Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
dr. Sri Hastuti, Sp.S
Bagian/SMF Neurologi RSUDZA/FK Unsyiah Banda Aceh
pendahuluan
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang sering dijumpai, terdapat
pada semua bangsa, segala usia dimana laki-laki sedikit lebih banyak dari
wanita. Insiden tertinggi terdapat pada golongan usia dini yang akan menurun
pada gabungan usia dewasa muda sampai setengah tua, kemudian meningkat
lagi pada usia lanjut.
Di Indonesia penelitian epidemiologi tentang epilepsy belum pernah di lakukan,
namun bila dipakai angka prevalensi yang dikemukakan, maka dapat
diperkirakan bahwa bila penduduk Indonesia saat ini sekitar 220juta akan
ditemukan 1,1 sampai 4,4 juta penderita penyandang epilepsi dan 40% masih
dalam usia reproduksi.
Definisi
Epilepsi: adalah suatu keadaan yang ditandai oleh recurrent epileptic
seizures (dua atau lebih) yang tidak diprovokasi oleh causa yang akut.
Epileptic Seizures: adalah manifestasi klinis dari lepas muatan listrik
yang abnormal dan excessive serta reversibel dari sekumpulan
neuron-neuron di otak. Manifestasi klinis berupa fenomena abnormal
yang tiba-tiba dan sementara, dapat berupa penurunan kesadaran,
motorik, sensorik, autonomic atau psychic.
Epidemiologi
Incidence 0,5 0/00 1,2 0/00 pertahun tertinggi pada neonatus, young
children, elderly U Shape.
Etiologi
Studi populasi di eropa dan USA: Idiopathic Epilepsi 54-60%.
Ditinjau dari usia
* Early Childhood: congenital dan genetic
2. Faktor Sistemik
- Demam - Hipoglikemi
- Penyakit infeksi - Makan tidak teratur
- Obat-obatan tertentu (golongan fenotiazin) - Kelelahan fisik
3. Faktor Mental
- Stress
Patofisiologi
Membran sel
Ion K dan cl mudah masuk kedalam sel
Ion Na dan Ca sulit masuk kedalam sel
Potensial aksi
Neurotransmitter
- Zat yang diperlukan untuk berjalannya impuls dari akson suatu neuron ke dendrit
neuron yang lain
- Antara lain :
Norepinefrin (terutama di Pons dan Medula)
Serotonin (ventral hipotalamus dan mesensefalon)
Dopamin (ventral hipotalamus dan mesenfalon)
Asetilkolin (reticular activating system di batang otak)
L-Guitamat dan L-Aspartat merangsang sel kortikal
Gama amino butyric acid (GABA) yang mengerem rangsang
Bila terjadi ketidakseimbangan yg merangsang (L-Glutama) dan mengerem (GABA) terjadilah
serangan
Klasifikasi Epilepsi
A. Bangkitan Parsial
1. Bangkitan Parsial Sederhana
2. Bangkitan Parsial Kompleks
3. Bangkitan umum sekunder
berasal dari bangkitan parsial sederhana/parsial kompleks menjadi bangkitan
umum (biasanya tonik klonik)
B. Bangkitan umum
1. Absence seizure (Petit Mal)
2. Tonik-Klonik (Grand Mal)
3. Epilepsi Mioklonik
4. Epilepsi Atonik (Astatic Seizure)
5. Clonic seizure
6. Tonic seizure
C. Kejang yang tidak terklasifikasikan
A. Bangkitan Parsial
1. Parsial Sederhana (simple)
Gangguan kesadaran (-)
tergantung sistem saraf yg terkena
Manifestasi psikis
Disfagia
Dysmnesia (ingatan berkurang)
Kognitif
Afektif
Ilusi
Halusinasi
B. Bangkitan Umum
1. Absence Seizure (Petit Mal)
Tidak kejang, tidak sampai jatuh
Terjadi gangguan kesadran singkat (6-10 detik)
Terutama pada anak-anak (4-12 th)
Seakan-akan melamun beraktivitas kembali seperti normal
Dapat terjadi 10-20x/hari
EEG 3PSC Spike Acid Wave
2. Tonik-Klonik (Grand Mal)
Paling sering dijumpai
Ada gejala prodromal
(merasa tegang, cepat tersinggung,dll)
Tida ada aura
Dimulai fase tonik (+ 30 detik) fase klonik (+ 60 detik) fase post-iktal (15-30
menit)
Fase Tonik :
Semua lengan dan tungkai ekstensi
Penderita tampak mengejan (wajah merah) apnea 30 detik akhir fase
- Sianosis, tekanan darah , pupil melebar, refleks cahaya (-), refleks
patologis(+), incontinensia urin
Fase Klonik
Kejang ritmik
- Lidah tergigit (buih kemerahan)
- Bernafas kembali
- Wajah kembali normal, tekanan darah , vital sign normal
Post-iktal
Setelah kejang tertidur penderita bangun disorientasi normal kembali
3. Epilepsi Mioklonik
Pada anak-anak
Terjadi gangguan kesadaran sebentar
Gerakan involuntar aneh dari sekelompok otot (terutama bahu dan lengan)
Myoclonic jerking
4. Epilepsi Atonik
Mendadak kehilangan tonus otot pada beberapa bagian tubuh atau seluruh tubuh
Berlangsung singkat drop attact
5. Clonic seizure
Jarang
Clonic jercking
Asimetri (sering)
Irregular
Neonatus, bayi, anak muda (sering)
Selalu simptomatik
6. Tonic Seizures
Kontraksi otot-otot wajah : mata terbuka lebar ; bola mata menarik keatas ;
ekstensi leher ; spasme otot-otot extremitas bagian proximal ke distal
lengan diangkat keatas seperti menahan pukulan kepala ; exremitas
inferior triple flexion, menangis APNEA (mungkin)
Kepala mengangguk-angguk dan perubahan posture yang ringan
fluktuasi
Perubahan autonomic dapat terjadi
< 60
Semua umur
C. Kejang Yang Tidak Terklasifikasikan
Gerakan bola mata ritmik
Mengunyah-ngunyah
Gerakan seperti berenang
Pernafasan berhenti
Diagnosis
Diagnosis epilepsi ditegakkan berdasar :
1. Anamnesis (auto and alo anamnesis)
Pola/bentuk serangan
Lama serangan
Gejala sebelum, selama dan paska serangan
Frekuensi serangan
Faktor pencetus
Ada/tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat terjadi serangan pertama
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab atau terapi sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis melihat adanya tanda-
tanda
Trauma kepala
Infeksi telinga atau sinus
Gangguan kongenital
Gangguan neurologik fokal dan difus
Kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang
Kanker
3. Pemeriksaan Penunjang
3.1EEG
Indikasi
Membantu menegakkan diagnosis
Menentukan prognosis pada kasus tertentu
Pertimbangan dalam penghentian obat anti epilepsi
Membantu dalam menentukan letak fokus
Rekaman EEG termasuk rekaman tidur, stimulasi fotik dan hiperventilasi
Kira-kira 29-38% dari pasien epilepsi dewasa, EEG tunggal menunjukkan
kelainan epileptiform. Bila diulang 59-77%
Bila EEG normal, persangkaan kuat, diulang dengan persyaratan khusus
3.2 Pemeriksaan Neuroimagine Struktural dan fungsional
Indikasi
Semua kasus bangkitan pertama yang diduga kelainan struktural
Perubahan bentuk bangkitan
Defisit neurologik fokal (+)
Epilepsi parsial
Bangkitan pertama > 25 th
Untuk persiapan operasi
CT-Scan : mendeteksi lesi fokal tertentu
MRI :
Lebih sensitif dan spesifik dibanding CT-Scan
Dapat mendeteksi = sclerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor,
hemangioma, kavernosa
Untuk intractable epilepsy operasi
Pengobatan
Tujuan pengobatan
- Mengontrol gejala atau tanda secara adekuat dengan penggunaan obat
minimal
Prinsip pengobatan
- Menurunkan / menghilangkan serangan
- Meningkatkan kualitas hidup penderita
- Pengobatan dilakukan minimal 2 kali bangkitan dalam setahun
- Setelah diagnosis tegak, menerima penjelasan tujuan pengobatan dan efek
samping
- Obat sesuai jenis bangkitan
- Monoterapi
- Dimulai dosis rendah, dinaikkan bertahap sampai dosis efektif
- Dimulai dengan obat lini pertama. Bila mengganti obat pertama diturunkan
bertahap dan obat kedua dinaikkan bertahap
- Bila monoterapi gagal pemantauan kadar obat sesuai indikasi
Drug choice in newly diagnosed epilepsy in adolescents
and adults
Carbamazepine Lamotrigine*
Partial Phenytoin Oxcarbamazepin
e*
Sodium
valproate
Unclassifiable Sodium valproate Lamotrigine*
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku mengkonsumsi carbamazepim untuk keluhan kejangnya. Pasien
mengaku ketika terasa badan tidak enak terasa seperti akan kejang segera
meminum obat tersebut untuk mencegah terjadinya kejang, setelah minum obat
pasien mengaku menjadi tertidur.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis tampak sakit ringan
Tekanan darah : 140/80 mmHg,
Denyut nadi : 84 x/mnt, isi cukup, irama regular teratur
Frekuensi Nafas : 18 x /mnt
Suhu : 36,3oC
BB : 60 kg
TB : 165 cm
BMI : 22, 03 (gizi cukup)
Kepala
Bentuk : normochepali, simetri
Nyeri tekan : (-)
Rambut : hitam lurus dengan beberapa uban, distribusi merata, allopecia (-)
Wajah : simetris, pucat (-), ikterik (-), petekie (-)
Mata : edema kelopak mata (-/-), pupil bulat isokor 2 mm|2mm, RCL (+/+) RCTL (+/+)
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Hidung : Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-), sekret (-/-)
Telinga : normotia, pendengaran normal, nyeri tekan tragus dan mastoid (-)
Gigi Mulut : Jumlah gigi 31, terdapat gigi tanggal incisivus 2 kanan bawah, karies gigi
(-), perdarahan gusi (-), oral hygiene cukup baik.
Lidah : coated tongue (-), papil atrofi (-)
Tenggorokan : normal, tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
JVP : 5+2 cm H20
Thoraks
Paru
Inspeksi : Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), deformitas (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung atas : ICS III linea parasternal kiri
Batas jantung kanan : ICS IV linea sternalis kiri
Batas jantung kiri : ICS V 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen datar, jaringan parut (-)
Auskultasi : bising usus 2x/menit
Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani (+) pada 9 regio abdomen
Ekstremitas
- atas : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
- bawah : : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Composmentis
GCS : E 4 V5 M 6
Tanda Rangsang meningeal :
Kaku kuduk : -
Brudzinsky 1 :-
Brudzinsky 2 : -|-
Laseque : >700 | >700
Kernig : >1350 | >1350
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis (+/+)
Refleks patologis (-/-)
Sistem otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Keringat : Baik
Penatalaksanaa
Medikamentosa
- Asam valproate
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Analisa kasus
disebabkan karena transmisi impuls yang berlebihan didalam otak yang tidak
mengikuti pola normal. Keadaan dimana fungsi jaringan;
* Neuron penghambat kurang optimal.
* Neuron eksitatorik berlebihan.
Pelepasan impuls epileptik berlebihan.
Pemberian Asam valproat
bertujuan menurunkan ambang
kejang dengan cara kerja
aktivitas GABA glutaminergik,
Pasien mendapatkan terapi menurunkan ambang
asam valproate konduktan kalsium (T) dan
kalium. Asam valproat
merupakan pilihan pertama
untuk terapi kejang parsial,
kejang absence, kejang
mioklonik, dan kejang tonik-
klonik.
Terimakasih