devices, richer regions are likely
to develop faster than poor ones. And a system of matching
grants, intended by central government to motivate local
government to raise funds, typically exacerbates regional
disparities.
Postulat:
Work (2002)
Peningkatan layanan kesehatan di Belo Horizonte, Brazil;
Peningkatan layanan perkotaan di Sinuapa, Honduras;
Keberhasilan pelaksanaan berbagai proyek di Jamunia Tank
Gram Panchayat, India;
Peningkatan layanan pendidikan di Man dan Irbid, Jordan;
Perbaikan kualitas pemukiman di Pakistan;
Peningkatan layanan kesehatan dii 3 kota di Philipina;
Menggerakkan pembangunan ekonomi lokal di 3 kota Polish;
Peningkatan pendapatan rumah tangga di Ivory Park, South
Africa;
Peningkatan jasa-jasa pasar melalui kemitraan dengan sektor
swasta di Jinja, Uganda.
Cross-country experiences
EKONOMI
pendapatan nasional perkapita.
pengurangan jumlah penduduk miskin.
tingkat pengangguran.
gini ratio, luas daerah di bawah kurva lorenz, dll.
SOSIAL
rasio guru terhadap murid.
rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, dll.
PRASARANA DASAR
prasarana perhubungan.
prasarana penerangan, dll.
PEMEKARAN
WILAYAH
ISSU KRUSIAL
PEMEKARAN
Alasan pemekaran: meningkatkan pelayanan
publik dan mendekatkan Pemda.
Implikasi Pemekaran:
Sumber daya keuangan makin terbatas.
Meningkatkan overhead-cost.
Memperbanyak aktor (institusi) Pemda.
Mendorong pembentukan lembaga vertikal:
polisi, militer, kejaksaan, PN, dll.
APA YANG TERJADI ???
Pemekaran tanpa analisis komprehensif terhadap
kelayakan teknis, administratif, politik dan potensi
daerah.
Fakta kesenjangan pembangunan dijawab dengan
pemekaran tanpa menyelesaikan masalah
pokoknya.
Pemekaran justru melemahkan kemampuan fiskal
daerah karena adanya pembagian sumber daya.
Ilustrasi pemekaran: sakit kepala diobati dengan
obat sakit perut.
Siapa KALAH Siapa MENANG ?
PROVINSI
MASING-MASING
DAERAH PROVINSI DIBAGI ATAS: MEMPUNYAI
PEMERINTAHAN
DAERAH.
PASAL 2 AYAT (1)
KABUPATEN DAN
KOTA
PEMBENTUKAN DAERAH:
DITETAPKAN DGN
UU {Pasal 4 NAMA
(1)} CAKUPAN WILAYAH
BATAS
SUBSTANSI UNDANG-
IBUKOTA
KEWENANGAN
UNDANG DIMAKSUD
MENCAKUP Psl {4 (2)} : PENJABAT KEPALA DAERAH
PENGISIAN DPRD
PENGALIHAN KEPEGAWAIAN
PENDANAAN
PERALATAN DAN DOKUMEN
PERANGKAT DAERAH
PENGGABUNGAN BEBERAPA
DAERAH
PEMBENTUKAN PENGGABUNGAN SEBAGIAN
DAERAH DAPAT DAERAH YANG
BERUPA {Psl 4 (3)}: BERSANDINGAN
PEMEKARAN DARI SATU DAERAH
MENJADI DUA DAERAH ATAU
LEBIH
.
SYARAT-SYARAT
PEMBENTUKAN
DAERAH TEKNIS
Pasal 5 Ayat (1)
FISIK
KEWILAYAHAN
SYARAT ADMINISTRATIF
A. PEMBENTUKAN PROVINSI
Pasal 5 Ayat (2)
1. Aspirasi masyarakat.
2. Kep. DPRD Kab / Kota & persetujuan Bupati /
Walikota masing2 yg akan menjadi cakupan Prov.
3. Kep. DPRD Prov. induk.
4. Rekomendasi Gubernur.
5. Rekomendasi Menteri Dalam Negeri
B. PEMBENTUKAN KABUPATEN/KOTA
Pasal 5 Ayat (3)
1. ASPIRASI MASYARAKAT.
2. KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN/KOTA.
3. PERSETUJUAN BUPATI/WALIKOTA.
4. KEPUTUSAN DPRD PROVINSI/INDUK.
5. REKOMENDASI GUBERNUR/INDUK.
6. REKOMENDASI MENTERI DALAM NEGERI
SYARAT TEKNIS
Pasal 5 Ayat (4)
FAKTOR DASAR
PEMBENTUKAN DAERAH
1. KEMAMPUAN EKONOMI
2. POTENSI DAERAH
3. SOSIAL BUDAYA
4. SOSIAL POLITIK
5. KEPENDUDUKAN
6. LUAS DAERAH
7. PERTAHANAN
8. KEAMANAN dan
9. FAKTOR LAIN YANG MEMUNGKINKAN
TERSELENGGARANYA OTDA (KEMAMPUAN KEUANGAN,
TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, RENTANG KENDALI
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH)
SYARAT FISIK
Pasal 5 Ayat (5)
PALING SEDIKIT 5 KABUPATEN/KOTA
PROVINSI LOKASI CALON IBUKOTA
SARANA DAN PRASARANA PEMERINTAHAN
Raymond G. Gettel:
No definite limit can be fixed for the number of persons
necessary to form a state.
Gilchrist:
It is impossible to fix a definite number of men for a state.
Pemekaran Pemerintahan
Microstate
Wilayah Demokratis
Benarkah LOGIKA Diatas?
BENAR, dengan argumen:
Pasal 196 (1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah
dikelola bersama oleh daerah terkait.
(2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara
bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat.
(3) Untuk pengelolaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
daerah membentuk adan kerjasama.
(4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah.
Urgensi Kerjasama
Antara Daerah
Keterkaitan Antar Daerah (Inter-regional-linkages): ekonomi,
geografis, pemerintahan, sosial
Meningkatkan Efisiensi Dalam Skala Ekonomi (economies
of Scale), Berpotensi Menekan Cost & Optimalisasi Sumber
Daya: pengelolaan air bersih, pemadam kebakaran,
persampahan.
Meningkatkan Efektifitas & Kualitas Pelayanan Publik:
Pendidikan dan Kesehatan.
Ketersediaan Sumber Daya di Masing-Masing Daerah
Bervariasi (plus vs minus).
Menghindarkan Duplikasi Pelayanan Publik di
Kabupaten/Kota Berdekatan.
Prinsip-Prinsip KAD
Spesifik: isu yang dibahas atau dikerjasamakan lebih baik
spesifik, agar kerjasama yang dilakukan bisa fokus dan
kelembagaan yang dibentuk bisa efisien.
Penting bagi daerah lokal: isu yang dikerjasamakan memang
penting bagi daerah-daerah yang terkait, atau bisa membawa
keuntungan bagi daerah.
Saling menguntungkan bagi semua pihak.
Skema harus partisipatif: mengingat kerjasama adalah untuk
kepentingan umum, skema harus partisipatif.
Ada kepastian hukum.
Mengikuti kaidah good governance: transparansi &
akuntabilitas terjaga.
Prinsip-Prinsip KAD
Politically feasible: kerjasama itu harus menarik secara
politis. Pada akhirnya keputusan & komitmen untuk
melakukan kerjasama itu ada di level pimpinan (leadership),
yang merupakan dunia politis.
Economically feasible: kerjasama itu secara ekonomi atau
keuangan daerah mampu dilakukan, dan membawa
keuntungan secara ekonomi juga.
Geographically feasible: secara geografis memungkinkan,
termasuk apabila diputuskan akan dibentuk semacam
sekretariat bersama yang mudah diakses oleh pihak-pihak
terkait
Linkage antar aktor: adanya jaringan komunikasi yang
cukup kuat di semua stakeholders yang terlibat.
Model-Model KAD
KETERBATASAN KOMITMEN
DAERAH NASIONAL
GLOBAL
PERMASALAHAN
KERJASAMA
DAERAH
PELAKSANAAN
KERJASAMA
DAERAH
KESEJANGAN KURANGNYA
ANTAR DAERAH YAN DASAR
KESEMPATAN KERJA
RENDAHNYA YAN BLIK
TDK SEBANDING
SUPREMASI HUKUM
PENGANGGUR
Penyelesaian
Perselisihan KAD
1. Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kerja sama akan
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila dengan musyawarah untuk mencapai mufakat tidak
terselesaikan, maka penyelesaian perselisihan difasilitasi oleh
Mendagri sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Keputusan Mendagri dalam upaya penyelesaian perselisihan
bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang bekerja sama.
4. Apabila penyelesaian perselisihan melalui Mendagri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) salah satu pihak tidak
dapat menerima, maka dapat mengajukan penyelesaian melalui
MA.
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terjadi perselisihan dlm
penyeleng fung pemerintahan
antar Kab/Kota dlm satu Prov,
Gub menyelesaikan
perselisihan dimaksud
{Ps. 198(1)}
Kept Gub dan
Mendagri bersifat
Apabila terjadi perselisihan Final. {Ps. 198(3)}
antar Prov, antara Prov dan
Kab/Kota diwilayahnya serta
antara Prov dan Kab/Kota diluar
wilayahnya, Mendagri
menyelesaikan perselisihan
{Ps. 198(2)}
KASUS KAD
Pemprov DKI membangun tanggul di Kali
Mokervart.
Belum ada komunikasi dengan wilayah
penyangga (Bodetabekjur).
Pemkot Tangerang menganggap tanggul
tsb berada di wilayahnya, kemudian
membatalkan proyek tsb.
Pokok masalah: lemahnya koordinasi, tidak
jelasnya batas kewenangan, ketiadaan visi
yg sama, lembaga pengelola kerjasama
tidak optimal, dll.
SUMBER DAYA
APARATUR
KELEMBAGAAN
Sumber Daya Manusia
KEUANGAN
KONDISI LEMBAGA PEMERINTAH
SEBELUM OTONOMI
PUSAT : DAERAH :
(Mustopadidjaja, 1999)
SETELAH OTONOMI
Pusat Inflasi Komisi / Dewan Negara:
Komisi Yudisial UU No. 22/2004
Komisi Pemilihan Umum UU No. 12/2003
Komnas HAM UU No. 39/1999
Komisi Pengawas Persaingan Usaha UU No. 5/1999
Komisi Penyiaran Indonesia UU No. 32/2002
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi / KPK UU No 30/2002
Komisi Perlindungan Anak UU No. 23/2002
Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi UU No. 27/2004
Komnas Anti Kekerasan Thd Perempuan Keppres No. 181/1998
Komisi Ombudsman Nasional Keppres No. 44/2000
Komisi Kepolisian UU No. 2/2002
Komisi Kejaksaan UU No. 16/2004
Komisi Hukum Nasional Keppres No. 15/2000
Inflasi Komisi / Dewan Negara (lanjutan):
Dewan Pers UU No. 40/1999
Dewan Pendidikan UU No. 20/2003
Dewan Pembina Industri Strategis Keppres No. 40/1999
Dewan Riset Nasional Keppres No. 94/1999
Dewan Buku Nasional Keppres No. 110/1999
Dewan Maritim Indonesia Keppres No. 161/1999
Dewan Ekonomi Nasional Keppres No. 144/1999
Dewan Pengembangan Usaha Nasional Keppres No. 165/1999
Dewan Gula Nasional Keppres No. 23/2003
Dewan Ketahanan Pangan Keppres No. 132/2001
Dewan Pengembangan Kws Tmr Indonesia Keppres No. 44/2002
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah Keppres No. 151/2000
Dewan Pertahanan Nasional Keppres No. 3/2003
Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Keppres No. 132/1998
Komite Nasional Keselamatan Transportasi UU No. 41/1999
Komite Antar Dept. Bidang Kehutanan Keppres No. 80/2000
Komite Akreditasi Nasional Keppres No. 78/2001
Komite Penilaian Independen Keppres No. 99/1999
Komite Olahraga Nasional Indonesia Keppres No. 72/2001
Komite Kebijakan Sektor Keuangan Keppres No. 89/1999
Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran PP No. 102/2000
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
(Dari UU 22/1999 ke UU 32/2004)
UU 22/1999 UU 32/2004
Psl. 60 s.d Psl. 68, Psl. 66 serta Psl. 120 s.d Psl. 128:
Psl 120: PERANGKAT DAERAH PROV:
Sekretariat Daerah;
Sekretariat Daerah; Sekretariat DPRD;
Dinas Daerah; Dinas Daerah;
Lembaga Teknis Daerah; Lembaga Teknis Daerah;
Camat;
Satuan Polisi Pamong Praja PERANGKAT DAERAH KAB/KOTA:
Sekretariat Daerah;
Sekretariat DPRD;
Dinas Daerah;
Lembaga Teknis Daerah;
PP NO. 8/2003 Kecamatan;
Kelurahan.
PP 41/2007
PENATAAN KELEMBAGAAN
ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH
UU Keolahragaan UU Keuangan
UU KPI UU BNN
Penataan
Organisa UU Ketahanan
UU Penyuluhan
si Pemda Pangan
UU Kepegawaian PP Pengawasan
Big bureaucracy
Jumlah PNS & Rasio Penduduk
Jumlah PNS: 4,4 juta (2 % dari total
penduduk)
Komparasi AS : 2,7 % (1991)
Jerman Barat : 7,1 % (1980)
Malaysia : 4 % (1980)
Philipina : 2,6 (1990)
Singapura : 2,5 (1990)
Problem kualitas,
Problem ketimpangan distribusi tugas
+ Problem mutasi, promosi, penempatan
Profil Kualitas SDM (1991)
Sarjana (S1 keatas) : 7 %
Sarjana Muda : 9,8 %
SLTA : 58,6 %
Sisanya berpendidikan SLTP & SD
: 24,6 %.
Downsizing,
Cross-posting,
Contracting-out,
Continuous improvement.
MANAJEMEN PNSD
Pemerintah
Pemerintah laks
laks Pembinaan
Pembinaan Manaj
Manaj
PNSD
PNSD satu
satu kesatuan
kesatuan penyeleng
penyeleng Manaj
Manaj
PNS
PNS scr
scr Nas.
Nas. {Ps.129(1)}
{Ps.129(1)}
Manaj
Manaj PNSD
PNSD meliputi
meliputi penetapan
penetapan formasi,
formasi,
pengadaan,
pengadaan, pengangkatan,
pengangkatan, pemindahan,
pemindahan,
pemberhentian,
pemberhentian, penetapan
penetapan pensiun,
pensiun, gaji,
gaji,
tunjangan,
tunjangan, kesejahteraan,
kesejahteraan, hak
hak &
& kewajiban
kewajiban
kedudukan
kedudukan hkm,
hkm, pengemb
pengemb kapasitas
kapasitas &
&
pengendalian
pengendalian jml.
jml. {Ps.129(2)}
{Ps.129(2)}
PENGANGKATAN, PEMINDAHAN &
PEMBERHENTIAN DLM JABATAN ES. II
Pem Pengangkatan,
Pengangkatan, pemindahan
pemindahan dan dan
Prov pemberhentian
pemberhentian Es.
Es. IIII Prov
Prov
ditetapkan
ditetapkan Gub.{Ps.130(1)}
Gub.{Ps.130(1)}
Konsultasi
Konsultasi
Pengangkatan,
Pengangkatan, pemindahan
pemindahan dan dan
Pem pemberhentian
pemberhentian Es.
Es. IIII Kab/Kota
Kab/Kota
Kab/Kota ditetapkan
ditetapkan Bup/Walikota
Bup/Walikota setelah
setelah
konsultasi
konsultasi kpd
kpd Gub.
Gub. {Ps.130(2)}
{Ps.130(2)}
PERPINDAHAN PNSD
antar
antar Kab/Kota
Kab/Kota dlm
dlm satu
satu Prov
Prov ditetapkan
ditetapkan Gub
Gub
setelah
setelah peroleh
peroleh pertimbangan
pertimbangan Ka.BKN
Ka.BKN
{Ps.131(1)}
{Ps.131(1)}
antar
antar Kab/Kota
Kab/Kota antar
antar Prov,
Prov, dan
dan antar
antar Prov
Prov
ditetapkan
ditetapkan Mendagri
Mendagri setelah
setelah peroleh
peroleh
pertimbangan
pertimbangan Ka.BKN
Ka.BKN {Ps.131(2)}
{Ps.131(2)}
Prov,
Prov, Kab/Kota
Kab/Kota ke
ke Dep/LPND
Dep/LPND dan
dan sebaliknya
sebaliknya
ditetapkan
ditetapkan Mendagri
Mendagri setelah
setelah peroleh
peroleh
pertimbangan
pertimbangan Ka.BKN
Ka.BKN {Ps.131(3)}
{Ps.131(3)}
KEUANGAN DAERAH
Dari 229 Kab / Kota:
71,23 % memiliki PAD kurang dari 20%;
Kinerja:
Perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.
AKUNTABILITAS KINERJA
Instansi
Pemerintah
Lingkup eksekutif
AKIN
Penyelenggara
Negara
Lihat rincian
PENYELENGGARA NEGARA
Pejabat Negara,
Pimpinan dan pegawai Bank Indonesia,
Pegawai Negeri,
Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah,
Pejabat dan pegawai pada komisi, badan
atau lembaga negara lainnya,
Pejabat atau Pegawai pada BUMN / BUMD
/ BHMN.
PEJABAT NEGARA
Presiden, Wakil Presiden;
Ketua, Wakil Ketua & anggota MPR, DPR, DPD;
Menteri / pejabat yang setingkat, Jaksa Agung,
Panglima TNI, Kapolri, dan wakilnya;
Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung
serta Ketua, Wakil Ketua & Hakim pada semua Badan
Peradilan;
Ketua, Wakil Ketua & anggota BPK;
Duta Besar;
Gubernur / Wakil Gubernur, Bupati / Wakil Bupati dan
Walikota / Wakil Walikota.
JENIS AKUNTABILITAS:
2
B. Guy Peters:
Akuntabilitas keuangan (financial
accountability).
Akuntabilitas administrative
(administrative accountability).
Akuntabilitas kebijakan public (policy
decision accountability).
JENIS AKUNTABILITAS:
2
Dadang Solihin
Akuntabilitas Eksplisit.
Pertanggungjawaban pejabat negara manakala
diharuskan untuk menjawab / memikul konsekuensi
atas cara-caranya dalam melaksanakan tugas
kedinasan.
Akuntabilitas Implisit
Segenap aparatur negara secara implisit
bertanggung jawab atas setiap pengaruh yang tak
terduga dari akibat-akibat keputusan yang dibuat.
SCOPE AKUNTABILITAS
Lembaga2
Negara
Akuntabilitas Obyek
Penyelenggaraan
Negara
Fungsi2
Negara
Substantif
ESENSI AKUNTABILITAS
Jaminan pemenuhan & penghormatan
HAK2 Masyarakat:
Hak memperoleh pelayanan & perlakuan yang layak.
Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
mengenai penyelenggaraan negara;
Hak diikutsertakan dalam merencanakan kinerja
program / kegiatan pemerintah / Penyelenggara Negara.
Hak menilai pencapaian kinerja pelayanan publik.
Hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab terhadap kebijakan Penyelenggara
Negara; dan
Hak memperoleh perlindungan hukum.
ESENSI AKUNTABILITAS
Jaminan pelaksanaan KEWAJIBAN
Penyelenggara Negara:
Menyusun Rencana Kinerja dan menyampaikan pada
masyarakat diawal setiap tahun anggaran.
Melakukan pengukuran pencapaian kinerja dan
menyampaikan hasilnya pada masyarakat diakhir tahun.
Melakukan pengukuran kepuasan masyarakat dan
menyampaikan hasilnya atas program yang dijalankan.
Memberikan tanggapan thd pengaduan & kebutuhan
masyarakat.
Memperbaharui rencana kinerja yang baru sebagai
kesepakatan komitmen (kontrak sosial) baru.
Model Akuntabilitas di New Zealand
Accountability should be associated
to & combined with ..
Accountability should also be
associated to & combined with ..
INFORMATION DISCLOSURE
DELIVERING PEOPLES RIGHT TO KNOW
AND TO CONTROL
Open Government
INFORMASI KONTROL
Official information act Thailand: wajib
menginformasikan akses informasi pasif atas
permintaan masyarakat dalam jangka waktu tertentu.
RUU Kebebasan Memperoleh Informasi, RUU
Kerahasiaan Negara, dan RUU Intelejen Negara
UU No. 7/1971 tentang Ketentuan Pokok Kearsipan.
PP No. 68/1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara.
PP No. 69/1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
ESENSI LAIN AKUNTABILITAS
Jaminan pemenuhan & penghormatan HAK2
Publik:
Hak publik untuk membaca dan mendapatkan dokumen
resmi (official document).
Hak aparatur penyelenggara negara, termasuk aparatur
pemerintah daerah untuk menyampaikan informasi tentang
apa yang ia ketahui kepada siapapun (freedom of expression
of civil servant)
Hak aparatur penyelenggara negara untuk menyampaikan
informasi / dokumen kepada media massa.
Hak publik dan media massa untuk menghadiri persidangan
(access to court hearings)
Hak publik dan media massa untuk hadir pada pertemuan-
pertemuan resmi parlemen (Swedish Parliament), Municipal
Assembly, dan Country Council.
Tantangan RUU Akuntabilitas
Menjadi Umbrella Act konsep & kebijakan ttg
akuntabilitas merujuk pada RUU, termasuk
Inpres No. 7/1999.
Hindari area abu-abu yg mengakibatkan
persoalan multi tafsir dan tidak terukur.
Pengaturan ttg Sanksi: moral, administratif,
atau pidana?
Hindari kemungkinan tumpang tindih dengan
RUU Adm. Pemerintahan, dan overlap dalam
penerapan RUU Akuntabilitas, misalnya antara
KON / KOD, Badan Peradilan, atau Instansi
Pemerintah (upaya administratif).
Perangkat Pendukung Indikator
Akuntabilitas
SOP penyelenggaraan urusan
pemerintahan SPM.
Mekanisme pertanggungjawaban.
Laporan berkala (triwulan, semester,
tahun, 5 tahun, akhir jabatan).
Sistem pemantauan & pengawasan
kinerja.
Mekanisme reward and punishment.
MENGAPA IMPLEMENTASI
AKUNTABILITAS SULIT?
Tidak jelasnya tupoksi lembaga dalam menjabarkan visi,
tujuan dan indikator kinerja organisasi.
Lemahnya komitmen aparat dalam membuat laporan
akuntabilitas.
Belum terbangunnya etika pemerintahan thd
pertanggungjawaban dan hak publik.
Sistem pelaporan akuntabilitas belum mengandung
penghargaan dan sanksi.
Belum memadainya kesadaran masyarakat untuk sebagai
pressure group dalam mendorong implementasi
akuntabilitas oleh penyelenggara negara.
( Dadang Solihin )
Accountability should also be
associated to & combined with ..
CORRUPTION
Equation for Corruption
C=D+MA
C = corruption
D = discretion
M = monopoly
A = accountability
Corruption Perception Index (CPI)
CPI SCORE
COUNTRY
2003 2004 2005 2006
Singapore 9.4 9.3 9.4 9.4
Hongkong 8.0 8.0 8.3 8.3
Japan 7.0 6.9 7.3 7.6
Taiwan 5.7 5.6 5.9 5.9
South Korea 4.3 4.5 5.0 5.1
Malaysia 5.2 5.0 5.1 5.0
Thailand 3.3 3.6 3.8 3.6
China 3.4 3.4 3.2 3.3
India 2.8 2.8 2.9 3.3
Sri Lanka 3.4 3.5 3.2 3.1
Philipines 2.5 2.6 2.5 2.5
Indonesia 1.9 2.0 2.2 2.4
Papua New Guines 2.1 2.6 2.3 2.4
Pakistan 2.5 2.1 2.1 2.2
Kamboja --- --- --- ---
Bangladesh 1.3 1.5 1.7 2.0
Myanmar 1.6 1.7 1.8 1.9
CAUSES OF CORRUPTION
Weak commitment to, and consistency of, law enforcement
and the law system itself;
Lack of role models & leadership from the national elite;
Weak managing of the government;
Civil servants wages that are too low;
Lack of integrity and professionalism;
Internal monitoring mechanisms at banking and financial
institutions and bureaucracies are not yet adequate;
Work environment conditions, official duties & public
permissiveness that increase incentives for corruption;
Lack of faith, honesty, and a sense of shame;
Lack of ethics & national morals in support of corruption
eradication.
IMPACTS OF CORRUPTION
Low quality public services;
Low quality government-produced facilities;
Rising public burden from inefficiencies and
ineffectiveness in the management of public
institutions that regulate public needs such as
telecommunication, fossil fuels, electricity, etc;
Rising poverty and public misery;
Rising inequality;
Rising crime and other social problems;
National unity is threatened;
Democracy is forestalled.
IMPACTS OF CORRUPTION
Impact of corruption on investment, economic
growth, and social programs.
low per capita income, government intervention in markets, low civil
service pay, and ethnic fragmentation of the society.
Impact of corruption on infrastructure in
developing countries.
high cost in develop project, little investor will come.
Impact of corruption on the human rights based
approach to development.
unemployment rate increase, poor people increase.
Impact of corruption in the health services.
low quality in healthy services
Impact of corruption on educations program.
many students dont have representative school facilities.
KASUS KORUPSI TAHUN 2004
(MENURUT ICW 2005)
( ICW 2004 )
PERINGKAT KABUPATEN / KOTA
TERKORUP DI KALTIM
Penyelenggara Negara
AKUNTABEL, jika (minimal):
Memperhatikan Etika.
Terbuka.
Bebas dan bersih dari Korupsi.
PILKADA dan
DEMOKRASI
LOKAL
OTONOMI DAERAH &
DEMOKRASI
(KENEGARAWANAN KANDIDAT)
Kesimpulan & Rekomendasi
Hubungan antara demokrasi dan pembangunan, serta antara demokrasi
dan resolusi konflik tidak perlu dipahami secara hitam putih.
Divergensi atau konvergensi antar kedua variabel diatas sangat
tergantung pada para pelaku politik dan mapannya sistem yang
digunakan.
Desentralisasi harus diperkuat untuk membangun good local governance
kinerja pembangunan akan meningkat dengan sendirinya sementara
rezim demokratis juga dapat ikut terbangun.
Perlu pengembangan kapasitas birokrasi untuk menjalankan program
pembangunan secara efektif tanpa intervensi politis secara berlebihan;
sekaligus meningkatkan akuntabilitas dan efisiensi pemerintahan daerah.
Perlu dibangun proses dan kelembagaan politik yang hati-hati (prudent
politics), serta menyiapkan infrastruktur ekonomi, sosial dan politik untuk
berjalannya demokrasi secara wajar.
Perlu diberi peran kepada otoritas lokal untuk membangun kerangka
penyaluran aspirasi dan kepentingan rakyat.
KEPEMERINTAHAN
YANG BAIK
(Good Governance)
Kerangka Pikir Perlunya Etika /
AAUPB
Masyarak
Birokrasi
(Fungsi Yan & Kesejahteraan) at
(Salus Populi Suprema Lex)
Discretionary
(KewenanganPower
Bertindak Secara Bebas)
Kemungkinan
Penyimpangan
(perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ; perbuatan
menyalahgunakan wewenang / detournement de pouvoir ; perbuatan sewenang-wenang
/ abus de droit)
Upaya Perlindungan
Hukum Positif
Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik
Pendapat Ahli ttg Kegagalan Pemerintah
Bad Good
Government Government
KONSEP GOOD GOVERNANCE
World Bank Governance diartikan sebagai the way state
power is used in managing economic and social resources for
development society. Dengan demikian, governance adalah
cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan negara digunakan
untuk mengelola sumber daya ekonomi dan sosial guna
pembangunan masyarakat.
UNDP, mengartikan governance sebagai the exercise of
political,economic, and administrative authority to manage a
nations affair at all levels. Kata governance, diartikan sbg
penggunaan / pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan
politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola masalah
nasional pada semua tingkatan.
Perbandingan Ciri-ciri Bad Government
dengan Good Government
Bad Government Good Government
1. Lamban & reaktif 1. Proaktif
2. Arogan 2. Ramah & Persuasif
3. Korup 3. Transparan
4. Birokratisme 4. Mengutamakan proses & produk
5. Boros 5. Proporsional & profesional
6. Bekerja secara 6. Bekerja secara sistemik
naluriah
7. Pembelajaran sepanjang hayat
7. Enggan berubah
8. Menempatkan stakeholder &
8. Kurang berorientasi shareholder ditempat utama
pada kepentingan
publik
3 Domain Governance
Pemerintah Swasta
Masyarakat
3 Elemen Good Governance
Economic Governance
Proses pembuatan keputusan utk
memfasilitasi aktivitas ekonomi di
dalam negeri & interaksi diantara
penyelenggara ekonomi.
Political Governance Proses Economic Political
pembuatan keputusan utk Gov Gov
formulasi kebijakan publik, yang
dilakukan oleh birokrasi bersama
politisi
Administrative Governance
Implementasi proses kebijakan Administrative
yang telah diputuskan oleh Gov
institusi politik
OPERASIONALISASI KONSEP
GOOD GOVERNANCE
PEMERINTAH
Ec
ce
o
an
no
rn
m
ve
ic
Go
Go
ve
l
ca
rn
iti
an
l
Po
ce
Administrative Governance
SWASTA MASYARAKAT
IMPLEMENTASI PARADIGMA GOOD GOVERNANCE
DALAM OTONOMI DAERAH
Semoga
Bermanfaat