Anda di halaman 1dari 32

Dept of pharmacy

2014
Analisis Minimalisasi Biaya
Cost-minimization Analysis (CMA)
Definisi CMA

Analisisminimalisasi-biaya (AMiB
cost-minimization analysis, CMA )
adalah teknik analisis ekonomi untuk
membandingkan dua pilihan (opsi,
option) intervensi atau lebih yang
memberikan hasil (outcomes)
kesehatan setara untuk
mengidentifkasi pilihan yang
menawarkan biaya lebih rendah.
Keuntungan AMiB

AMiB Merupakan metode kajian


farmakoekonomi paling sederhana, karena
hanya dapat digunakan untuk
membandingkan dua atau lebih intervensi
kesehatan, termasuk obat, yang
memberikan hasil yang sama, serupa, atau
setara atau dapat diasumsikan setara.
Karena hasil pengobatan dari intervensi
(diasumsikan) sama, yang perlu
dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya.
Kekurangan AMiB

langkah terpenting yang harus


dilakukan sebelum menggunakan AMiB
adalah menentukan kesetaraan
(equivalence) dari intervensi (misalnya
obat) yang akan dikaji.
Tetapi, karena jarang ditemukan dua
terapi, termasuk obat, yang setara atau
dapat dengan mudah dibuktikan setara,
penggunaan AMiB agak terbatas.
Langkah AMiB

1. Menentukan jenis obyek yang akan dianalisis


(misal jenis terapi, obat yang digunakan, atau
program/intervensi kesehatan)
2. Mengumpulkan data biaya medis (langsung/tidak
langsung) yang terkait dengan obyek yang akan
dianalisis
3. Mengelompokkan biaya yang diperoleh sesuai
aspek medis yang diperoleh (misal : biaya obat,
biaya penunjang, biaya rawat, dll)
4. Melakukan uji statistik
5. Interpretasi hasil disertai dukungan teori empirik
terkait obyek yang dianalisis
Misal
1. Membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan
obat generik bermerek dengan bahan kimia obat
sejenis dan telah dibuktikan kesetaraannya melalui
uji bioavailabilitas-bioekuivalen (BA/BE). Jika tidak
ada hasil uji BA/BE yang membuktikan kesetaraan
hasil pengobatan, AMiB tidak layak untuk digunakan.
2. Membandingkan obat standar dengan obat baru
yang memiliki efek setara.

Terdapat banyak jenis biaya dan jenis biaya yang


harus dimasukkan berbeda untuk setiap perspektif
analisis. Untuk menggunakan metode AMiB secara
baik tetap diperlukan keahlian dan ketelitian.
Contoh Kasus
Contoh

Pada perhitungan AMiB di sebuah


rumah sakit Husada, dilakukan
perbandingan antara 2 (dua) jenis
intervensi kemoterapi, yaitu
pemberian onkoplatin inj IV dengan
dosis terbagi, dan onkoplatin inj IV
dosis lengkap + antimual,
memberikan efek yang sama.
Contoh

Onkoplatin adalah agen kemoterapi yang


relatif baru, diberikan secara intravena di
suatu rumah sakit. Karena efek mual yang
timbul pada kemoterapi ini, onkoplatin
kerap diberikan menurut dua pilihan cara:
1. Pemberian dosis yang mestinya setiap
bulan, dapat dibagi menjadi setiap 15 hari (2 x
sebulan)
2. Pemberian dosis setiap bulan, tetapi
dengan penambahan obat antimual
Contoh

Efektivitaskedua cara pemberian


adalah sama >> BA dan BE sama.
Untuk mengetahui biaya pengobatan
yang paling minimal di antara kedua
cara pemberian tersebut, dilakukan
analisis minimalisasi-biaya (AMiB).
Dari analisis struktur biaya
didapatkan hasil berikut:
Contoh

Dari struktur biaya terlihat, biaya


rerata onkoplatin relatif sama untuk
kedua cara pemberian.
Tetapi, pada kelompok onkoplatin
dosis terbagi, tidak ada biaya
antimual karena tidak diberikan
antimual.
Contoh

Sebaliknya, pada pemberian dosis


terbagi, biaya untuk jasa pemberian
onkoplatin IV menjadi dua kali lipat dari
pemberian dosis lengkap. Begitu pula
biaya untuk jasa klinik dan kunjungan
dokter, menjadi dua kali lipat. Dengan
demikian, biaya total pemberian dosis
lengkap dengan tambahan antimual lebih
murah Rp880.000, atau 2,71%, dibanding
pemberian onkoplatin dosis terbagi.
Contoh
Contoh Penelitian

Analisis Minimalisasi Biaya


Penggunaan Antibiotik Empirik
Pasien Sepsis
Sumber Infeksi Pernafasan
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelompok kombinasi antibiotik empirik yang
paling efsien secara biaya (cost minimization)
diantara kombinasi sefotaksim-eritromisin dan
sefotaksim-metronidazol yang digunakan pada
sepsis sumber infeksi pernafasan yang dirawat di
salah satu rumah sakit di Kota Bandung.
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan studi observasional dengan
metode analisis minimalisasi biaya dengan pengumpulan
data secara retrospektif pada rentang waktu 2010-2012.
Data diambil dari rekam medis pasien rawat inap sepsis
sumber infeksi pernafasan yang mendapat terapi
antibiotik empirik sefotaksim-metronidazol atau
sefotaksim-eritromisin dan daftar biaya dari bagian
akuntansi rumah sakit.
Biaya dihitung dari mulai pasien masuk rumah sakit
dengan diagnosis sepsis sumber infeksi pernafasan
sampai pasien sembuh dari sepsis.
Antibiotik sefotaksim- metronidazol dan sefotaksim-
eritromisin diasumsikan memiliki efek yang sebanding.
HASIL PENELITIAN

Distribusi
Pola penggunaan Antibiotik Empirik pada
Pasien Sepsis Sumber Infeksi Pernapasan
Berdasarkan Usia
Dari
136 rekam medis pasien sepsis
sumber infeksi pernapasan yang
dapat ditelusuri:
20 orang pasien menggunakan
kombinasi antibiotik empirik sefotaksim-
eritromisin,
4 orang pasien menggunakan antibiotik
sefotaksim-metronidazol
seorang pasien tidak menggunakan
antibiotik
Perhitungan biaya distandarkan
dengan biaya pelayanan kelas II
rawat inap rumah sakit tempat
penelitian tahun 2012 dengan
asumsi tidak ada kenaikan harga dan
penurunan daya beli pasien.
BIAYA MEDIS SEFOTAKSIM-
METRONIDAZOL
BIAYA MEDIS SEFOTAKSIM-
ERITROMISIN
Hasil uji statistik
PEMBAHASAN
Sefotaksim merupakan golongan sefalosporin generasi
ketiga yang bekerja menghambat sintesis dinding sel
bakteri dan secara in-vitro sensitif terhadap bakteri gram
negatif dan bakteri yang resisten terhadap sefalosporin
generasi pertama dan kedua (Van Zanten et al., 2007)
Eritromisin yang merupakan antibiotik golongan
makrolida. Eritromisin menghambat sintesis protein
bakteri dan mempengaruhi respon sitokin dan respon
infamasi (Restrepo et al., 2009)
Metronidazol sebagai terapi bakteri aerob dan anaerob.
Metronidazol tereduksi oleh suatu protein transport dan
spesi tereduksi itu yang memiliki efek untuk sitotoksik
dan efek antimikroba pada bakteri (Ski J et al., 2006)
Pada analisis minimalisasi biaya
yang dilakukan di penelitian ini,
variabel biaya yang dapat digunakan
adalah direct medical cost atau
biaya medis langsung karena
pengumpulan data dilakukan secara
retrospektif.
Dari data diperoleh rata-rata total biaya perawatan
per pasien untuk kelompok kombinasi empirik
sefotaksim-metronidazol lebih murah dari
kombinasi sefotaksim-eritromisin.
Rata-rata total biaya perawatan (biaya medis
langsung) sefotaksim-metronidazol per pasien
sebesar Rp 16.641.112,04 dengan rata-rata lama
rawat 25 hari
Rata-rata total biaya perawatan sefotaksim-
eritromisin per pasien sebesar Rp 21.641.678,02
dengan rata-rata lama rawat 11 hari.
Rata-rata biaya penggunaan antibiotik empirik
sefotaksim-metronidazol lebih mahal dibanding kombinasi
sefotaksim-eritromisin namun total biaya perawatan
kelompok kombinasi antibiotik empirik sefotaksim-
metronidazol lebih murah dibandingkan dengan
kombinasi sefotaksim-eritromisin.
Padahal lama rawat pasien dengan antibiotik empirik
sefotaksim-metronidazol lebih lama dibandingkan pasien
yang menggunakan antibiotik empirik sefotaksim-
eritromisin.
Hal ini dikarenakan biaya penunjang dan biaya tindakan
per pasien pada kelompok kombinasi sefotaksim-
eritromisin lebih mahal dibandingkan kombinasi
sefotaksim-metronidazol.
Hasil uji statistik
biaya penunjang dan biaya tindakan tsb adalah : biaya
tambahan penunjang transfusi trombosit dan biaya
tindakan pemantauan CVP.>> kombinasi sefotaksim-
eritromisin memiliki efek samping trombositopenia
yang memerlukan pemantauan hemodinamik kontinu
hingga stabil (Purwanti et al., 2013)
Kombinasi antibiotik ini disarankan pada pasien tanpa
komorbid yang parah dan faktor resiko infeksi seperti
adanya pathogen yang resisten,
Penggunaan kombinasi sefotaksim-metronidazol
direkomendasikan oleh Royal United Hospital Bath,
NHS pada kasus sepsis dapatan komunitas yang
belum diketahui penyebabnya (Chin et al., 2013)
Kesimpulan

Pada pasien sepsis yang sembuh,


total biaya perawatan kelompok
kombinasi antibiotik empirik
sefotaksim-metronidazol lebih efisien
dari segi biaya walaupun lama
rawatnya lebih lama dibandingkan
kelompok kombinasi sefotaksim-
eritromisin.
Pustaka
Van Zanten ARH, Oudijk M, Nohlmans-Paulssen MKE, Van der Meer
YG, Girbes ARJ, Polderman KH. Continuous vs. intermittent
cefotaxime administration in patients with chronic obstructive
pulmonary disease and respiratory tract infections:
pharmacokinetics/ pharmacodynamics, bacterial susceptibility
and clinical effcacy. British Journal Of Clinical Pharmacology. 2007;
63(1); 100109.
Restrepo MI, Mortensen EM, Waterer GW, Wunderink RG, Coalson
JJ, Anzueto A. Impact of macrolide therapy on mortality for
patients with severe sepsis due to pneumonia. European
Respiratory Journal. 2009; 33: 153159.
Ski J, Gal M, Brazier JS, Rotimi VO, Urbn, E, Nagy E., et al.
Molecular investigation of genetic elements contributing to
metronidazole resistance in Bacteroides strains. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy. 2006; 57(2); 212220.
Purwanti OS, Sinuraya RK, Pradipta IS, Abdulah R. Analisis
minimalisasi biaya antibiotik pasien sepsis salah satu rumah sakit
Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2013; 2(1): 1827.
See u next meet..in
CEA

Anda mungkin juga menyukai