Anda di halaman 1dari 32

ANATOMI MENINGES

DURAMATER
Terdiri dari 2 lapisan :
a.Lapisan endosteal
b.Lapisan meningeal (cranial duramater). Membentuk
septum ke dalam, yang berfungsi menahan pergeseran
otak.
- Falx cerebri
- Tentorium cerebelli
- Falx cerebelli
- diaphragma sellae
ARACHNOID
Suatu membrane yang impermeable halus, yang
menutupi otak dan terletak diantara piamater dan
duramater.
Membran ini dipisahkan dari duramater oleh ruang
potensial yaitu spatium subdurale, dan dari piamater
oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal
fluid. Cavum subarachnoid ( subarachnoid space )
merupakan suatu rongga/ ruangan yang dibatasi oleh
arachnoid di bagian luar dan piamater pada bagian
dalam.
PIAMATER
Berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang
belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus.
merupakan lapisan dengan banyak pembuluh darah dan
terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta
dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada
jaringa saraf.
Membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius dan
quartus, dqan menyatu dengan ependyma membentuk
plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius
dan quartus
BAKTERIAL MENINGITIS
Penyakit infeksi purulen akut yang disebabkan bakteri
pathogen dalam ruang subarachnoid yang diikuti oleh
reaksi CNS inflamasi yang menyebabkan koma, aktivitas
kejang, peningkatan tekanan intrakranial, dan infark
iskemik. Meninges, ruang subarachnoid, dan parenkim
otak bersama-sama terlibat dalam reaksi inflamasi,
sehingga dikenal dengan 'meningoencephalitis'
Etiologi
Faktor Predisposisi
Usia: lansia (usia> 60 tahun), anak-anak muda (usia <5
tahun), terutama bayi (usia <2years / bayi baru lahir).
Demografi/sosial ekonomi: laki-laki, Afrika etnis
Amerika, populasi miskin, militer dan asrama yang
penuh sesak.
Paparan patogen: kolonisasi, (rumah tangga/kontak
dekat dengan pasien meningitis), infeksi yang
berdekatan: sinusitis, mastoiditis, otitis media atau
endokarditis bakteri; penyalahgunaan obat intravena
atau cacat dural: pasca bedah saraf, trauma SSP, cacat
bawaan, shunt ventriculoperitoneal, implan koklea.
Faktor Immunocompromise : Pasca splenektomi,
gangguan hematologi seperti sickle cell disease atau
talasemia mayor, keganasan, diabetes,
alkoholisme/sirosis atau HIV.
Obat-obatan: obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID),
trimethoprim-sulfamethoxazole atau obat
imunosupresif.
Penyakit: sistemik lupus eritematosus.
Patofisiologi
Terjadinya infeksi melalui :
hematogen atau bakteremia dari infeksi di nasofaring,
faringitis, tonsilitis, pneumonia, infeksi
secara langsung: robeknya duramater pada fraktur
basis kranii, tindakan bedah kepala implantasi benda
asing (implan cochlea), VP-shunt, deep brain
stimulation, dan pungsi lumbal
fokus di dekat kepala misalnya sinusitis, mastoiditis,
furunkel di hidung dan di dekat orbita masuk melalui
sinus kavernosus
melalui lamina kribiformis pada rhinorhoea kronis atau
rekuren; perluasan langsung dari infeksi yang mengenai
telinga tengah, sinus paranasalis, kulit kepala atau
muka
melalui faring terutama virus yang tetap berada di
faring bila daya tahan tubuh menurun dapat masuk ke
otak
Gejala klinis
Trias : panas, sakit kepala/
muntah, kaku kuduk.
Kelainan saraf kranial
Gejala neurologi fokal
Gangguan kesadaran
Neonatus : periksa
fontanela dan tanda
infeksi ekstrakranial
Lumbal Pungsi
Tekanan : agak meningkat
Warna : xanthocrome (keruh) menunjukkan infeksi kokus
(bakteri) dan serosa pada meningitis TBC, virus, parasite,
jamur.
Sel : Jumlah sel meningkat. Mononuclear meningkat biasanya
pada meningitis serosa (TBC, virus, jamur) sedangakan
polinuklear meningkat pada meningitis purulenta
(kokus/bakteri).
Protein : biasanya meningkat pada semua radang baik kokus,
bakteri lain atau virus.
Glukosa : menurun pada infeksi TBC dan kokus/bakteri. Pada
infeksi virus glukosa akan normal karena virus tidak
memerlukan glukosa untuk kehidupannya.
Kultur : terdiri dari kultur media agar, glukosa, plasma, dll
Lumbal pungsi
Algoritma manajemen pada anak-
anak
Algoritma manajemen pada dewasa
Komplikasi
Arakhnoiditisgangguan resorbsi CSF dan
menimbulkan hidrosefalus komunikans.
Abses otak. gejalanya : radang ditambah dengan gejala
tumor. Untuk terapi disamping antibiotika diperlukan
pula operasi
Prognosis
Prevensi
Antibiotik profilaksis
Ceftriaxone dosis dewasa 250 mg dan anak 125 mg
Rifampicin dosis dewasa 600 mg tiap 12 jam selama 2
hari, anak ( >1tahun) 10 mg/kgBB tiap 12 jam selama 2
hari, anak ( >1tahun) 5 mg/kgBB tiap 12 jam selama 2
hari
ciprofloxacin dosis tunggal 750 mg.
Vaksinasi
Vaksin meningitis meningokokus A,C (bivalen)
dosis 0,5 cc secara subkutan
Efek samping: rash
Pembentukan antibody dalam tubuh 10-14 hari setelah
vaksinasi
Meningitis Luetika
Sifilis Meningovaskular
Terjadi pada lues stadium II (beberapa hari sampai
beberapa minguu setelah efek primer pada genetalia),
biasanya + 3th setelah lesi primer
Sakit kepala ringan
Penglihatan kabur dan diplopia (gangguan nervus III dan VI)
Hemiparesis (oleh karena arteritis)(Bahrudin, 2013)
Penicillin 1 juta IU/hari sampai cairan serebro spinalis (CSS)
menjadi bersih. Bentuk infeksi sifilis yang lain adalah
demensia paralitikus dan tabes dorsalis(Bahrudin, 2013).
Pada pemeriksaan LCS didapatkan hasil sebagai berikut:
Tekanan sedikit meningkat
Sel meningkat terutama mononuclear (500/mm3)
Protein meningkat
Kadar glukosa normal
WR/VDRL dan TPHA positif
Terapi : Penicillin 1 juta IU/hari sampai cairan serebro
spinalis (CSS) menjadi bersih.
Kriptokokal meningitis
Infeksi Cryptococcus neoformans yang mengenai sistem
saraf pusat dengan gejala meningitis dan
meningoensefalitis, terutama terjadi pada individu
immunocompromised (umumnya pada penderita
HIV/AIDS), tetapi dapat juga terjadi pada individu yang
imunokompeten.
Transmisi: jalur pulmonal (inhalasi) dan menyebar
secara hematogen sampai ke target utamanya pada
sistem saraf pusat.
Patofisiologi
Inhalasi basidiospora inokulasi di saluran nafas
ditangkap oleh makrofag dan sel dendritik presentasi
antigen terhadap sel T bereaksi dengan
C.neoformans diekspresikan ke limfosit dibawa ke
jaringan limfoid makrofag melepas sitokin
proinflamasi (IL-1) IL-1 mengatur proliferasi dan
aktivasi limfosit T
Defisiensi limfosit T CD4+ perluasan dan peningkatan
kerusakan sel/jaringan oleh jamur
Faktor virulensi
Kapsul polisakarida
- 90% Polisakarida
glukoronoxy
lomannan, 9 %
galactoxyloman
nan, 1% mannoprotein
Melanin
Gejala klinis
Asimptomatis-berat
Batuk, nyeri dada, pleuritis, demam, sesak nafas, dan
sindrom distres pernafasan akut (terutama pada pasien
immunocompromised).
Meningitis merupakan manifestasi paling sering
kriptokokosis, peradangan ini juga disertai dengan
peradangan parenkim otak sehingga istilah
meningoensefalitis lebih tepat digunakan.
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan mikroskopik langsung dengan tinta india
Deteksi antigen C.neoformans dengan aglutinasi lateks
Enzim Immunoassay (IFA) mengukur antibodi IgG
Kultur : Sabourauds Dextrose Agar, Agar Birdseed
(NIGER)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Terapi

Anda mungkin juga menyukai