Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Seorang Pria dengan


Disfagia
Rianty Febriandani
4061510032
Identitas
Nama : Tn. G
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Payang 3/2 Pati
Masuk Rumah Sakit : 17 Desember 2016
Anamnesa
Keluhan utama
Sulit menelan sejak 2 bulan SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD RAA. Soewondo Pati dengan
keluhan sulit menelan sejak 2 hari SMRS. Sulit menelan
ketika menelan makanan yang keras maupun yang lunak
namun tidak sampai tersedak sehingga nafsu makan
menurun dan badan menjadi kurus. Pasien tidak bisa
menelan dan terasa nyeri jika menelan. Bicara pelo sejak
2 hari SMRS. Pasien belum pernah pergi berobat. Sesak
napas tidak ada, demam tidak ada, mual muntah tidak
ada, pingsan tidak ada, lemah pada anggota gerak
disangkal.
Anamnesa
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal. Pasien
memiliki riwayat darah tinggi. Riwayat alergi,
asma, kencing manis dan stroke disangkal.
Pasien tidak pernah mengalami gangguan pada
THT sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami
keluhan serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 90x/menit, reguler
Pernapasan : 20x/ menit
Suhu : 36,5C
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 60 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normocephali, wajah simetris
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
Ikterik (-/-)
Regio Colli : Benjolan (+), KGB membesar (+),
nyeri tekan tidak ada.
Toraks : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas: Tidak ada kelainan
Inspeksi Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Bentuk (N) Bentuk (N)


Peradangan (-) Peradangan (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Fistula Prearikular (-) Fistula Prearikular (-)
Fistula Retroaurikula (-) Fistula Retroaurikula (-)
Abses Retroaurikula (-) Abses Retroaurikula (-)

Meatus Auricula Lapang Lapang


Eksterna
Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Sekret (-) Sekret (-)

Furunkel (-) Furunkel (-)

Jaringan Granulasi (-) Jaringan Granulasi (-)

Serumen (+) Serumen (+)

Benda Asing (-) Benda Asing (-)

Massa Tumor (-) Massa Tumor (-)
Eksostose (-) Eksostose (-)

Membran timpani Bentuk utuh Bentuk utuh



Perforasi (-) Perforasi (-)

Refleks Cahaya (+) Refleks Cahaya (+)

Warna putih mengkilat Warna putih mengkilat

Atrofi (-) Atrofi (-)

Bercak putih (-) Bercak putih (-)

Bulging (-) Bulging (-)
Palpasi Nyeri pergerakan Nyeri pergerakan
aurikula (-) aurikula (-)
Nyeri tekan tragus Nyeri tekan tragus
(-) (-)
Nyeri tekan Nyeri tekan mastoid
mastoid (-) (-)
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung Luar
Inspeksi Bentuk (N) Bentuk (N)
Frog Nose (-) Frog Nose (-)
Ragaden (-) Ragaden (-)
Depresi tulang Depresi tulang
hidung (-) hidung (-)
Udara pernafasan Udara pernafasan
Palpasi (+) (+)

Nyeri tekan hidung Nyeri tekan hidung
(-) (-)

Nyeri tekan sinus Nyeri tekan sinus
Rinoskopi anterior
Vestibulum Furunkel (-) Furunkel (-)
Nasi Laserasi (-) Laserasi (-)
Bekuan darah (-) Bekuan darah (-)
Kavum Nasi Lapang Lapang
Sekret (-) Sekret (-)
Konka nasi inferior (N) Konka nasi inferior (N)
Meatus nasi inferior (N) Meatus nasi inferior (N)
Septum nasi (N) Septum nasi (N)
Mukosa hidung merah Mukosa hidung merah
muda muda
Benda asing (-) Benda asing (-)
Masa tumor (-) Masa tumor (-)
Konka nasi media (N) Konka nasi media (N)
Meatus nasi media (N) Meatus nasi media (N)
Pemeriksaan fisik
Tenggorokan
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Negatif Negatif
(mikroglosia/makroglosia) Negatif Negatif
(leukoplakia/gumma) Negatif Negatif
(papilloma/kista/ulkus) Negatif Negatif
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Negatif Negatif
-Bukal (hiperemis/udem) Negatif Negatif
(vesikel/ulkus) Negatif Negatif
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus) Negatif Negatif
(pembengkakan/abses/tumor) Negatif Negatif
-Gigi geligi Rata Rata
(mikrodontia/makrodontia) Negatif Negatif
(anodontia/supernumeri) Negatif Negatif
(kalkulus/karies)
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle Negatif Negatif
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus)
-Uvula Negatif Negatif
(udem/asimetris/bifida/elongating) Negatif Negatif
-Pilar anterior
(hiperemis/udem/perlengketan) Negatif Negatif
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior Negatif Negatif
(hiperemis/udem/perlengketan) T1 T1
(pembengkakan/ulkus) Rata Rata
-Dinding belakang faring
(hiperemis/udem) Negatif Negatif
(granuler/ulku Negatif Negatif
s) Negatif Negatif
-Tonsil Palatina (derajat Negatif Negatif
pembesaran)
(permukaan rata/tidak)
(lekat/tidak)
(kripta lebar/tidak)
(dentritus/membran)
(hiperemis/udem)
(ulkus/tumor)
Pemeriksaan fisik
Status Lokalis
Leher
Kelenjar Submandibula Tidak teraba membesar
Kelenjar Cervicalis anterior Teraba membesar
(superior, media, inferior)
Kelenjar Cervicalis Tidak teraba membesar
posterior
Kelenjar Supraclavicula Tidak teraba membesar
Thyroid Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses Submandibula (-)
Abses Cervical (-)
resume
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki dengan usia 48 tahun
datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan sulit
menelan sejak 2 hari SMRS. Sulit menelan ketika menelan
makanan yang keras maupun yang lunak namun tidak sampai
tersedak sehingga nafsu makan menurun dan badan menjadi
kurus. Pasien tidak bisa menelan dan terasa nyeri jika
menelan. Bicara pelo sejak 2 hari SMRS. Pasien belum pernah
pergi berobat. Sesak napas tidak ada, demam tidak ada, mual
muntah tidak ada, pingsan tidak ada, lemah pada anggota
gerak disangkal.
Diagnosa : Disfagia motorik ec parese N IX, X dan XII

Diagnosa Banding : Disfagia mekanik ec obstruksi


esofagus
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm
Inj. Dex Ketopropenem 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Diet Cair
Latihan Menelan
Plan:
Fisioterapi
Rontgen Thoraks
CT Scan Kepala
prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
1. Hari Pertama Perawatan
S: nyeri menelan (+), tersedak menelan air putih (+), sulit bicara (+)
O: TD: 160/100 mmHg. N: 80x/m. RR: 18x/m. S: 36,7C
A: Disfagia motorik ec parese N IX dan N X
P: Infus RL 20 tpm
Inj. Dex Ketopropenem 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2x1 amp

2. Hari Kedua Perawatan


S: nyeri menelan (-), sudah bisa menelan air putih, tersedak tidak ada
O: TD: 160/100 mmHg. N: 80x/m. RR: 18x/m. S: 36,7C
A: Disfagia motorik ec parese N IX dan N X
P: Infus RL 20 tpm
Inj. Dex Ketopropenem 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Tinjauan Pustaka
PENDAHULUAN
Disfagia berasal dari kata Yunani yang berarti gangguan
makan. Disfagia biasanya mengacu pada kesulitan dalam
makan sebagai akibat dari gangguan dalam proses
menelan. Sejumlah etiologi telah dikaitkan dengan disfagia
pada populasi dengan kondisi neurologis dan non-
neurologic.
Anatomi faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga
mulut dengan kerongkongan (osefagus), panjangnya 12
cm
Anatomi esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak
dengan lambung, panjangnya sekitar 9 sampai dengan 25
cm dengan diameter sekitar 2,54 cm, mulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung
Anatomi laring
Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu
saluran pernafasan (tractus respiratorius). Laring
membentang dr laryngoesophageal junction dan
menghubungkanfaring (pharynx)dg trachea. Laring terletak
setinggi Vertebrae Cervical IV VI.
Otot otot

Vaskularisasi

Suplai arteri berasal dr R. laryngeus superior a. thyroidea


superior. Dan bagian bawah divaskularisasi oleh R. laryngeys
inferior a. thyroidea inferior. Sdgkn aliran limfe nya bermuara
ke nodi lymphoidei cervicales profundi.
FISIOLOGI MENELAN
Dalam proses menelan akan terjadi hal hal
berikut :
Pembentukan bolus makanan dengan
ukuran dan konsistensi yang baik
Upaya sfingter mencegah terhamburnya
bolus ini dalam fase-fase menelan
Mempercepat masuknya bolus makanan
ke dalam faring pada saat respirasi
Mencegah masuknya makanan dan
minuman ke dalam nasofaring dan laring
Kerjasama yang baik dari otot-otot di
rongga mulut untuk mendorong bolus
makanan ke arah lambung
Usaha membersihkan kembali esofagus
3 fase menelan
Fase oral

Fase
faringeal
Fase
esophageal
Patofisiologi menelan
BAB III
DISFAGIA
DEFINISI

Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mengalirkan


makanan padat atau cair dari mulut melalui esofagus.
Penderita disfagia mengeluh sulit menelan atau makanan
terasa tidak turun ke lambung.
ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi :


Disfagia mekanik, timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus.
Penyebab : sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda
asing, peradangan mukosa esofagus, striktur lumen esofagus,
penekanana esofagus dari luar, a.subklavia yang abnormal ( disfagia
lusoria ).
Disfagia motorik, timbul bila terjadi kelainan neuromuskular yang
berperan dalam proses menelan ( N.V, N.VII, N.IX, N.X, dan N.XII ).
Penyebab : akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring,
dan skleroderma esofagus.
Disfagia oleh gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat dikenal
sebagai globus histerikus.

Berdasarkan fase letaknya :


Fase orofaringeal: penyakit serebrovaskular, miastenia gravis,
kelainan muskular, tumor, divertikulum Zenker, gangguan
motilitas/sfingter esofagus atas.
Fase esofageal: inflamasi, striktur esofagus, tumor,ring/web,
penekanan dari luar esofagus, akalasia, spasme esofagus difus,
skleroderma.
PATOFISIOLOGI

Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan


tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya.

Keberhasilan mekanisme menelan tergantung dari beberapa


faktor, yaitu :
Ukuran bolus makanan
Diameter lumen esofagus yang dilalui ( normalnya 4cm bila
kurang dari 2,5cm maka akan terjadi disfagia )
Kontraksi peristaltik esofagus
Fungsi sfingter esofagus atas dan bawah
Kerja otot otot rongga mulut dan lidah
Fase Oral
Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut
dan fase pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan
pengendalian lidah.Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam
mengunyah makanan padat dan permulaan menelan.

Fase Faringeal
Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya
tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan.
Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot
faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal
atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada
faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.

Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi
makanan dan minuman didalam esofagus setelah menelan.
Retensi ini dapat disebabkan oleh obstruksi mekanis, gangguan
motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal
bawah.
GEJALA

1. Disfagia Oral atau faringeal


Batuk atau tersedak saat menelan
Kesulitan pada saat mulai menelan
Makanan lengket di kerongkongan Keluhan lain :
Sialorrhea mual, muntah, rasa
Penurunan berat badan panas di dada,
Perubahan pola makan hematemesis,
melena, odinofagia
Pneumonia berulang
( rasa nyeri saat
Perubahan suara (wet voice) menelan ),
Regusgitasi Nasal hipersalivasi.

2. Disfagia Esophageal
Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan
atau dada
Regurgitasi Oral atau faringeal
Perubahan pola makan
Pneumonia rekuren
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik :
Anamnesis : Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme
Jenis makanan motoris oral dan laryngeal. Pemeriksaan nervus
V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti
Progresif dalam fisik dari disfagia orofaringeal.
beberapa bulan Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang,
Terdorong dengan mengunyah, pergerakan dan kekuatan lidah,
elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan
cairan atau tidak sensitifitas oral.
Penyakit sebelumnya Perabaan daerah leher
Periksa kesadaran dan status kognitif pasien
Waktu dan perjalanan karena dapat mempengaruhi keamanan
penyakit menelan dan kemampuan kompensasinya.
Dysphonia dan dysarthria adalah tanda
Lokasi daerah
disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat
sumbatan pada menelan.
Periksa mukosa dan gigi geligi mulut
Periksa reflek muntah.
Periksa fungsi pernapasan
Tahap terakhir adalah pengamatan langsung
aktivitas menelan.Setelah menelan, amati
pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk
tertunda
Periksapembesaran jantung, elongasi aorta
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Esofagoskopi ( pemeriksaan endoskopi untuk esofagus ),


untuk melihat langsung isi lumen esogafus dan keadaan
mukosanya
Barium meal (esofagografi)
Fluoroskopi, untuk melihat kelenturan dinding esofagus,
adanya gangguan peristaltik, penekanan lumen esofagus
dari luar, isi lumen esofagus, dan kelainan mukosa esofagus
Manometri esofagus untuk menilai fungsi motorik esofagus,
dengan mengukur tekanan dalam lumen esofagus dan
tekanan sfingter esofagus sehingga dapat dinilai gerakan
peristaltik secara kualitatif dan kuantitatif
CT scan, untuk mengevaluasi bentuk esofagus dan
jaringan disekitarnya
MRI, untuj membantu melihat kelainan di otak yang
menyebabkan disfagia motorik
KOMPLIKASI

Disfagia menyebabkan penurunan pemasukan kkal- atau


makanan yang mengandung protein sehingga harus
diperhatikan apakah pasien mengalami kekurangan kalori
protein (KKP).

Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan


makanan sehingga suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh
seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan
cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami defisiensi
zat gizi dan tubuh mengalami gangguan metabolisme.

PENATALAKSANAAN

Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia.

1. Pertama dokter dan speech-language pathologists yang menguji


dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian
yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan.

2. Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-


obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia
tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli
patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati
masalah gangguan menelan.

3. Pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang


memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal

4. Modifikasi diet
Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah
menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai
konsistensi normal.
Suplai Nutrisi, Efek disfagia pada status gizi pasien
adalah buruk.
Hidrasi, Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi.

5. Pembedahan :
Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy
memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun
lokal.
Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang
dilakukan unutk mengurangi tekanan pada sphicter
faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot
utama dari PES.
Analisa Kasus
Anamnesis
Keluhan sulit menelan, terasa nyeri ketika menelan,
tersedak saat menelan Sesuai dengan teori gejala
klinis

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik neurologis parese N. IX dan X
sulit menelan, tersedak saat menelan dan bicara pelo
mendukung ditegakannya diagnosis disfagia
motorik.
KESIMPULAN
Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan yang disadarinya
dalam mengalirkan makanan padat atau cair dari mulut
melalui esofagus. Penderita mengeluh sulit menelan atau
makanan terasa tidak turun ke lambung.Gangguan pada
proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase
menelan yang dipengaruhinyaataupun faktor lain yang
mengakibatkan kesulitan untuk menelan makanan.
Penderita harus segera mendapat pertolongan agar nutrisi
yang dipelukan tubuh tetap terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes C. Peter, dkk.Segi Praktis Gastroenterologi dan
Hepatologi. 1988. Binarupa Aksara : Jakarta.
Mary Courtney Moore.Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi
Edisi II.
Slamet Suyono, dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi Ketiga. 2001. Balai Penerbit FKUI : Jakarta..
William F. Ganong.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20.
2001. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid I. 2009.
Interna Publishing: Jakarta
Soepardi, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Edisi 6. 2007. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
TERIMA KASIH

Wassalammualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai